
Fitch: Musibah Boeing 737 MAX Tidak Bikin Tiket Naik
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 April 2019 13:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Larangan terbang terhadap pesawat Boeing 737 MAX telah membawa dampak buruk bagi industri penerbangan di Asia terlebih pada kuartal kedua 2019.
Hal itu disampaikan oleh lembaga pemeringkat Fitch Ratings, Jumat (5/4/2019).
Pesawat terlaris Boeing ini telah dilarang terbang (grounded) di puluhan negara setelah terjadi kecelakaan yang melibatkan pesawat MAX milik Ethiopian Airlines pada 10 Maret lalu. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya.
Jatuhnya pesawat di Ethiopia itu merupakan bencana kedua dalam kurun waktu lima bulan. Sebelumnya pada Oktober 2018, pesawat sejenis milik masakapai Lion Air Indonesia juga mengalami kecelakaan dan menewaskan seluruh penumpangnya.
Meski begitu, larangan terbang terhadap MAX memiliki dampak terbatas pada harga tiket dan kinerja maskapai di sebagian besar pasar karena permintaan musiman memang rendah pada kuartal pertama, kata Fitch dalam laporannya.
Fitch menambahkan bahwa ada fleksibilitas terbatas bagi maskapai untuk beralih ke alternative lainnya, ke Airbus atau Boeing.
Namun, pasar penerbangan India telah mengalami kenaikan harga tiket secara tajam dalam beberapa bulan terakhir karena terbatasnya kursi penerbangan. Keterbatasan ini diperburuk oleh grounding pesawat 737 MAX, kata Fitch, mengutip Reuters.
Sebuah laporan awal dalam kecelakaan Ethiopia pada hari Kamis menunjukkan bahwa pesawat 737 MAX mengalami masalah pada sistem anti-stall.
Pesawat itu dideteksi terbang dengan kecepatan dan ketinggian yang berlebihan, membuat hidung depan pesawat dipaksa turun oleh sistem, yang ternyata merupakan informasi yang salah. Akibatnya, pesawat nahas itu tidak dapat dikendalikan pilot dan jatuh.
(hps) Next Article 3 Bulan Rugi Rp 9,6 T, Boeing akan Pangkas Karyawan
Hal itu disampaikan oleh lembaga pemeringkat Fitch Ratings, Jumat (5/4/2019).
Pesawat terlaris Boeing ini telah dilarang terbang (grounded) di puluhan negara setelah terjadi kecelakaan yang melibatkan pesawat MAX milik Ethiopian Airlines pada 10 Maret lalu. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya.
Jatuhnya pesawat di Ethiopia itu merupakan bencana kedua dalam kurun waktu lima bulan. Sebelumnya pada Oktober 2018, pesawat sejenis milik masakapai Lion Air Indonesia juga mengalami kecelakaan dan menewaskan seluruh penumpangnya.
Fitch menambahkan bahwa ada fleksibilitas terbatas bagi maskapai untuk beralih ke alternative lainnya, ke Airbus atau Boeing.
Namun, pasar penerbangan India telah mengalami kenaikan harga tiket secara tajam dalam beberapa bulan terakhir karena terbatasnya kursi penerbangan. Keterbatasan ini diperburuk oleh grounding pesawat 737 MAX, kata Fitch, mengutip Reuters.
Sebuah laporan awal dalam kecelakaan Ethiopia pada hari Kamis menunjukkan bahwa pesawat 737 MAX mengalami masalah pada sistem anti-stall.
Pesawat itu dideteksi terbang dengan kecepatan dan ketinggian yang berlebihan, membuat hidung depan pesawat dipaksa turun oleh sistem, yang ternyata merupakan informasi yang salah. Akibatnya, pesawat nahas itu tidak dapat dikendalikan pilot dan jatuh.
(hps) Next Article 3 Bulan Rugi Rp 9,6 T, Boeing akan Pangkas Karyawan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular