
Simak! Oleh-oleh Sri Mulyani Dari Washington DC
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
17 April 2019 13:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani baru saja menghadiri pertemuan musim semi (IMF-WB) yang berlangsung di Washington DC pada 8-13 April lalu. Dalam pertemuan itu, dirinya membawa informasi terkait "update" kondisi ekonomi global.
Menurutnya, kondisi ekonomi global mengalami perlemahan. Kondisi itu menjadi tantangan bagi Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi dunia terpaksa harus mengalami revisi menjadi 3,3 persen, di bawah proyeksi sebelumnya di kisaran 3,9 persen.
"(Pelemahan) itu disumbang oleh negara maju yaitu Amerika Serikat yang mengalami pelemahan, serta RRT dan bahkan negara-negara emerging," ungkapnya saat ditemui di TPS 077, Bintaro, Selasa (17/4/2019).
Di sisi lain, pengambil kebijakan pada akhirnya harus menyesuaikan dengan kondisi global tersebut. Misalnya The Federal Reserve yang dinilai lebih sabar dan akan melakukan sejumlah kajian ulang untuk mengatasi hal ini.
Selanjutnya untuk negara maju lebih mudah melakukan kontrol terhadap pelemahan ini. Hasilnya kekhawatiran atas pelemahan ini seharusnya bisa diatasi dengan baik.
Sri Mulyani menyebut, untuk Indonesia tahun lalu perekonomian tumbuh 5,17 persen. Angka ini yang terbaik dibanding dengan negara lainnya. Namun, bukan berarti tahun ini akan sama.
"Jadi kita tetap harus menjaga space kebijakan fiskal dan moneter, memiliki ruang yang cukup terhadap antisipasi apapun yang terjadi di dunia ini," katanya.
Jadi, kesimpulan yang didapat dalam Pertemuan Musim Semi (IMF-WB) yang lalu di antaranya adalah meski melemah, kenaikan suku bunga tidak berlanjut. Selanjutnya, harapan perdagangan antara Amerika dengan RRT mengalami kemungkinan titik temu.
Bank Central dunia seperti di Eropa mengatakan akan melakukan kebijakan untuk menahan laju pelemahan ini. "Jadi ini ada positifnya dan tetap harus berhati-hati," pungkasnya.
Saksikan video Sri Mulyani ungkap optimisme di tengah perang dagang di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article Video: RDF Rorotan Bakal Jadi Pengolah Sampah Terbesar di Dunia
Menurutnya, kondisi ekonomi global mengalami perlemahan. Kondisi itu menjadi tantangan bagi Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi dunia terpaksa harus mengalami revisi menjadi 3,3 persen, di bawah proyeksi sebelumnya di kisaran 3,9 persen.
"(Pelemahan) itu disumbang oleh negara maju yaitu Amerika Serikat yang mengalami pelemahan, serta RRT dan bahkan negara-negara emerging," ungkapnya saat ditemui di TPS 077, Bintaro, Selasa (17/4/2019).
Selanjutnya untuk negara maju lebih mudah melakukan kontrol terhadap pelemahan ini. Hasilnya kekhawatiran atas pelemahan ini seharusnya bisa diatasi dengan baik.
Sri Mulyani menyebut, untuk Indonesia tahun lalu perekonomian tumbuh 5,17 persen. Angka ini yang terbaik dibanding dengan negara lainnya. Namun, bukan berarti tahun ini akan sama.
"Jadi kita tetap harus menjaga space kebijakan fiskal dan moneter, memiliki ruang yang cukup terhadap antisipasi apapun yang terjadi di dunia ini," katanya.
Jadi, kesimpulan yang didapat dalam Pertemuan Musim Semi (IMF-WB) yang lalu di antaranya adalah meski melemah, kenaikan suku bunga tidak berlanjut. Selanjutnya, harapan perdagangan antara Amerika dengan RRT mengalami kemungkinan titik temu.
Bank Central dunia seperti di Eropa mengatakan akan melakukan kebijakan untuk menahan laju pelemahan ini. "Jadi ini ada positifnya dan tetap harus berhati-hati," pungkasnya.
Saksikan video Sri Mulyani ungkap optimisme di tengah perang dagang di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article Video: RDF Rorotan Bakal Jadi Pengolah Sampah Terbesar di Dunia
Most Popular