
Lesu di Kurs Tengah BI, Rupiah Sakit di Pasar Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 May 2019 10:34

Sentimen negatif memang tengah menerpa pasar keuangan Asia. Tidak hanya di pasar valas, bursa saham pun didominasi warna merah.
Pada pukul 10:11 WIB, indeks Nikkei 225 anjlok 1,24%, Hang Seng melorot 1,54%, Shanghai Composite amblas 1,1%, Kospi ambrol 1,22%, dan Straits Times minus 0,52%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun melemah, tetapi 'hanya' 0,42%.
Apa yang terjadi? Mengapa investor enggan masuk ke pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia?
Jawabannya adalah perang dagang AS-China. Hubungan Washington-Beijing yang sempat mesra setelah beberapa kali dialog kembali panas.
Gara-garanya, AS sudah siap menerapkan kenaikan bea masuk untuk importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Kebijakan tersebut berlaku mulai 10 Mei. Produk-produk yang bakal terkena kenaikan bea masuk antara lain modem dan router internet, papan sirkuit, pengisap debu, sampai furnitur.
Menurut AS, China telah melanggar kesepakatan dengan menolak sejumlah komitmen yang dijanjikan. Dalam kawat diplomatik dari Beijing yang diterima Washington, terungkap bahwa China menghapus beberapa komitmen dalam draf kesepakatan dagang. Mengutip Reuters, China disebutkan tidak lagi berkomitmen untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual, pemaksaan transfer teknologi, kebijakan persaingan bebas, akses terhadap sektor keuangan, dan manipulasi kurs.
"Mereka (China) melanggar kesepakatan. Mereka tidak bisa melakukan itu, jadi mereka harus membayarnya. Saya sudah mengumumkan akan ada kenaikan tarif (bea masuk) dan tidak akan berhenti sampai China berhenti berlaku curang," tegas Presiden AS Donald Trump dalam pidato di Florida, mengutip Reuters.
Menanggapi tantangan AS, China tidak gentar. Beijing menegaskan akan melakukan counter attack saat AS menaikkan bea masuk.
"China sangat menyesalkan jika kebijakan bea masuk AS jadi diterapkan. China akan melakukan kebijakan balasan," sebut keterangan tertulis Kementerian Perdagangan China, dikutip dari Reuters.
Panas, bung. Api perang dagang kembali berkobar, dan mungkin benar-benar terjadi mulai pekan depan. Harapan damai dagang AS-China semakin jauh dari jangkauan.
Ini membuat pelaku pasar memilih bermain aman, ogah mengambil risiko. Akibatnya aset-aset keuangan di negara berkembang Asia mengalami tekanan jual sehingga melemahkan mata uang Benua Kuning.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pada pukul 10:11 WIB, indeks Nikkei 225 anjlok 1,24%, Hang Seng melorot 1,54%, Shanghai Composite amblas 1,1%, Kospi ambrol 1,22%, dan Straits Times minus 0,52%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun melemah, tetapi 'hanya' 0,42%.
Apa yang terjadi? Mengapa investor enggan masuk ke pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia?
Gara-garanya, AS sudah siap menerapkan kenaikan bea masuk untuk importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Kebijakan tersebut berlaku mulai 10 Mei. Produk-produk yang bakal terkena kenaikan bea masuk antara lain modem dan router internet, papan sirkuit, pengisap debu, sampai furnitur.
Menurut AS, China telah melanggar kesepakatan dengan menolak sejumlah komitmen yang dijanjikan. Dalam kawat diplomatik dari Beijing yang diterima Washington, terungkap bahwa China menghapus beberapa komitmen dalam draf kesepakatan dagang. Mengutip Reuters, China disebutkan tidak lagi berkomitmen untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual, pemaksaan transfer teknologi, kebijakan persaingan bebas, akses terhadap sektor keuangan, dan manipulasi kurs.
"Mereka (China) melanggar kesepakatan. Mereka tidak bisa melakukan itu, jadi mereka harus membayarnya. Saya sudah mengumumkan akan ada kenaikan tarif (bea masuk) dan tidak akan berhenti sampai China berhenti berlaku curang," tegas Presiden AS Donald Trump dalam pidato di Florida, mengutip Reuters.
Menanggapi tantangan AS, China tidak gentar. Beijing menegaskan akan melakukan counter attack saat AS menaikkan bea masuk.
"China sangat menyesalkan jika kebijakan bea masuk AS jadi diterapkan. China akan melakukan kebijakan balasan," sebut keterangan tertulis Kementerian Perdagangan China, dikutip dari Reuters.
Panas, bung. Api perang dagang kembali berkobar, dan mungkin benar-benar terjadi mulai pekan depan. Harapan damai dagang AS-China semakin jauh dari jangkauan.
Ini membuat pelaku pasar memilih bermain aman, ogah mengambil risiko. Akibatnya aset-aset keuangan di negara berkembang Asia mengalami tekanan jual sehingga melemahkan mata uang Benua Kuning.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular