Sri Mulyani Ingin Tiru Korsel: Dulu Miskin, Kini Juara Ekspor

Iswari Anggit, CNBC Indonesia
27 February 2019 20:52
Sri Mulyani ingin RI tiru Korsel, dari defisit jadi juara ekspor
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani memberi sambutan dalam acara Launching National Expert Dashboard di Kantor LPEI SCBD.(CNBC Indonesia/Iswari Anggit)
Jakarta, CNBC Indonesia- Menteri Keuangan Sri Mulyani meresmikan National Export Dashboard atau NED, di Export-Import Bank, Rabu (27/2/2019). Melalui NED, Sri Mulyani berharap pemerintah dan pelaku usaha, bisa menentukan kebijakan dan langkah bisnis yang tepat, untuk mendukung ekspor.

NED merupakan pusat informasi web-based, yang mencakup data terkait ekspor-impor global dan dalam negeri. Data-data tersebut, bersumber dari LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia), UNIED (University Network for Indonesia Export Development), dan BPS (Badan Pusat Statistik).



"Tadi kita sudah memulai acara sore hari dengan launching NED. Ini upaya dari Export-Import Bank untuk terus mengoleksi dan memformulasikan data-data yang berhubungan ekspor-impor secara general. Saat ini sampai 8 digit HS-code. Kita welcome dan sangat senang ada inisiatif membangun kultur atau kemampuan mengorganisasi data, dalam rangka memperbaiki policy kita berdasarkan evidence," ujar Sri Mulyani.

Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani juga mendengarkan paparan data dari hasil kajian UNIED terkait komoditas ekspor andalan Indonesia. Paparan data ini tidak hanya menggambarkan kondisi real komoditas di dalam negeri, tapi juga kondisi market tujuan ekspor.

Dari data tersebut, terdapat 10 komoditas ekspor andalan Indonesia, di antaranya kakao, serta kayu dan furniture. UNIED menjelaskan, konsumsi kakao dalam negeri lebih sedikit ketimbang produksinya, sehingga ekspornya membaik. Namun, ekspor yang tinggi ialah biji kakao, bukan produk olahan kakao, sehingga nilai jualnya masih rendah.

Begitu juga dengan kayu dan furniture. Bahkan, UNIED menyarankan agar Indonesia mengganti market tujuan ekspor. Market tujuan ekspor kayu dan furniture Indonesia selama ini Amerika Serikat, padahal AS bukan tradisional market, sehingga wajar jika penjualan furniture kayu rendah.

Menurut Sri Mulyani, dengan data dan bukti konkret, pemerintah dan dunia usaha seharusnya bisa lebih mudah mengidentifikasi masalah untuk mendorong ekspor.

Sri Mulyani menambahkan, tahun ini pihaknya ingin agar pertumbuhan ekspor mencapai 15%. Dengan kecanggihan teknologi informasi, Sri Mulyani meyakini hal tersebut, sangat mungkin tercapai. Pihaknya mencontohkan perjuangan Korea Selatan yang berhasil mendorong ekspornya sehingga perekonomiannya membaik. Dan jika memungkinkan, Sri Mulyani ingin strategi Korsel bisa diterapkan juga di Indonesia.

"Korsel dulu sama miskinnya kayak kita. Kelaparan di mana-mana. Dia membuat perlombaan ekspor tiap daerah. Saya jadi bayangin, dana insentif daerah kita, saya masukin ekspor, sehingga Bupati berlomba-lomba. Di Eropa sudah dari tahun 70-an begitu. Tidak apa kita ikutin sekarang, better late than not-kan. Nanti saya juga minta kita ada rapat bulanan ekspor, sehingga tahu perkembangan ekspor. Nanti saya bilang sama Pak Darmin, Menperin, Mendag; yukk kita bikin rapat bulanan ekspor."

"Hasil UNIED hari ini jadi bekal kita, kita jadikan platform awal. Teman-teman di dunia akademik juga tidak selesai sampai di sini dan pindah topik. Saya ingin ini diperdalam lagi. Saya akan bikin listnya, mana yang bisa saya dorong menggunakan anggaran. Itu penting. Nanti saya bilang ke pemda; bikin dong vokasi untuk masalah ini, itu," tandasnya.

Simak pernyataan Sri Mulyani soal kondisi ekonomi RI di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article Sri Mulyani Beri Contoh: Korsel Dulu Miskin, Kini Kaya Raya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular