
Penjualan Emas Freeport dari Papua Melonjak 53%
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
28 January 2019 19:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang 2018, tambang emas dan tembaga Grasberg milikĀ PT Freeport Indonesia di Papua masih mencatatkan kinerja positif. Hal tersebut dikemukakan oleh Freeport McMoran dalam rilis laporan kuartal IV dan tahunan 2018.
Dalam laporan tersebut tercatat, dari tambang Grasberg, hingga akhir 2018 produksi tembaga mencapai 1.160 juta pound, atau naik dibandingkan 2017 yang sebesar 984 juta pound.
Selain itu, untuk penjualan tembaga sepanjang 2018, tercatat sebesar 1.130 juta pound atau naik dibandingkan capaian di 2017 yang sebesar 984 juta pound. Adapun, harga rata-rata tembaga di 2018 US$ 2,89 per pound, turun dibandingkan harga jual rata-rata di 2017 yang sebesar US$ 3 per pound.
Sementara untuk komoditas emas, produksi pada 2018 tercatat 2.416.000 ounces. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan produksi 2017 yang sebesar 1.554,000 ounces. Angka penjualan emas meningkat menjadi 2.366.000 ounces, dari 1.540.000 ounces pada 2017 atau naik 53%.
Namun, harga rata-rata emas yang dijual turun menjadi US$ 1.254 per ounces dari yang sebelumnya US$ 1.268 per ounces.
Presiden dan Chief Executive Officer Freeport McMoran (FCX), Richard Adkerson, menuturkan selama 2018 pihaknya telah mencapai hasil operasi yang kuat dengan fokus berkelanjutan pada keselamatan, produktivitas, manajemen biaya dan disiplin modal. Tidak lupa ia menyebutkan, telah membangun kemitraan baru dengan pemerintah Indonesia, yang melindungi nilai jangka panjang Freeport di Grasberg.
"Kami terus memperkuat neraca kami, memulai pengembangan proyek tembaga baru yang menarik di Lone Star di Arizona Timur, menyelesaikan proyek konstruksi penting untuk mendukung penambangan bawah tanah jangka panjang di Grasberg dan menambahkan cadangan baru untuk portofolio kami untuk memperpanjang usia tambang dan meningkatkan opsi pertumbuhan di masa depan," tuturnya melalui keterangan resmi yang dikutip Senin (28/1/2019).
Selain itu, lanjut Richard, memasuki 2019, prioritas perusahaan akan difokuskan pada pencapaian tonggak penting untuk meningkatkan produksi dari aset bawah tanah skala besar di distrik mineral Grasberg, selain itu juga melanjutkan fokus pada produktivitas dan manajemen biaya, dan menentukan opsi pertumbuhan masa depan dari portofolio besar cadangan dan sumber daya.
"Terlepas dari ketidakpastian pasar baru-baru ini, kami tetap yakin dengan fundamental dan prospek jangka panjang untuk tembaga dan peluang untuk memberikan nilai yang substansial kepada pemegang saham dari portofolio utama kami dari beragam aset tembaga berumur panjang yang bervariasi secara geografis," tandasnya.
(wed/wed) Next Article Sampai 2023, Inalum Investasi Rp 98 T untuk Tambang Grasberg
Dalam laporan tersebut tercatat, dari tambang Grasberg, hingga akhir 2018 produksi tembaga mencapai 1.160 juta pound, atau naik dibandingkan 2017 yang sebesar 984 juta pound.
Selain itu, untuk penjualan tembaga sepanjang 2018, tercatat sebesar 1.130 juta pound atau naik dibandingkan capaian di 2017 yang sebesar 984 juta pound. Adapun, harga rata-rata tembaga di 2018 US$ 2,89 per pound, turun dibandingkan harga jual rata-rata di 2017 yang sebesar US$ 3 per pound.
Namun, harga rata-rata emas yang dijual turun menjadi US$ 1.254 per ounces dari yang sebelumnya US$ 1.268 per ounces.
Presiden dan Chief Executive Officer Freeport McMoran (FCX), Richard Adkerson, menuturkan selama 2018 pihaknya telah mencapai hasil operasi yang kuat dengan fokus berkelanjutan pada keselamatan, produktivitas, manajemen biaya dan disiplin modal. Tidak lupa ia menyebutkan, telah membangun kemitraan baru dengan pemerintah Indonesia, yang melindungi nilai jangka panjang Freeport di Grasberg.
"Kami terus memperkuat neraca kami, memulai pengembangan proyek tembaga baru yang menarik di Lone Star di Arizona Timur, menyelesaikan proyek konstruksi penting untuk mendukung penambangan bawah tanah jangka panjang di Grasberg dan menambahkan cadangan baru untuk portofolio kami untuk memperpanjang usia tambang dan meningkatkan opsi pertumbuhan di masa depan," tuturnya melalui keterangan resmi yang dikutip Senin (28/1/2019).
Selain itu, lanjut Richard, memasuki 2019, prioritas perusahaan akan difokuskan pada pencapaian tonggak penting untuk meningkatkan produksi dari aset bawah tanah skala besar di distrik mineral Grasberg, selain itu juga melanjutkan fokus pada produktivitas dan manajemen biaya, dan menentukan opsi pertumbuhan masa depan dari portofolio besar cadangan dan sumber daya.
"Terlepas dari ketidakpastian pasar baru-baru ini, kami tetap yakin dengan fundamental dan prospek jangka panjang untuk tembaga dan peluang untuk memberikan nilai yang substansial kepada pemegang saham dari portofolio utama kami dari beragam aset tembaga berumur panjang yang bervariasi secara geografis," tandasnya.
(wed/wed) Next Article Sampai 2023, Inalum Investasi Rp 98 T untuk Tambang Grasberg
Most Popular