
Garuda Batalkan Pemesanan 49 Unit Pesawat Boeing 737 MAX 8
Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
21 March 2019 21:42

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengonfirmasi telah membatalkan pemesanan 49 unit pesawat Boeing 737 MAX 8. Demikian disampaikan Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra dilansir dari detik.com, Kamis (21/3/2019).
"Kami sendiri sudah kirim surat ke McAllister (bos Boeing) kalau kami nyatakan untuk cancel 49 unit," ungkap Ari saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Ia mengungkapkan, masalah Boeing kini adalah kehilangan kepercayaan dari para konsumen Garuda Indonesia. Ari mengatakan penumpang maskapai itu sudah tidak ingin menumpang Boeing 737 MAX 8.
Ia menuturkan, walaupun Boeing 737 MAX 8 dibenahi pihak Boeing, kepercayaan penumpang pada pesawat tersebut tidak akan kembali lagi. Itulah alasan pihaknya untuk menghentikan pemesanan 49 sisa Boeing 737 MAX 8.
"Jadi meskipun mereka sudah benahi sistem MAX 8, itu confidence penumpang sudah nggak ada. Jadi kami minta itu 49 dibatalkan," tegas Ari.
Garuda Indonesia sendiri sebelumnya memesan sekitar 50 pesawat Boeing 737 MAX 8, dan satu diantaranya sudah tiba di Indonesia sejak 2017 lalu. Namun, karena larangan terbang sementara dari Kementerian Perhubungan, pesawat itu telah dilarang terbang dan dikandangkan.
Masih dalam wawancara yang sama, Ari mengaku Garuda Indonesia terancam kehilangan US$ 26 juta alias Rp 364 miliar (asumsi kurs Rp 14.000). Hal tersebut dapat terjadi apabila negosiasi antara pihak Garuda dan Boeing tidak menemukan titik tengah dan berakhir buntu.
Uang miliaran rupiah tersebut digunakan Garuda untuk membayar pre down payment (PDP) alias tanda jadi untuk pemesanan 50 Boeing 737 MAX 8. Kini, usai Garuda menyatakan untuk menghentikan pesanannya karena larangan terbang Boeing 737 MAX 8, maka pihak Boeing ingin melakukan negosiasi untuk menindaklanjuti hal tersebut.
"Kalau sesuai kontrak kita nggak bisa narik, itu merupakan risiko kalau (uang) nggak balik ya," ungkap Ari.
Namun, optimisme muncul di pihak Ari. Dia yakin dengan predikat Garuda yang merupakan salah satu pemesan terbanyak Boeing, pihak Boeing akan memberikan jalan tengah yang menguntungkan.
Sebelumnya, pihak Garuda, menurut Ari, sudah mengeluarkan dana awalan untuk pemesanan Boeing 737 MAX 8. Dana tersebut mencakup seluruh 50 pesawat yang dipesan, termasuk di dalamnya satu pesawat yang datang 2017 di Indonesia dan kini dikandangkan.
"Kita sudah bayar ke Boeing sebesar US$26 juta untuk 50 unit yang masuk kan baru satu. Pasti Boeing juga tidak akan kembalikan begitu saja, makanya mereka akan negosiasi," kata Ari.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Efek Kecelakaan, Bos Qatar Airways Tunda Pengiriman 737 MAX
"Kami sendiri sudah kirim surat ke McAllister (bos Boeing) kalau kami nyatakan untuk cancel 49 unit," ungkap Ari saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Ia mengungkapkan, masalah Boeing kini adalah kehilangan kepercayaan dari para konsumen Garuda Indonesia. Ari mengatakan penumpang maskapai itu sudah tidak ingin menumpang Boeing 737 MAX 8.
Ia menuturkan, walaupun Boeing 737 MAX 8 dibenahi pihak Boeing, kepercayaan penumpang pada pesawat tersebut tidak akan kembali lagi. Itulah alasan pihaknya untuk menghentikan pemesanan 49 sisa Boeing 737 MAX 8.
"Jadi meskipun mereka sudah benahi sistem MAX 8, itu confidence penumpang sudah nggak ada. Jadi kami minta itu 49 dibatalkan," tegas Ari.
Garuda Indonesia sendiri sebelumnya memesan sekitar 50 pesawat Boeing 737 MAX 8, dan satu diantaranya sudah tiba di Indonesia sejak 2017 lalu. Namun, karena larangan terbang sementara dari Kementerian Perhubungan, pesawat itu telah dilarang terbang dan dikandangkan.
![]() |
Masih dalam wawancara yang sama, Ari mengaku Garuda Indonesia terancam kehilangan US$ 26 juta alias Rp 364 miliar (asumsi kurs Rp 14.000). Hal tersebut dapat terjadi apabila negosiasi antara pihak Garuda dan Boeing tidak menemukan titik tengah dan berakhir buntu.
Uang miliaran rupiah tersebut digunakan Garuda untuk membayar pre down payment (PDP) alias tanda jadi untuk pemesanan 50 Boeing 737 MAX 8. Kini, usai Garuda menyatakan untuk menghentikan pesanannya karena larangan terbang Boeing 737 MAX 8, maka pihak Boeing ingin melakukan negosiasi untuk menindaklanjuti hal tersebut.
"Kalau sesuai kontrak kita nggak bisa narik, itu merupakan risiko kalau (uang) nggak balik ya," ungkap Ari.
Namun, optimisme muncul di pihak Ari. Dia yakin dengan predikat Garuda yang merupakan salah satu pemesan terbanyak Boeing, pihak Boeing akan memberikan jalan tengah yang menguntungkan.
Sebelumnya, pihak Garuda, menurut Ari, sudah mengeluarkan dana awalan untuk pemesanan Boeing 737 MAX 8. Dana tersebut mencakup seluruh 50 pesawat yang dipesan, termasuk di dalamnya satu pesawat yang datang 2017 di Indonesia dan kini dikandangkan.
"Kita sudah bayar ke Boeing sebesar US$26 juta untuk 50 unit yang masuk kan baru satu. Pasti Boeing juga tidak akan kembalikan begitu saja, makanya mereka akan negosiasi," kata Ari.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Efek Kecelakaan, Bos Qatar Airways Tunda Pengiriman 737 MAX
Most Popular