Sri Mulyani: RI Bagaikan Kapal Diterjang Ombak Besar di 2018

Iswari Anggit, CNBC Indonesia
27 February 2019 13:42
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengibatkan perekonomian Indonesia sepanjang 2018 bagaikan sebuah kapal yang diterjang ombak besar.
Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengibatkan perekonomian Indonesia sepanjang 2018 bagaikan sebuah kapal yang diterjang ombak besar. Bagi pemerintah, tak mudah menghadapi situasi tersebut.

Hal itu dikemukakan bendahara negara saat memberikan keynote speech pada Diklat Pengkaderan HIPMI Jaya dengan tema "Pengusaha Lokal dan Tantangan di Era Proteksionisme Global" di Ritz Carlton Hotel, Pacific Place, Jakarta, Rabu (27/2/2019).

"Bagaimana kapal ini tetap jalan walaupun ombak meningkat dan awan, angin menderu kencang. Kapal harus terjaga stabil," tegas Sri Mulyani.



Menurut Sri Mulyani, perjalanan di tahun 2018 tidaklak mudah. Ini dimulai dari keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve yang mengerek bunga acuan.


Kenaikan bunga acuan membuat aliran modal asing yang selama ini 'bergentayangan' di pasar keuangan dunia, kembali ke negeri Paman Sam. Sendi perekonomian nasional, pun ikut terpengaruh.
 Defisit transaksi berjalan Indonesia membengkak, nilai tukar rupiah pun sempat mencatatkan level tertinggi sepanjang sejarah di Rp 15.200/US$ pada 2018.

"Terjadi capital outflow dari emerging market, termasuk Indonesia. Maka neraca pembayaran Indonesia mengalami tekanan," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.

"Situasi 2018, kekhawatiran pemodal global meningkat, cari aman. Inilah yang saya sampaikan pada Anda semua. 2018 bukanlah tahun yang mudah," tegasnya.




Pemerintah maupun otoritas moneter pun mau tidak mau melakukan berbagai upaya, agar kapal yang ditunggangi sepanjang tahun lalu tak hancur lebur terkena derasnya ombak lautan.

"BI naikkan suku bunga tujuh kali, setiap kenaikan 25 basis poin. Di sisi lain, likuiditas dikendorkan. BI coba lepas likuiditas lebih. Kebijakan fiskal kami, ekonomi kita butuh pelindung dan stimulus," jelasnya.

"Kami coba gunakan bauran kebijakan fiskal, moneter. [...] Maka kami jaga stabilitas dan perhatikan momentum pertumbuhan ekonomi terjadi," lanjut Sri Mulyani.

Simak video penjelasan Sri Mulyani terkait perang dagang di bawah ini.

[Gambas:Video CNBC]


(Chandra Gian Asmara/miq) Next Article Kemenkeu Tanpa Pegawai Baru 5 Tahun ke Depan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular