China Desak AS Cari Solusi Perang Dagang

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
24 January 2019 11:40
Pidato Wakil Presiden China Wang Qishan di depan para kepala negara di forum internasional World Economic Forum (WEF) 2019.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Presiden China Wang Qishan dalam pidatonya di depan para kepala negara di forum internasional World Economic Forum (WEF) 2019 mengatakan perselisihan antara Washington dan Beijing "merugikan kepentingan kedua belah pihak".

Pidato yang ditunggu-tunggu dengan penuh semangat oleh pelaku ekonomi dunia di Davos, Swiss, itu disampaikan hanya beberapa minggu menjelang tenggat waktu yang telah ditentukan. Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan China diharuskan mencapai kesepakatan dagang pada 2 Maret mendatang.

Kedua pemerintahan, Washington dan Beijing, terlibat perang dagang selama setahun terakhir dan saling bersaing menjadi negara paling berpengaruh di dunia.

"Untuk ekonomi China dan AS, saya percaya kedua negara berada dalam keadaan yang saling membutuhkan," kata Wang, Rabu (23/1/2019) dalam transkrip WEF yang dikutip dari CNBC International.

"
Ini adalah kenyataan, kedua belah pihak tidak dapat berhasil tanpa bantuan satu sama lain. Jadi, kesimpulannya adalah bahwa harus ada [hubungan] yang saling menguntungkan dan win-win," tambahnya.

Pertemuan tahunan para pemimpin politik top dunia di WEF ini awalnya diharapkan bisa menjadi sarana bagi AS dan China untuk mengadakan pembicaraan tentang perdagangan.

Namun, Gedung Putih tiba-tiba membatalkan delegasinya untuk menghadiri forum internasional yang selalu diadakan di Januari setiap tahun ini.

Delegasi AS batal datang pekan lalu dengan alasan sedang terjadi penutupan pemerintah (shutdown) di AS.

Langkah negosiasi berikutnya bagi dua ekonomi terbesar dunia itu dijadwalkan berlangsung pada akhir bulan ini, ketika Wakil Perdana Menteri Liu He diagendakan melakukan perjalanan untuk menemui para pejabat AS di Washington.

AS telah mengenakan bea masuk sebesar US$ 250 miliar pada barang-barang China, dan mengancam akan menerapkan bea masuk sebesar dua kali lipat dari nilai produk impor Beijing.

China merespons persaingan dagang itu dengan mengenakan tarif impor senilai US$ 110 miliar pada barang-barang AS, dan membidik sektor-sektor strategis secara politis seperti pertanian.

Setelah pertemuan Desember tahun lalu antara Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping, para pemimpin dari dua ekonomi terbesar dunia itu sepakat untuk gencatan senjata sementara agar dapat mencari solusi mencapai kesepakatan dalam waktu tiga bulan.

Trump mengatakan dia tidak akan menaikkan bea masuk yang telah direncanakan atas US$ 200 miliar barang menjadi 25% dari 10%. Maret ditetapkan sebagai batas waktu pertemuan antara kedua pemimpin negara dan periodenya dapat berubah kapanpun.


(tas) Next Article Penasaran dengan Davos? Cek Dulu 7 Fakta Menarik Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular