Defisit US$ 11,58 Miliar, Migas Jadi Biang Kerok NPI

Iswari Anggit, CNBC Indonesia
08 February 2019 16:17
Defisit migas di transaksi berjalan meroket 57% jadi US$ 11,58 miliar.
Foto: Bank Indonesia (CNBC Indonesia/Iswari Anggit)
Jakarta, CNBC Indonesia- Defisit migas transaksi berjalan RI selama 2018 mencapai US$ 11,58 miliar. Angka ini meroket 57% dibanding realisasi tahun 2017 yang hanya US$ 7,34 miliar.

Tingginya defisit ini karena impor yang bengkak selama 2018, yang mencapai US$ 29,2 miliar. Sementara ekspor hanya berhasil membukukan US$ 17,64.

Selain peningkatan impor seiring peningkatan rerata harga minyak dunia, kenaikan defisit juga akibat konsumsi BBM domestik.

"Memang impor migas dari tahun ke tahun levelnya sekitar US$ 20 miliar-an. Biasanya itu dikompensasi dengan neraca non migas yang surplusnya tinggi. Dilalah, tahun ini (harga) dropnya di luar ekspektasi, kita jadi gak bisa nutup," ujar Direktur Eksekutif Statistik Bank Indonesia Yati Kurniati, Jumat (08/2/2019).

Meski begitu, untuk kuartal IV 2018, defisit migas sebenarnya agak lumayan turun hanya menyentuh US$ 2,8 miliar. Lebih rendah dibanding kuartal III yang mencapai US$ 3,55 miliar.

Yati memaparkan pemerintah sudah mengupayakan berbagai kebijakan untuk perbaikan, baik dari sisi penghematan konsumsi dengan penerapan Biofuel, hingga investasi kilang-kilang baru. "Mudah-mudahan kinerja bisa menghasilkan produksi dalam negeri lebih baik," ujarnya.

Sementara, Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan IV-2018 mencatatkan surplus US$ 5,4 miliar. BI memandang surplus ini karena ketahanan eksternal terjaga.

Berikut kesimpulan BI untuk Neraca Pembayaran Indonesia:

Perkembangan NPI pada 2018 secara keseluruhan tahun 2018 menunjukkan ketahanan sektor eksternal yang tetap terkendali. Defisit neraca transaksi berjalan masih berada dalam batas yang aman, sebesar US$ 31,1 miliar atau 2,98% dari PDB.

Defisit tersebut terutama dipengaruhi oleh impor nonmigas yang tinggi, khususnya bahan baku dan barang modal, sebagai dampak dari kuatnya aktivitas ekonomi dalam negeri, di tengah kinerja ekspor nonmigas yang terbatas. Kenaikan defisit juga didorong oleh peningkatan impor minyak seiring peningkatan rerata harga minyak dunia dan konsumsi BBM domestik.

Di sisi lain, di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global yang tinggi, transaksi modal dan finansial mencatat surplus yang cukup signifikan sebesar US$ 25,2 miliar, terutama ditopang aliran masuk modal berjangka panjang. Dengan kondisi tersebut, NPI tahun 2018 mengalami defisit sebesar US$ 7,1 miliar.
(gus/gus) Next Article Streaming: Defisit Perdagangan 2020 Masih Dibayangi Migas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular