
Perang Dagang vs Uni Eropa akan Pukul Industri Alas Kaki RI
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
04 April 2019 19:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri alas kaki Tanah Air akan sangat terpukul apabila pemerintah benar-benar menerapkan retaliasi dagang dengan Uni Eropa (UE) akibat kisruh kelapa sawit.
Demikian disampaikan Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Bidang Pengembangan Sport Shoes & Hubungan Luar Negeri, Budiarto Tjandra dalam keterangan pers di sela Indo Leather & Footwear 2019 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (4/4/2019).
Ia menjelaskan, ekspor alas kaki RI saat ini sudah kalah jauh dengan Vietnam. Data Aprisindo menunjukkan ekspor Vietnam secara global sepanjang tahun lalu telah mencapai US$ 16,81 miliar, tumbuh 10,5% dibandingkan 2017 (year-on-year/yoy). Adapun ekspor RI di tahun lalu sebesar US$ 5,11 miliar, hanya tumbuh 4,13% yoy.
Salah satu pasar utama ekspor alas kaki kedua negara adalah UE. Data perdagangan Komisi Eropa menunjukkan, ekspor alas kaki Vietnam ke Benua Biru di 2017 mencapai €3,75 miliar, tumbuh 12% yoy. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat ekspor Indonesia ke UE yang 'hanya' senilai €1,55 miliar di tahun yang sama, tumbuh 4% yoy.
Dilihat dari segi penguasaan pasar, Vietnam pun menguasai 12% pasar sepatu di UE, sementara Indonesia hanya sepertiganya. Hal itu disebabkan Vietnam telah menyepakati perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan UE sejak dua tahun lalu.
Di sisi lain, perundingan Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-EU CEPA) baru saja berjalan tujuh putaran dan terancam tertunda karena krisis kelapa sawit.
Budiarto menegaskan, tanpa adanya CEPA maka bea masuk produk alas kaki RI ke pasar Eropa mencapai 11%, kalah bersaing dengan Vietnam.
"Vietnam punya FTA dengan Uni Eropa yang sudah disepakati meskipun belum diratifikasi, padahal kita memulai perundingan lebih dulu. Jadi sentimennya sudah sangat positif bagi pembeli yang memindahkan pesanan ke Vietnam," jelas Budiarto.
Dia berharap, pemerintah segera menuntaskan perundingan CEPA dengan UE agar industri alas kaki Tanah Air bisa kembali bersaing dengan Vietnam dan China.
Lebih jauh, dia juga meminta pemerintah berpikir dua kali sebelum melontarkan ancaman retaliasi dagang terhadap produk Uni Eropa, karena hal itu bisa saja semakin mempersulit ekspor alas kaki RI ke Benua Biru.
"Saya nggak tahu apakah itu strategi negosiasi, tapi kan harusnya pemerintah berpikir secara lebih bijak, melihat dengan lebih luas, big picture, seluruh sektor. Jangan sampai karena satu sektor ada 100 sektor yang jadi korban," pungkasnya.
Simak video terkait kinerja komoditas pada kuartal I 2019, termasuk kelapa sawit, di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Selain Banten, Ini Daerah yang Ditinggal Pergi Pabrik Sepatu
Demikian disampaikan Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Bidang Pengembangan Sport Shoes & Hubungan Luar Negeri, Budiarto Tjandra dalam keterangan pers di sela Indo Leather & Footwear 2019 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (4/4/2019).
Salah satu pasar utama ekspor alas kaki kedua negara adalah UE. Data perdagangan Komisi Eropa menunjukkan, ekspor alas kaki Vietnam ke Benua Biru di 2017 mencapai €3,75 miliar, tumbuh 12% yoy. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat ekspor Indonesia ke UE yang 'hanya' senilai €1,55 miliar di tahun yang sama, tumbuh 4% yoy.
![]() |
Dilihat dari segi penguasaan pasar, Vietnam pun menguasai 12% pasar sepatu di UE, sementara Indonesia hanya sepertiganya. Hal itu disebabkan Vietnam telah menyepakati perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan UE sejak dua tahun lalu.
Di sisi lain, perundingan Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-EU CEPA) baru saja berjalan tujuh putaran dan terancam tertunda karena krisis kelapa sawit.
Budiarto menegaskan, tanpa adanya CEPA maka bea masuk produk alas kaki RI ke pasar Eropa mencapai 11%, kalah bersaing dengan Vietnam.
"Vietnam punya FTA dengan Uni Eropa yang sudah disepakati meskipun belum diratifikasi, padahal kita memulai perundingan lebih dulu. Jadi sentimennya sudah sangat positif bagi pembeli yang memindahkan pesanan ke Vietnam," jelas Budiarto.
Dia berharap, pemerintah segera menuntaskan perundingan CEPA dengan UE agar industri alas kaki Tanah Air bisa kembali bersaing dengan Vietnam dan China.
Lebih jauh, dia juga meminta pemerintah berpikir dua kali sebelum melontarkan ancaman retaliasi dagang terhadap produk Uni Eropa, karena hal itu bisa saja semakin mempersulit ekspor alas kaki RI ke Benua Biru.
"Saya nggak tahu apakah itu strategi negosiasi, tapi kan harusnya pemerintah berpikir secara lebih bijak, melihat dengan lebih luas, big picture, seluruh sektor. Jangan sampai karena satu sektor ada 100 sektor yang jadi korban," pungkasnya.
Simak video terkait kinerja komoditas pada kuartal I 2019, termasuk kelapa sawit, di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Selain Banten, Ini Daerah yang Ditinggal Pergi Pabrik Sepatu
Most Popular