
Produksi Minyak 1 Juta Barel per Hari, Mungkinkah?
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
04 February 2019 08:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi minyak, bahkan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan produksi minyak nasional bisa mencapai 1 juta barel/hari (BOPD) pada 2022 mendatang.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Wisnu Prabawa Taher mengatakan kunci untuk mencapai target tersebut adalah dengan gencar melakukan eksplorasi dan implementasi teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR).
"Kuncinya pada eksplorasi dan EOR," ujar Wisnu kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Jumat (1/2/2019).
Namun, akankah target tersebut bisa diwujudkan?
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menuturkan, saat ini pihaknya tengah mengevaluasi langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkan target tersebut.
"Lagi kami evaluasi langkah-langkahnya, ya harus optimistis bisa tercapai," ujar Arcandra, di Jakarta, Jumat (1/2/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan, Indonesia sudah memiliki dana eksplorasi dari Komitmen Kerja Pasti (KKP). Dana ini diharapkan dapat membantu meningkatkan produksi tersebut.
Jika dilihat sejarah, Indonesia memang pernah menyentuh angka produksi 1 juta barel/hari untuk produksi minyak. Terakhir kali hal itu terjadi yakni pada 2006, atau 13 tahun lalu.
Data rekaman produksi minyak mentah Indonesia pada era pada periode 1980-2000 jauh melebihi kapasitas yang sekarang. Pada masa itu, rata-rata produksi tahunan minyak Indonesia berada pada kisaran 1,5 juta barel/hari. Puncaknya terjadi pada tahun 1981 di mana produksi minyak mentah mencapai 1,6 juta barel/hari.
Ditambah lagi, pascamenemukan minyak dari lapangan Minas dan Duri (yang dikelola Chevron), pada tahun 1977, produksi minyak dalam negeri mencapai 1,68 juta barel/hari.
Dengan produksi yang melimpah kala itu, Indonesia berhasil masuk dalam jajaran 11 negara produsen minyak terbesar di dunia. Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam keanggotaan OPEC.
Sekarang ini, rata-rata produksi minyak bumi Pertiwi hanya berkisar antara 700.000 - 800.000 barel/hari. Dengan kata lain sudah berkurang setengahnya. Capaian ini membuat Indonesia harus rela berada di peringkat ke-23 di antara negara penghasil minyak lainnya.
Turunnya produksi minyak Tanah Air disebabkan oleh faktor alami dari sumur yang ada. Semakin lama, cadangan minyak pada masing-masing sumur memang akan terus berkurang. Bila jumlah sumur minyak tidak ditambah, peningkatan kembali produksi minyak agaknya seperti mimpi belaka.
Pada awal bulan ini, pemerintah akan melelang lima blok migas. Ini akan menjadi lelang tahap I di 2019.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto menjabarkan, lima blok tersebut terdiri dari tiga blok eksplorasi dan dua blok eks-produksi.
"Di tahap satu ada lima blok yang dilelang. Tadi baru rapat dengan Pak Wamen ESDM (Arcandra Tahar) soal terms and condition-nya. Ada arahan-arahan yang sedang kami kerjakan, jadi perlu waktu," jelas Djoko kepada media dalam paparan kinerja subsektor migas, di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (11/1/2019).
(tas) Next Article Kartu AS Joe Biden untuk Tekan Harga Minyak: SPR! Apaan Tuh?
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Wisnu Prabawa Taher mengatakan kunci untuk mencapai target tersebut adalah dengan gencar melakukan eksplorasi dan implementasi teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR).
"Kuncinya pada eksplorasi dan EOR," ujar Wisnu kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Jumat (1/2/2019).
Namun, akankah target tersebut bisa diwujudkan?
"Lagi kami evaluasi langkah-langkahnya, ya harus optimistis bisa tercapai," ujar Arcandra, di Jakarta, Jumat (1/2/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan, Indonesia sudah memiliki dana eksplorasi dari Komitmen Kerja Pasti (KKP). Dana ini diharapkan dapat membantu meningkatkan produksi tersebut.
Jika dilihat sejarah, Indonesia memang pernah menyentuh angka produksi 1 juta barel/hari untuk produksi minyak. Terakhir kali hal itu terjadi yakni pada 2006, atau 13 tahun lalu.
Data rekaman produksi minyak mentah Indonesia pada era pada periode 1980-2000 jauh melebihi kapasitas yang sekarang. Pada masa itu, rata-rata produksi tahunan minyak Indonesia berada pada kisaran 1,5 juta barel/hari. Puncaknya terjadi pada tahun 1981 di mana produksi minyak mentah mencapai 1,6 juta barel/hari.
Ditambah lagi, pascamenemukan minyak dari lapangan Minas dan Duri (yang dikelola Chevron), pada tahun 1977, produksi minyak dalam negeri mencapai 1,68 juta barel/hari.
Dengan produksi yang melimpah kala itu, Indonesia berhasil masuk dalam jajaran 11 negara produsen minyak terbesar di dunia. Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam keanggotaan OPEC.
Sekarang ini, rata-rata produksi minyak bumi Pertiwi hanya berkisar antara 700.000 - 800.000 barel/hari. Dengan kata lain sudah berkurang setengahnya. Capaian ini membuat Indonesia harus rela berada di peringkat ke-23 di antara negara penghasil minyak lainnya.
Turunnya produksi minyak Tanah Air disebabkan oleh faktor alami dari sumur yang ada. Semakin lama, cadangan minyak pada masing-masing sumur memang akan terus berkurang. Bila jumlah sumur minyak tidak ditambah, peningkatan kembali produksi minyak agaknya seperti mimpi belaka.
Pada awal bulan ini, pemerintah akan melelang lima blok migas. Ini akan menjadi lelang tahap I di 2019.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto menjabarkan, lima blok tersebut terdiri dari tiga blok eksplorasi dan dua blok eks-produksi.
"Di tahap satu ada lima blok yang dilelang. Tadi baru rapat dengan Pak Wamen ESDM (Arcandra Tahar) soal terms and condition-nya. Ada arahan-arahan yang sedang kami kerjakan, jadi perlu waktu," jelas Djoko kepada media dalam paparan kinerja subsektor migas, di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (11/1/2019).
![]() |
(tas) Next Article Kartu AS Joe Biden untuk Tekan Harga Minyak: SPR! Apaan Tuh?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular