Mulai Tak Laku, Boeing Kurangi Produksi Pesawat 737 MAX

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 April 2019 17:39
Hal itu disampaikan perusahaan pesawat Amerika Serikat (AS) itu setelah terjadi dua kecelakaan mematikan yang melibatkan pesawat Boeing seri MAX.
Foto: Pesawat Boeing 737 Max di pabrik Boeing di Renton, Washington, AS (REUTERS/Lindsey Wasson)
Jakarta, CNBC Indonesia - Boeing Co pada hari Jumat (5/4/3019) mengatakan berencana untuk memotong produksi bulanan pesawat 737 MAX sebanyak hampir 20% dari total produksi biasanya.

Hal itu disampaikan perusahaan pesawat Amerika Serikat (AS) itu setelah terjadi dua kecelakaan mematikan yang melibatkan pesawat Boeing seri MAX.

Pengumuman itu menandakan pihak Boeing tidak mengharapkan otoritas penerbangan akan mengizinkan pesawat MAX-nya yang dilarang terbang di puluhan negara, untuk diizinkan kembali mengudara dalam waktu dekat.

Pengiriman pesawat terlaris Boeing juga telah dibekukan setelah terjadi kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines pada 10 Maret, yang menewaskan semua 157 orang di dalamnya.

Produksi akan dipangkas menjadi 42 pesawat per bulan dari 52 unit mulai pertengahan April, kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, tanpa memberikan tanggal tepatnya.

Pejabat AS dan maskapai penerbangan mengatakan mereka sekarang percaya pesawat jenis itu akan dilarang terbang setidaknya dalam dua bulan, tetapi larangan terbang yang diberlakukan lebih lama bisa juga terjadi.

Kecelakaan di Ethiopia dan kecelakaan pesawat Lion Air di Indonesia Oktober lalu, yang menewaskan 189 orang di dalamnya, telah membuat perusahaan pesawat terbesar di dunia itu terjerat dalam krisis.

Chief Executive Officer-nya, Dennis Muilenburg pada hari Jumat mengatakan perusahaan sudah mengetahui penyebab kecelakaan kedua pesawat. Pesawat jatuh akibat menerima laporan yang salah dalam sistem anti-stall (MCAS) yang aktif secara otomatis.

Meski begitu, Boeing mengatakan tidak akan mengurangi jumlah pekerja pada tingkat produksi baru. Perusahaan juga mengatakan akan bekerja lebih baik untuk meminimalkan dampak finansial, mengutip Reuters.

Dewan perusahaan akan membentuk komite untuk meninjau bagaimana perusahaan merancang dan mengembangkan pesawat terbang, kata Muilenburg. Grup ini akan "merekomendasikan perbaikan pada kebijakan dan prosedur kami" untuk pesawat jenis 737 MAX dan program pesawat lainnya.

Boeing mengatakan pihaknya terus membuat kemajuan pada pembaruan perangkat lunak 737 MAX untuk mencegah kecelakaan terjadi lagi.

Saham Boeing Co turun sekitar 2% setelah pasar tutup pada hari Jumat. Jumlah pesawat 737 MAX yang di-grounded saat ini ada lebih dari 370 unit. Sementara itu ada 5.000 lebih pesanan pesawat jenis ini.

Akibat larangan pengiriman pesanan, Boeing menghadapi kesulitan logistik dalam menemukan tempat untuk memarkir jumlah pesawatnya yang terus meningkat. Perusahaan juga dibebani biaya perawatan pesawat-pesawat itu karena tidak bisa mengirimkan pesanan pesawat ke pelanggan, kata dua orang sumber.

Boeing berusaha menghindari penghentian produksi dan memilih melanjutkan-nya karena penghentian dapat mengganggu rantai pasokan dan dapat menyebabkan hambatan industri. Boeing bahkan telah berencana untuk mempercepat produksi pada bulan Juni menjadi 57 unit pesawat sebulan.

Pemasok Boeing, Spirit Aerosystems Holdings, mengatakan akan terus membuat 52 set lengkap suku cadang untuk setiap pesawat 737 MAX per bulannya dan akan menyimpan lebih banyak di pabrik-nya. Saham perusahaan anjlok 3,5% hari itu.

Ketua Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Robert Sumwalt mengatakan kepada wartawan bahwa penyelidik AS diberi data mentah dari Ethiopian Airlines dengan monor penerbangan 302, segera setelah diumumkan di Prancis bulan lalu. Dia menambahkan bahwa laporan awal Ethiopian Airlines 302 dilakukan "secara menyeluruh dan dengan baik."

Mantan ketua NTSB Christopher Hart ditunjuk oleh Administrasi Penerbangan Federal (FAA) minggu ini untuk memimpin tim internasional untuk meninjau keamanan 737 MAX.

Dia mengatakan kepada wartawan, Jumat, bahwa dia merasa peninjauan yang akan dimulai pada hari Senin itu bisa memakan waktu sekitar tiga bulan. Namun, masih belum jelas negara mana saja yang akan ambil bagian.

Dia juga mengatakan para peneliti akan lebih fokus pada interaksi antara perangkat lunak dan pilot daripada masalah mekanis di masa depan.

"Ini adalah wilayah yang akan kita tinjau lebih banyak," kata Hart.
(hps/hps) Next Article Surel Pegawai Bocor! Bobrok Boeing 737 Max Terbongkar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular