Ini yang Terjadi Saat Pabrik Sepatu RI Ramai-Ramai PHK Massal

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
28 August 2023 17:30
Ilustrasi pabrik sepatu. (AP/Andy Wong)
Foto: Ilustrasi pabrik sepatu. (AP/Andy Wong)

Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan alas kaki terhadap pabrikan sepatu di Indonesia menurun setelah terjadinya perang Rusia-Ukraina. Dampak terbesar adalah maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap para pekerja di awal tahun ini.

Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ignatius Warsito menilai bahwa PHK itu disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya persaingan dengan negara lain.

"PHK ini sumber terjadinya itu bukan hanya karena penurunan permintaan pasar. Ada beberapa faktor, katakan mereka nggak mampu lagi berkompetisi, karena yang lain sudah 4.0, dia masih pakai 2.0 jadi misal buat sepatu 1 (di Indonesia), di Vietnam bisa 10 sepatu, jadi kalah," katanya menjawab pertanyaan CNBC Indonesia, Kamis (28/8/23).

Momentum pandemi dan menurunnya permintaan membuat principal brand kenamaan dunia seperti Adidas, Nike hingga Puma lebih mencari pabrikan yang bisa memberi value for money lebih tinggi. Alhasil Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki, Adie Rochmanto Pandiangan menilai principal kini makin menentukan efisiensinya menjadi lebih ketat.

"Rata-rata mereka yang pegang brand global ini penentuan mereka akan terus mendapat permintaan, kan diseleksi prinsipalnya. Ketika permintaan turun, ini kesempatan prinsipal menyeleksi siapa yang bisa berikan kualitas tinggi namun harga kompetitif. Kalau nggak bisa penuhi ya tinggal prinsipal aja yang seleksi, itu yang terjadi," sebut Adie.

Selain faktor eksternal dalam persaingan, pabrikan sepatu juga harus kian berputar otak karena faktor internal dari dalam negeri, yakni dalam hal menyikapi kenaikan upah minimum. Pasalnya, setiap tahun kenaikan UMP terus menerus naik dan kerap menyulitkan pabrikan.

"Apalagi ditambah yang ribut ini daerah Banten Tangerang Karawaci yang saat bersamaan UMP naik. Kita hitung gaji upah di 23-27%, sedangkan satu pakaian aja untung hanya 5%. Jadi jangan dikira merk itu jadi berapa, namun UMP naik 7% teman-teman ada yang di masa Covid itu sudah relokasi ke Jateng yang UMP rendah, namun ada yang nggak sempat, ketika terjadi krisis global ditambah UMP, ini makanya banyak kolaps di Banten dan sekitarnya," ungkap Adie.

Meski data riil dan kondisi di lapangan banyak terjadi PHK, namun Ia seperti meragukan terjadinya PHK massal. Pasalnya, angka investasi yang masuk ke Indonesia cukup besar dan terus mengalami kenaikan.

"Makanya saya kurang setuju banyaknya tenaga kerja yang di-PHK, padahal kita investasi meningkat 8,26% artinya mereka yang sudah merealisasikan investasi Korea, Taiwan ada peralihan tenaga kerja. Dari data BPS, tenaga kerja alas kaki di Agustus 2022 962 ribu, di Februari 2023 931 ribu, jadi nggak banyak yang terjadi, jadi ada namanya siklus di alas kaki. Persoalan alas kaki sama dengan tekstil yang pakaian jadi, fast fashion bahwa kemampuan kita membaca dengan teknologi, AI (Artificial Intelligence) dan sebagainya perlu," ujar Adie.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar AS Sepi, Belanda Cs Jadi Penyelamat Ekspor Alas Kaki RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular