
Jokowi Klaim Impor Beras Turun Sejak 2014, Serius?
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
18 February 2019 10:35

Jakarta, CNBC Indonesia - DalamĀ debat calon presiden semalam, capres nomor urut 02 Prabowo Subianto mempertanyakan kebijakan impor komoditas pangan yang dilakukan capres nomor urut 01 sekaligus petahana, Joko Widodo (Jokowi).
Prabowo menilai, impor bertolak belakang dengan janji kampanye Jokowi di 2014. Kala itu, Jokowi menyatakan dirinya tidak akan mengimpor komoditas pangan bila terpilih menjadi presiden. Selain itu, Prabowo mengkritik impor dalam jumlah besar yang dilakukan berdekatan dengan masa panen, sehingga menjatuhkan harga jual produk petani.
Menanggapi hal itu, Jokowi mengakui, pemerintahannya tidak mungkin bisa membalikkan tangan lepas dari ketergantungan impor pangan dalam waktu setahun - dua tahun.
Jokowi mengklaim impor beras RI terus turun sejak 2014. Selain itu, dia juga menyebut produksi beras tahun lalu bahkan mengalami surplus 2,85 juta ton (sesuai data Badan Pusat Statistik/).
"Di bidang beras, sejak 2014 sampai sekarang impor beras kita turun. Lalu produksi beras kita, di tahun 1984 memang kita swasembada dan saat itu produksi kita 21 juta ton per tahun. Tahun 2018 kemarin, produksi kita 32 juta ton dan konsumsi kita 29 juta ton. Ada surplus 2,85 juta ton," ujar Jokowi, Minggu (17/2/2019).
"Kita sebenarnya sudah surplus. Kenapa kita impor? Karena itu untuk menjaga ketersediaan stok, stabilisasi harga, butuh cadangan untuk menghadapi bencana atau serangan hama," imbuhnya.
Lantas, benarkah klaim Jokowi impor beras RI sudah menurun sejak 2014?
Data BPS yang diperoleh CNBC Indonesia menunjukkan, impor beras Indonesia sejak 2015 hingga tahun lalu sebenarnya fluktuatif, dengan impor tertinggi justru dilakukan di tahun lalu.
Perlu dicatat, data BPS ini merekam impor seluruh jenis beras, baik yang dilakukan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk menjaga cadangan beras pemerintah (CBP) maupun impor beras khusus untuk hotel dan restoran, seperti jenis brasmati dan beras Jepang untuk pembuatan sushi, yang dilakukan oleh swasta.
Untuk melengkapinya, CNBC Indonesia juga menggunakan data yang diperoleh dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk merekam impor beras yang dilakukan Bulog sejak 2014.
Pada 2014, data Kemendag menunjukkan stok Bulog di Maret berada sedikit di bawah batas aman 1,5 juta ton, sehingga pemerintah menugaskan Bulog untuk mengimpor 424.997 ton beras.
Pada 2015, data BPS menunjukkan RI mengimpor 861.601 ton beras. Jumlah ini meningkat di 2016 yang mencapai 1.283.178 ton. Jika diteliti lebih lanjut, sepanjang dua tahun ini Bulog mengimpor beras sebanyak 1.481.725 ton yang dipecah importasinya di kuartal IV-2015 dan kuartal I-2016.
Sepanjang 2017, data BPS memperlihatkan impor beras RI hanya sebesar 305.274 ton. Hal ini disebabkan pemerintah tidak menugaskan Bulog untuk melakukan impor di sepanjang tahun.
Kendati demikian, hal ini menyebabkan stok CBP yang dimiliki Bulog terus merosot hingga menyentuh titik terendahnya di Januari 2018, hanya sebesar 882 ribu ton. Pemerintah pun akhirnya menugaskan Bulog untuk mengimpor beras sebanyak 2 juta ton di tahun lalu, dengan realisasi mencapai 1,8 juta ton.
Di data BPS sendiri, impor seluruh jenis beras sepanjang 2018 tercatat sebesar 2.253.824 ton, termasuk di dalamnya adalah impor pengadaan Bulog tersebut.
Bisa disimpulkan, klaim Jokowi bahwa impor beras RI terus menurun sejak 2014 kurang valid.
Kenyataannya, baik penugasan impor beras yang dilakukan Bulog maupun impor beras secara keseluruhan sejak 2014 hingga tahun lalu jumlahnya fluktuatif naik dan turun, dengan volume impor tertinggi tercatat di tahun lalu.
Saksikan video soal impor beras di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(wed/wed) Next Article Jokowi Janji Hadirkan 'Dilan' di Pemerintahan, Apa Itu?
Prabowo menilai, impor bertolak belakang dengan janji kampanye Jokowi di 2014. Kala itu, Jokowi menyatakan dirinya tidak akan mengimpor komoditas pangan bila terpilih menjadi presiden. Selain itu, Prabowo mengkritik impor dalam jumlah besar yang dilakukan berdekatan dengan masa panen, sehingga menjatuhkan harga jual produk petani.
Menanggapi hal itu, Jokowi mengakui, pemerintahannya tidak mungkin bisa membalikkan tangan lepas dari ketergantungan impor pangan dalam waktu setahun - dua tahun.
"Di bidang beras, sejak 2014 sampai sekarang impor beras kita turun. Lalu produksi beras kita, di tahun 1984 memang kita swasembada dan saat itu produksi kita 21 juta ton per tahun. Tahun 2018 kemarin, produksi kita 32 juta ton dan konsumsi kita 29 juta ton. Ada surplus 2,85 juta ton," ujar Jokowi, Minggu (17/2/2019).
"Kita sebenarnya sudah surplus. Kenapa kita impor? Karena itu untuk menjaga ketersediaan stok, stabilisasi harga, butuh cadangan untuk menghadapi bencana atau serangan hama," imbuhnya.
Lantas, benarkah klaim Jokowi impor beras RI sudah menurun sejak 2014?
Data BPS yang diperoleh CNBC Indonesia menunjukkan, impor beras Indonesia sejak 2015 hingga tahun lalu sebenarnya fluktuatif, dengan impor tertinggi justru dilakukan di tahun lalu.
Perlu dicatat, data BPS ini merekam impor seluruh jenis beras, baik yang dilakukan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk menjaga cadangan beras pemerintah (CBP) maupun impor beras khusus untuk hotel dan restoran, seperti jenis brasmati dan beras Jepang untuk pembuatan sushi, yang dilakukan oleh swasta.
Untuk melengkapinya, CNBC Indonesia juga menggunakan data yang diperoleh dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk merekam impor beras yang dilakukan Bulog sejak 2014.
Pada 2014, data Kemendag menunjukkan stok Bulog di Maret berada sedikit di bawah batas aman 1,5 juta ton, sehingga pemerintah menugaskan Bulog untuk mengimpor 424.997 ton beras.
Pada 2015, data BPS menunjukkan RI mengimpor 861.601 ton beras. Jumlah ini meningkat di 2016 yang mencapai 1.283.178 ton. Jika diteliti lebih lanjut, sepanjang dua tahun ini Bulog mengimpor beras sebanyak 1.481.725 ton yang dipecah importasinya di kuartal IV-2015 dan kuartal I-2016.
Sepanjang 2017, data BPS memperlihatkan impor beras RI hanya sebesar 305.274 ton. Hal ini disebabkan pemerintah tidak menugaskan Bulog untuk melakukan impor di sepanjang tahun.
Kendati demikian, hal ini menyebabkan stok CBP yang dimiliki Bulog terus merosot hingga menyentuh titik terendahnya di Januari 2018, hanya sebesar 882 ribu ton. Pemerintah pun akhirnya menugaskan Bulog untuk mengimpor beras sebanyak 2 juta ton di tahun lalu, dengan realisasi mencapai 1,8 juta ton.
Di data BPS sendiri, impor seluruh jenis beras sepanjang 2018 tercatat sebesar 2.253.824 ton, termasuk di dalamnya adalah impor pengadaan Bulog tersebut.
Bisa disimpulkan, klaim Jokowi bahwa impor beras RI terus menurun sejak 2014 kurang valid.
Kenyataannya, baik penugasan impor beras yang dilakukan Bulog maupun impor beras secara keseluruhan sejak 2014 hingga tahun lalu jumlahnya fluktuatif naik dan turun, dengan volume impor tertinggi tercatat di tahun lalu.
Saksikan video soal impor beras di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(wed/wed) Next Article Jokowi Janji Hadirkan 'Dilan' di Pemerintahan, Apa Itu?
Most Popular