
Internasional
Ternyata FBI Sedang Selidiki Puluhan Kasus Mata-mata China
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
30 January 2019 12:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Biro Intelijen Federal Amerika Serikat (AS) FBI ternyata sedang menyelidiki dugaan aksi spionase atau mata-mata ekonomi yang dilakukan China di hampir 56 kantornya di seluruh negara itu.
Kabar ini menggarisbawahi dalamnya ancaman terhadap bisnis AS, kata Direktur Christopher Wray kepada Kongres, Selasa (29/1/2019).
"Surat tuntutan terhadap China adalah ancaman kontra-intelijen paling signifikan yang kami hadapi," kata Wray kepada Komite Intelijen Senat dalam dengar pendapat tentang ancaman asing.
"Kami sedang melakukan investigasi spionase ekonomi, misalnya, itu hanya satu bagian kecil dari keseluruhan tuntutan, di hampir setiap 56 kantor lapangan kami," katanya, dilansir dari AFP.
"Jumlahnya mungkin meningkat dua kali lipat dalam tiga atau empat tahun terakhir, dan tidak semuanya, tetapi hampir semuanya mengarah ke China."
Wray berbicara sehari setelah Departemen Kehakiman mendakwa raksasa telekomunikasi China, Huawei, atas "upaya seluruh perusahaan" mencuri rahasia dagang dari T-Mobile USA.
Dakwaan itu mengatakan Huawei menawarkan bonus kepada karyawan "berdasarkan nilai informasi yang mereka curi dari perusahaan lain di seluruh dunia," yang akan mereka kirim ke Huawei melalui alamat email terenkripsi.
Kepala intelijen AS dalam persidangan mengatakan China adalah ancaman paling kuat secara politik, militer, dan ekonomi terhadap Amerika Serikat, dan bahwa ancaman itu terus tumbuh.
Laporan tahunan Penilaian Ancaman Sedunia dari badan intelijen itu menuduh bahwa Beijing akan menargetkan sektor teknologi AS yang penting sebagai sasaran spionase dan pencurian kapan pun negara tersebut merasa tidak dapat mengembangkan teknologi penting itu sendiri.
"Kami juga prihatin tentang kemungkinan intelijen China dan layanan keamanan menggunakan perusahaan teknologi informasi China sebagai platform spionase rutin dan sistemik terhadap Amerika Serikat dan sekutu," katanya.
Direktur Badan Intelijen Pertahanan Letnan Jenderal Robert Ashley mengatakan dalam dengar pendapat itu bahwa kepemimpinan Beijing dan partai Komunis China telah mempersulit pengusaha China menjadi pengusaha murni dan menghindari kecurigaan.
"Huawei perlu membuat keputusan tentang arah yang ingin mereka ambil terkait apakah mereka mendukung pemerintah China atau berbisnis secara independen," katanya.
"Tantangannya adalah keputusan itu tidak terletak di tangan Huawei tapi di CCP, di tangan Xi Jinping."
(prm) Next Article Pimpinan FBI & MI5 Peringatkan Ancaman Spionase China
Kabar ini menggarisbawahi dalamnya ancaman terhadap bisnis AS, kata Direktur Christopher Wray kepada Kongres, Selasa (29/1/2019).
"Surat tuntutan terhadap China adalah ancaman kontra-intelijen paling signifikan yang kami hadapi," kata Wray kepada Komite Intelijen Senat dalam dengar pendapat tentang ancaman asing.
"Jumlahnya mungkin meningkat dua kali lipat dalam tiga atau empat tahun terakhir, dan tidak semuanya, tetapi hampir semuanya mengarah ke China."
Wray berbicara sehari setelah Departemen Kehakiman mendakwa raksasa telekomunikasi China, Huawei, atas "upaya seluruh perusahaan" mencuri rahasia dagang dari T-Mobile USA.
![]() |
Dakwaan itu mengatakan Huawei menawarkan bonus kepada karyawan "berdasarkan nilai informasi yang mereka curi dari perusahaan lain di seluruh dunia," yang akan mereka kirim ke Huawei melalui alamat email terenkripsi.
Kepala intelijen AS dalam persidangan mengatakan China adalah ancaman paling kuat secara politik, militer, dan ekonomi terhadap Amerika Serikat, dan bahwa ancaman itu terus tumbuh.
Laporan tahunan Penilaian Ancaman Sedunia dari badan intelijen itu menuduh bahwa Beijing akan menargetkan sektor teknologi AS yang penting sebagai sasaran spionase dan pencurian kapan pun negara tersebut merasa tidak dapat mengembangkan teknologi penting itu sendiri.
"Kami juga prihatin tentang kemungkinan intelijen China dan layanan keamanan menggunakan perusahaan teknologi informasi China sebagai platform spionase rutin dan sistemik terhadap Amerika Serikat dan sekutu," katanya.
Direktur Badan Intelijen Pertahanan Letnan Jenderal Robert Ashley mengatakan dalam dengar pendapat itu bahwa kepemimpinan Beijing dan partai Komunis China telah mempersulit pengusaha China menjadi pengusaha murni dan menghindari kecurigaan.
"Huawei perlu membuat keputusan tentang arah yang ingin mereka ambil terkait apakah mereka mendukung pemerintah China atau berbisnis secara independen," katanya.
"Tantangannya adalah keputusan itu tidak terletak di tangan Huawei tapi di CCP, di tangan Xi Jinping."
(prm) Next Article Pimpinan FBI & MI5 Peringatkan Ancaman Spionase China
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular