
Investasi China di Tengah Pusaran Pilpres 2019
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
16 April 2019 17:32

Bidang lain yang menarik bagi pengamat pemilu adalah bahwa Jokowi dan Prabowo berhadapan dalam kampanye yang semakin berfokus pada agama, menurut Supriatma.
"Kedua kandidat tidak begitu berbeda dalam hal pendekatan (umum) mereka terhadap ekonomi dan kebijakan, sehingga mereka mencoba membuat perbedaan di antara mereka melalui agama," kata Supriatma.
Prabowo, khususnya, menantang kepresidenan Jokowi dengan memposisikan dirinya sebagai "pembela" Islam, kata Supriatma.
Mantan jenderal itu telah membentuk pakta pra-pemilihan dengan kelompok-kelompok Islam garis keras, yang mencakup janji untuk merehabilitasi Rizieq Shihab, pemimpin kelompok ekstremis FPI atau Front Pembela Islam, yang saat ini dalam pengasingan di Arab Saudi.
Jokowi sendiri telah memilih seorang ulama Muslim konservatif sebagai calon wakilnya untuk meningkatkan kepercayaan agamanya sendiri. Hal itu telah mengecewakan beberapa pendukungnya ketika Jokowi berkampanye sebagai seorang progresif pada tahun 2014.
Itu terjadi setelah mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), kalah dalam pemilihan gubernur Jakarta pada tahun 2017. Dia telah menyulut serangkaian protes dan dipenjara karena dianggap menghina Islam dan kemudian dinyatakan bersalah atas penistaan agama.
Meskipun terlihat ada ketegangan di Indonesia terhadap warga etnis Tionghoa, namun dalam kasus Ahok, ia banyak dikecam karena beragama Kristen, menurut Supriatma.
"Pemilihan ini akan menentukan peran Islam di Indonesia," kata Supriatma, mengutip CNBC International.
Jika Jokowi menang, negara Asia Tenggara itu kemungkinan akan melanjutkan jalannya sebagai negara mayoritas Muslim dengan kecenderungan moderat, ramalnya. Ia juga menambahkan bahwa pemerintahan Prabowo akan kurang dapat diprediksi.
"Islamisasi politik kemungkinan akan tetap menjadi masalah di bawah kepresidenan Jokowi atau Prabowo, bahkan jika tidak menjadi ancaman besar bagi demokrasi sekuler Indonesia," kata Mumford.
Saksikan video Prabowo yang sindir impor produk pertanian berikut ini.
(prm)
"Kedua kandidat tidak begitu berbeda dalam hal pendekatan (umum) mereka terhadap ekonomi dan kebijakan, sehingga mereka mencoba membuat perbedaan di antara mereka melalui agama," kata Supriatma.
![]() |
Prabowo, khususnya, menantang kepresidenan Jokowi dengan memposisikan dirinya sebagai "pembela" Islam, kata Supriatma.
![]() |
Jokowi sendiri telah memilih seorang ulama Muslim konservatif sebagai calon wakilnya untuk meningkatkan kepercayaan agamanya sendiri. Hal itu telah mengecewakan beberapa pendukungnya ketika Jokowi berkampanye sebagai seorang progresif pada tahun 2014.
Itu terjadi setelah mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), kalah dalam pemilihan gubernur Jakarta pada tahun 2017. Dia telah menyulut serangkaian protes dan dipenjara karena dianggap menghina Islam dan kemudian dinyatakan bersalah atas penistaan agama.
Meskipun terlihat ada ketegangan di Indonesia terhadap warga etnis Tionghoa, namun dalam kasus Ahok, ia banyak dikecam karena beragama Kristen, menurut Supriatma.
"Pemilihan ini akan menentukan peran Islam di Indonesia," kata Supriatma, mengutip CNBC International.
Jika Jokowi menang, negara Asia Tenggara itu kemungkinan akan melanjutkan jalannya sebagai negara mayoritas Muslim dengan kecenderungan moderat, ramalnya. Ia juga menambahkan bahwa pemerintahan Prabowo akan kurang dapat diprediksi.
"Islamisasi politik kemungkinan akan tetap menjadi masalah di bawah kepresidenan Jokowi atau Prabowo, bahkan jika tidak menjadi ancaman besar bagi demokrasi sekuler Indonesia," kata Mumford.
Saksikan video Prabowo yang sindir impor produk pertanian berikut ini.
(prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular