Mengintip Proyek Bandara Raksasa di Indonesia

Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
21 January 2019 10:22
Mengintip Proyek Bandara Raksasa di Indonesia
Foto: Pengunjung melihat salah satu maket NYIA (New Yogyakarta International Airport) di pameran Indonesia Infrastruktur Week (IIW) 2018, Kemayoran, Jakarta. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menargetkan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang berada di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, mulai beroperasi pada April 2019.

Bandara yang dibangun di atas lahan seluas 587 hektare ini digadang bakal menjadi satu di antara bandara terbesar dan termegah di Indonesia.

Pada tahap pertama pembangunan (2020-2030), NYIA akan memiliki terminal seluas 130 ribu meter persegi dengan kapasitas hingga 15 juta penumpang per tahun. Adapun panjang runway akan dibangun dengan panjang 3.200 meter dan lebar 45 meter.

Sementara, pada pengembangan tahap II (2031-2041) terminal akan dikembangkan menjadi 195 ribu meter persegi hingga mampu menampung 20 juta penumpang per tahun. Runway pun akan diperanjang hingga 3.600 meter dan lebar 45 meter dengan apron yang bisa diisi 45 pesawat.

Dibangun di atas lahan seluas 587 hektare, bandara ini berada di selatan Pulau Jawa yang berpotensi diterjang gempa dan tsunami. Untuk itu, Bandara NYIA akan dibangun dengan teknologi tahan gempa dan tsunami.

PT Angkasa Pura I (Persero) memastikan, NYIA mampu bertahan terhadap gempa berkekuatan hingga 8,8 SR dan tetap kokoh meski diterjang gelombang tsunami setinggi empat meter.

Selain NYIA, pemerintah juga sedang mempersiapkan sejumlah bandar udara yang tak kalah megah. Sebagian telah dibangun, sementara sebagian lain sudah dibangun dan beroperasi.

Bandara Kertajati yang terletak di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, digadang menjadi bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang.

Setelah mangkrak di tahun 2003, pemerintah mengebut pembangunan pada 2014. Bandara dengan luas sekitar 1.800 hektare (ha) ini akan melayani penerbangan ke Denpasar, Surabaya, Makassar, Balikpapan, dan Medan, termasuk embarkasi penumpang haji dari Jawa Barat.

Bandara yang dibangun dengan nilai proyek Rp 2,6 triliun ini dapat memfasilitasi hingga 5,6 juta penumpang untuk tahun pertama. Pada tahun berikutnya, bandara diperkirakan akan mampu menampung hingga 18 juta penumpang.

Bandara juga dilengkapi dengan ruang tunggu ekslusif dengan miniature Ka’bah. Landasan pacu (runway) berukuran 2.500x60 meter dan akan diperpanjang menjadi 3.000x60 meter sehingga bisa melayani 800 pergerakan pesawat berbadan besar.

PT Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) selaku pengelola berencana membangun asrama haji embarkasi Jabar seluas 17 ha dengan kapasitas 1.200 orang. BIJB juga akan membangun apartemen empat tower berkapasitas 1.000 kamar. Seluruh proyek dikerjakan akhir tahun 2018.

Bandara ini sebelumnya diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 24 Mei 2018. Adapun penerbangan sipil perdana di bandara itu dilakukan 8 Juni 2018.

[Gambas:Video CNBC]




Bandara Kediri, Jawa Timur, merupakan bandara yang dibangun oleh perusahaan rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dengan luas sekitar 500 hektare (ha).

Per Juli tahun lalu GGRM telah membebaskan lahan seluas 400 ha. Hingga tahun lalu, perusahaan mengaku sudah menghabiskan dana sekitar Rp 1 triliun. Diprekirakan investasi pembangunan bandara ini memakan biaya senilai Rp1 triliun hingga Rp 10 triliun.

Bandara Kediri masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), dipertegas dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 3/2018 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN. Pembangunannya akan dibangun dengan skala internasional dengan panjang landasan pacunya juga akan disesuaikan dengan kebutuhan maskapai internasional.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebelumnya membeberkan landas pacu bandara ini akan dibangun dengan panjang 3.000 meter dengan pembangunan tahap awal sekitar 2.400 meter. Kendati demikian, belum diketahui kapan pelaksanaan pembangunan bandara akan dilakukan.

Mengintip Proyek Bandara Raksasa di IndonesiaFoto: www.gudanggaramtbk.com
Pembangunan bandara baru di Bali Utara ini diharapkan mampu mengembangkan pariwisata di Bali bagian utara. Bandara yang akan dibangun di Kubutambahan, Buleleng, ini rencananya akan mulai dibangun tahun ini. Diharapkan pembangunan bandara ini akan melengkapi fasilitas di Bandara I Gusti Ngurah Rai yang hanya terdiri dari satu runway.

Akhir tahun lalu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melongok area calon bandara. Rencananya bandara bakal melayani low cost carrier (LCC). Budi menyebut lokasi pembangunan bandara baru bakal ditetapkan usai uji kelayakan. Dari tiga lokasi Grogak, Celukan Bawang, dan Kubutambahan disebut paling ideal untuk pembangunan bandara baru.

Rencananya runway bandara bakal dibangun sepanjang 3.000x45 meter. Kapasitas bandara Bali Utara diprediksi bakal lebih besar dibanding Bandara I Gusti Ngurah Rai karena dibangun di atas lahan seluas 300 hektare hingga 400 hektare.

[Gambas:Video CNBC]



PT Angkasa Pura II (Persero) mulai mengembangkan masterplan pembangunan Bandara Soekarno-Hatta II. Direktur Utama PT AP II Muhammad Awaluddin sempat mengatakan sembari akan membangun Terminal 4 di kawasan bandara, selanjutnya pihaknya akan mengembangkan Bandara Soekarno Hatta II untuk menunjang pertumbuhan pergerakan penumpang dan pesawat.

Rencananya, Bandara Soekarno Hatta II akan diperluas ke arah timur bandara yang ada saat ini. Hal ini menyusul kekhawatiran jumlah penumpang yang akan melonjak jelang tahun 2025 mencapai 100 juta penumpang. Bandara Soekarno-Hatta II akan dibangun di atas lahan seluas 2.000 ha.

Di sisi lain, pembangunan Terminal 4 kini sedang disiapkan. Rencananya proyek ini akan menelan anggaran sebesar Rp 11 triliun. Pembangunannya baru akan dimulai tahun 2020. Adapun lahan terminal 4 berdiri di atas lahan bekas Cengkareng Glof Club. Luas Terminal 4 mencapai 390 ribu meter persegi atau hampir sama dengan luas lahan Terminal 3.

Mengintip Proyek Bandara Raksasa di IndonesiaFoto: M. Sabqi
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular