
Trump 'Kandangkan' Boeing 737 Max 8, Penerbangan di AS Kacau
Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
14 March 2019 10:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi mengumumkan perintah darurat dari otoritas penerbangan sipil AS, Federal Aviation Administration (FAA) untuk menangguhkan (grounding) pesawat jet Boeing 737 Max pascakecelakaan Ethiopian Airlines pada Minggu 10 Maret 2019.
Penangguhan penerbangan dari FAA ini juga mempertimbangkan kecelakaan dengan pesawat jenis yang sama milik Lion Air yang jatuh pada 29 Oktober 2018. Total korban meninggal dunia dari dua tragedi maut ini mencapai 346 orang, Ethiopian 157 orang dan Lion 189 orang.
Padahal, dalam pernyataan sebelumnya FAA yang berkantor di Washington DC itu menilai Boeing 737 MAX 8 dan MAX 9 yang tersebar di seluruh dunia masih laik terbang.
Pengumuman Trump pada Rabu (13/3/2019) itu muncul ketika FAA menghadapi tekanan yang meningkat dari para advokat penerbangan dan beberapa pihak lainnya untuk melarang penerbangan pesawat sambil menunggu selesainya investigasi atas kecelakaan yang mematikan itu.
"Kami akan mengeluarkan perintah darurat larangan untuk menangguhkan semua penerbangan 737 Max 8 dan 737 Max 9 dan pesawat yang terkait dengan itu," kata Trump dilansir dari Nbcnews, Kamis (14/03/2019).
FAA menyatakan keputusan menangguhkan pesawat dilakukan setelah menemukan bahwa pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh memiliki pola penerbangan yang sangat mirip dengan penerbangan Lion Air.
"Menjadi jelas bahwa jalur penerbangan Ethiopian sangat mirip dengan penerbangan Lion Air," kata Steven Gottlieb, Wakil Direktur Investigasi Kecelakaan untuk FAA.
Sementara itu, penyelidikan kecelakaan sedang diproses. Kotak hitam dari pesawat juga akan dikirim ke Prancis pada Rabu malam untuk diperiksa.
Keputusan darurat FAA ini tentu berpengaruh pada sejumlah pembatalan penerbangan di AS. Bandara Internasional Miami menyatakan pihaknya memperkirakan ada 19 keberangkatan yang akan dibatalkan. Tiga penerbangan dengan Boeing Max 8 atau Max 9 mendarat sekitar Rabu sore, kata juru bicara bandara, Greg Chin.
"Kami memperkirakan sekitar 10 lagi akan mendarat di sini hari ini [Kamis]," kebanyakan dari mereka adalah American Airlines.
American memiliki sekitar 85 penerbangan sehari dengan armada jet Boeing Max 8 dan Max 9. United Airlines punya sekitar 40 penerbangan dengan memakai tipe pesawat canggih itu.
Southwest Airlines juga memiliki paling banyak, sekitar 150 penerbangan per hari pada jenis pesawat ini dari total sekitar 4.100 penerbangan setiap harinya di AS.
Perintah darurat FAA ini mengikuti arahan serupa dari banyaknya negara di seluruh dunia (termasuk Kanada, negara-negara Eropa, China, Singapura, dan Indonesia) setelah terjadi kecelakaan pada Minggu nahas tersebut.
Pihak Boeing Co. di Chicago menegaskan bahwa pabrikan asal AS itu mendukung perintah otoritas dan telah merekomendasikan bahwa FAA menangguhkan seluruh armada Max 8 atau Max 9 yang totalnya mencapai 371 secara global.
"Boeing telah menentukan untuk merekomendasikan kepada FAA penangguhan sementara operasi seluruh armada global" dari pesawat tersebut, kata pabrikan pesawat itu, dikutip Nbcnews.
"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk memahami penyebab kecelakaan dalam kemitraan dengan para penyelidik, menginformasikan peningkatan keselamatan dan membantu memastikan [kecelakaan ini tidak terjadi lagi," kata Boeing.
Seorang senator Partai Demokrat di Komite Perdagangan, Ilmu Pengetahuan dan Transportasi yakin bahwa penutupan operasional pemerintah AS (shutdown) baru-baru ini membuat pemasangan perangkat lunak keselamatan baru yang ditingkatkan dalam jet Boeing setelah kecelakaan di Indonesia itu tertunda.
"Penutupan pemerintah [shutdown AS] benar-benar memperburuk kegagalan FAA," kata Senator Richard Blumenthal dari Connecticut, merujuk pada jadwal instansi untuk melakukan instalasi perangkat lunak baru setelah kecelakaan Oktober di Indonesia.
"Maskapai ini harus bertanggung jawab," tambah senator itu. "Mereka memiliki perangkat lunak baru, mereka tahu ada masalah dengan sensor [pesawat].
FAA membantah anggapan bahwa shutdown yang sempat terjadi di AS menunda pemasangan peningkatan sistem di Boeing Max 8 dan Max 9.
(tas) Next Article Seperti Lion Air, Pilot Ethiopian Sempat Minta Izin Kembali
Penangguhan penerbangan dari FAA ini juga mempertimbangkan kecelakaan dengan pesawat jenis yang sama milik Lion Air yang jatuh pada 29 Oktober 2018. Total korban meninggal dunia dari dua tragedi maut ini mencapai 346 orang, Ethiopian 157 orang dan Lion 189 orang.
Padahal, dalam pernyataan sebelumnya FAA yang berkantor di Washington DC itu menilai Boeing 737 MAX 8 dan MAX 9 yang tersebar di seluruh dunia masih laik terbang.
Pengumuman Trump pada Rabu (13/3/2019) itu muncul ketika FAA menghadapi tekanan yang meningkat dari para advokat penerbangan dan beberapa pihak lainnya untuk melarang penerbangan pesawat sambil menunggu selesainya investigasi atas kecelakaan yang mematikan itu.
"Kami akan mengeluarkan perintah darurat larangan untuk menangguhkan semua penerbangan 737 Max 8 dan 737 Max 9 dan pesawat yang terkait dengan itu," kata Trump dilansir dari Nbcnews, Kamis (14/03/2019).
FAA menyatakan keputusan menangguhkan pesawat dilakukan setelah menemukan bahwa pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh memiliki pola penerbangan yang sangat mirip dengan penerbangan Lion Air.
"Menjadi jelas bahwa jalur penerbangan Ethiopian sangat mirip dengan penerbangan Lion Air," kata Steven Gottlieb, Wakil Direktur Investigasi Kecelakaan untuk FAA.
Sementara itu, penyelidikan kecelakaan sedang diproses. Kotak hitam dari pesawat juga akan dikirim ke Prancis pada Rabu malam untuk diperiksa.
Keputusan darurat FAA ini tentu berpengaruh pada sejumlah pembatalan penerbangan di AS. Bandara Internasional Miami menyatakan pihaknya memperkirakan ada 19 keberangkatan yang akan dibatalkan. Tiga penerbangan dengan Boeing Max 8 atau Max 9 mendarat sekitar Rabu sore, kata juru bicara bandara, Greg Chin.
"Kami memperkirakan sekitar 10 lagi akan mendarat di sini hari ini [Kamis]," kebanyakan dari mereka adalah American Airlines.
American memiliki sekitar 85 penerbangan sehari dengan armada jet Boeing Max 8 dan Max 9. United Airlines punya sekitar 40 penerbangan dengan memakai tipe pesawat canggih itu.
Southwest Airlines juga memiliki paling banyak, sekitar 150 penerbangan per hari pada jenis pesawat ini dari total sekitar 4.100 penerbangan setiap harinya di AS.
Perintah darurat FAA ini mengikuti arahan serupa dari banyaknya negara di seluruh dunia (termasuk Kanada, negara-negara Eropa, China, Singapura, dan Indonesia) setelah terjadi kecelakaan pada Minggu nahas tersebut.
Pihak Boeing Co. di Chicago menegaskan bahwa pabrikan asal AS itu mendukung perintah otoritas dan telah merekomendasikan bahwa FAA menangguhkan seluruh armada Max 8 atau Max 9 yang totalnya mencapai 371 secara global.
"Boeing telah menentukan untuk merekomendasikan kepada FAA penangguhan sementara operasi seluruh armada global" dari pesawat tersebut, kata pabrikan pesawat itu, dikutip Nbcnews.
"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk memahami penyebab kecelakaan dalam kemitraan dengan para penyelidik, menginformasikan peningkatan keselamatan dan membantu memastikan [kecelakaan ini tidak terjadi lagi," kata Boeing.
![]() |
"Penutupan pemerintah [shutdown AS] benar-benar memperburuk kegagalan FAA," kata Senator Richard Blumenthal dari Connecticut, merujuk pada jadwal instansi untuk melakukan instalasi perangkat lunak baru setelah kecelakaan Oktober di Indonesia.
"Maskapai ini harus bertanggung jawab," tambah senator itu. "Mereka memiliki perangkat lunak baru, mereka tahu ada masalah dengan sensor [pesawat].
FAA membantah anggapan bahwa shutdown yang sempat terjadi di AS menunda pemasangan peningkatan sistem di Boeing Max 8 dan Max 9.
Simak ulasan lengkapnya dalam video berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Seperti Lion Air, Pilot Ethiopian Sempat Minta Izin Kembali
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular