
Saham MU Melesat Hampir 6% dalam Sebulan, Terima Kasih Ole!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 January 2019 10:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Penampilan Manchester United yang moncer selama sebulan terakhir menyenangkan banyak pihak. Tidak hanya para penggemar Setan Merah, investor pun memberi apresiasi.
Dalam sebulan terahir, harga saham Manchester United yang dicatatkan di Wall Street melesat 5,87%. Bahkan harga sahamnya sempat mencapai titik tertinggi sejak November 2018, sebelum terkoreksi mungkin karena ambil untung.
Harga saham United merosot sejak awal November 2018. Hal ini seiring penampilan pasukan Old Trafford di lapangan.
Pada musim 2018/2019, start United boleh dibilang sangat buruk. Dalam 17 pertandingan awal di Liga Primer Inggris, United hanya mampu mendulang 17 angka. Ini menjadi catatan terburuk sejak musim 1990-1991.
Fans United meradang, investor pun kejang-kejang. Jika performa seperti ini berlanjut hingga akhir musim, maka United bakal sulit untuk finis di empat besar atau zona Liga Champions.
Padahal pendapatan dari tampil di kompetisi antar klub kelas satu di Eropa itu tidak main-main. Musim ini, setiap klub yang berlaga di fase grup Liga Champions mendapat suntikan duit EUR 15,25 juta atau sekira Rp 244,54 miliar dengan kurs saat ini. Apabila lolos ke fase gugur, maka aka nada tambahan EUR 9,5 juta (Rp 152,34 miliar).
Musim depan, hadiah itu kemungkinan besar bertambah. Bila United gagal mengamankan posisi di empat besar, maka potensi pendapatan tersebut bakal menguap. Laba United bisa mengkerut, dan namanya emiten kalau ada risiko penurunan laba maka sahamnya akan mengalami aksi jual.
Itu yang terjadi pada United awal musim ini. Sejak 10 Agustus 2018 hingga 17 Desember 2018, harga saham United amblas 21,71%. Wow.
Mourinho belum kunjung mampu mematahkan mitos musim ketiga. Kala memasuki musim ketiga memimpin ruang ganti sebuah klub, biasanya prestasi Mourinho merosot drastis. Itu yang terjadi di Chelsea, Real Madrid, dan kini United.
Dihantui kecemasan kehilangan posisi elit di persepakbolaan Inggris, puncak kesabaran manajemen United habis kala Setan Merah takluk oleh Liverpool di Anfield. Tidak sekadar takluk, United bagai menjadi tim latih tanding bagi Si Merah.
Liverpool mencatatkan 36 tembakan ke gawang dan 11 kali tepat sasaran. Sementara United hanya membukukan 6 tembakan dan 2 on target.
Hancur di Anfield menjadi titik balik kebangkitan United. Mourinho dipecat, dan digantikan oleh salah satu anak emas Old Trafford, Ole Gunnar Solskjaer.
Dalam usia 45 tahun, Solskjaer tidak banyak berubah. Wajahnya masih menggambarkan julukannya, The Babyfaced Assassin. Hanya uban yang mulai menjajah di kepalanya, selain itu Solskjaer tetap tampak seperti 2 dekade lalu.
Di bawah asuhan Solskjaer, United seakan kembali menemukan keriangan kala bermain sepak bola. Tidak ada lagi bermain dengan tegang dan pragmatis, sekarang United berlaga dengan tenang dan santai. Layaknya anak-anak yang menemukan kebahagiaan saat bermain sepak bola.
"Saya ingin kami bermain dengan berani dan bersedia mengambil risiko. Saya ini para pemain seperti anak-anak yang mencintai sepak bola," kata Solskjaer, mengutip Mirror.
Pesimisme dan gairah di ruang ganti United sudah sirna, berubah menjadi hasrat dan kegembiraan saat bermain di lapangan. Hasilnya ciamik, United selalu menang setelah ditangani Solskjaer. Delapan kali tanding, delapan kali menang alias 100%!
Perlahan tetapi pasti, United mulai menebar ancaman dan memperbaiki posisi di klasemen. Kini United berada di peringkat keenam dengan raihan 44 angka, sama dengan Arsenal yang tepat di atasnya. United hanya berjarak 3 poin dengan Chelsea di posisi empat, jatah terakhir untuk lolos ke Liga Champions.
Target masuk empat besar pun sepertinya bisa terpenuhi kalau United terus tampil seperti sekarang. Posisi zona Liga Champions bukan lagi sekadar angan-angan, tetapi sangat bisa diwujudkan.
Melihat perkembangan itu, gairah fans, manajemen, dan investor kembali membuncah. Prospek bermain di Liga Champions musim depan yang kian terbuka membuat investor yakin bahwa United akan mampu kembali mengeruk cuan. Saham United pun mengalami aksi borong sehingga nilainya melejit.
Investor patut berterima kasih kepada Solskjaer karena mengembalikan harapan di Teater Impian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Yakin Mau #OleOut, MU?
Dalam sebulan terahir, harga saham Manchester United yang dicatatkan di Wall Street melesat 5,87%. Bahkan harga sahamnya sempat mencapai titik tertinggi sejak November 2018, sebelum terkoreksi mungkin karena ambil untung.
Pada musim 2018/2019, start United boleh dibilang sangat buruk. Dalam 17 pertandingan awal di Liga Primer Inggris, United hanya mampu mendulang 17 angka. Ini menjadi catatan terburuk sejak musim 1990-1991.
Fans United meradang, investor pun kejang-kejang. Jika performa seperti ini berlanjut hingga akhir musim, maka United bakal sulit untuk finis di empat besar atau zona Liga Champions.
Padahal pendapatan dari tampil di kompetisi antar klub kelas satu di Eropa itu tidak main-main. Musim ini, setiap klub yang berlaga di fase grup Liga Champions mendapat suntikan duit EUR 15,25 juta atau sekira Rp 244,54 miliar dengan kurs saat ini. Apabila lolos ke fase gugur, maka aka nada tambahan EUR 9,5 juta (Rp 152,34 miliar).
Musim depan, hadiah itu kemungkinan besar bertambah. Bila United gagal mengamankan posisi di empat besar, maka potensi pendapatan tersebut bakal menguap. Laba United bisa mengkerut, dan namanya emiten kalau ada risiko penurunan laba maka sahamnya akan mengalami aksi jual.
Itu yang terjadi pada United awal musim ini. Sejak 10 Agustus 2018 hingga 17 Desember 2018, harga saham United amblas 21,71%. Wow.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Lalu, apa yang membuat harga saham United bisa rebound dalam sebulan terakhir? Jawabannya (tentu semua orang tahu) adalah pemecatan Jose Mourinho. Fans, manajemen, dan pemegang saham sepertinya sudah kehilangan kepercayaan terhadap Si Spesial. Mourinho belum kunjung mampu mematahkan mitos musim ketiga. Kala memasuki musim ketiga memimpin ruang ganti sebuah klub, biasanya prestasi Mourinho merosot drastis. Itu yang terjadi di Chelsea, Real Madrid, dan kini United.
Dihantui kecemasan kehilangan posisi elit di persepakbolaan Inggris, puncak kesabaran manajemen United habis kala Setan Merah takluk oleh Liverpool di Anfield. Tidak sekadar takluk, United bagai menjadi tim latih tanding bagi Si Merah.
Liverpool mencatatkan 36 tembakan ke gawang dan 11 kali tepat sasaran. Sementara United hanya membukukan 6 tembakan dan 2 on target.
Hancur di Anfield menjadi titik balik kebangkitan United. Mourinho dipecat, dan digantikan oleh salah satu anak emas Old Trafford, Ole Gunnar Solskjaer.
Dalam usia 45 tahun, Solskjaer tidak banyak berubah. Wajahnya masih menggambarkan julukannya, The Babyfaced Assassin. Hanya uban yang mulai menjajah di kepalanya, selain itu Solskjaer tetap tampak seperti 2 dekade lalu.
Di bawah asuhan Solskjaer, United seakan kembali menemukan keriangan kala bermain sepak bola. Tidak ada lagi bermain dengan tegang dan pragmatis, sekarang United berlaga dengan tenang dan santai. Layaknya anak-anak yang menemukan kebahagiaan saat bermain sepak bola.
"Saya ingin kami bermain dengan berani dan bersedia mengambil risiko. Saya ini para pemain seperti anak-anak yang mencintai sepak bola," kata Solskjaer, mengutip Mirror.
Pesimisme dan gairah di ruang ganti United sudah sirna, berubah menjadi hasrat dan kegembiraan saat bermain di lapangan. Hasilnya ciamik, United selalu menang setelah ditangani Solskjaer. Delapan kali tanding, delapan kali menang alias 100%!
Perlahan tetapi pasti, United mulai menebar ancaman dan memperbaiki posisi di klasemen. Kini United berada di peringkat keenam dengan raihan 44 angka, sama dengan Arsenal yang tepat di atasnya. United hanya berjarak 3 poin dengan Chelsea di posisi empat, jatah terakhir untuk lolos ke Liga Champions.
Target masuk empat besar pun sepertinya bisa terpenuhi kalau United terus tampil seperti sekarang. Posisi zona Liga Champions bukan lagi sekadar angan-angan, tetapi sangat bisa diwujudkan.
Melihat perkembangan itu, gairah fans, manajemen, dan investor kembali membuncah. Prospek bermain di Liga Champions musim depan yang kian terbuka membuat investor yakin bahwa United akan mampu kembali mengeruk cuan. Saham United pun mengalami aksi borong sehingga nilainya melejit.
Investor patut berterima kasih kepada Solskjaer karena mengembalikan harapan di Teater Impian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Yakin Mau #OleOut, MU?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular