New Yogyakarta Vs Bandara Gudang Garam, Mana Lebih Dahsyat?

Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
20 January 2019 18:37
Dua bandara raksasa segera dibangun dan beroperasi di Pulau Jawa, bandara New Yogyakarta dan Kediri. Mana yang lebih dashyat fasilitasnya?
Foto: Pengunjung melihat salah satu maket NYIA (New Yogyakarta International Airport) di pameran Indonesia Infrastruktur Week (IIW) 2018, Kemayoran, Jakarta. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia- Pembangunan bandar udara di Indonesia kian menjamur. Sejumlah pembangunan infrastruktur bandara dilakukan menggunakan beragam skema pembiayaan, ada yang menggunakan APBN, APBD bahkan keterlibatan swasta. Yang terbaru, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menyiapkan dana hingga Rp10 triliun guna membangun bandara di Kediri.

Di sisi lainnya, ada Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang memakan biaya Rp6,1 triliun secara tahun jamak mulai 2018 hingga 2020 dibiayai oleh PT Angkasa Pura I (AP I).



Dari sisi luasan area kedua bandara ini, sejatinya tidak terlalu berbeda. Bandara besutan GGRM atau Bandara Kediri dibangun di atas lahan seluas kira-kira 500 hektar, sementara Bandara NYIA dibangun di atas lahan 587 hektare. Kendati demikian, keduanya tetap memiliki perbedaan dari segi fasilitas. Berikut perbedaan fasilitas bandara Kediri dan Bandara NYIA :

1. Bandara Kediri 

Perusahaan rokok yang ada di Kediri, yakni PT Gudang Garam Tbk (GGRM) nampak ambisius dengan proyek bandaranya. Untungnya, keinginan itu didukung oleh Pemerintah. Pemerintah meyakini dengan adanya Bandara Kediri, investasi ke Kediri akan bertambah. Itu kenapa pembangunan bandara diintegrasikan dengan moda transportasi lain, seperti jalan tol.



PT Jasa Marga Properti, yang merupakan anak perusahaan PT Jasa Marga telah memutuskan untuk membangun gerbang tol di kawasan bandara Kediri. Bandara akan terhubung dengan tol Kertosono-Kediri yang memiliki panjang 27 kilometer. Tol tersebut merupakan perpanjangan dari tol Ngawi-Kertosono yang telah dibangun sebelumnya. Diperkirakan pembangunannya akan bisa direalisasi tahun depan, dengan total luas area sekitar 150-200 hektar. Toll Corridor Development (TCD) ini akan menggabungkan kawasan industri, pusat logistik dan area komersial dalam satu wilayah.

Sementara, dari dalam bandara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menargetkan Bandara Kediri bisa menampung pesawat komersil Boeing 777. Pada tahap pertama landasan pacu yang akan dibangun sepanjang 2.400 meter, cukup untuk operasional pesawat komersial Boeing 737. Ke depan bandara ini akan dimaksimalkan agar bisa menjadi landasan pesawat Boeing 777.

Direncanakan bandara tersebut akan memiliki toal panjang runway sekitar 2.600 hingga 3.000 meter. Kelak setelah selesai proses konstruksinya, bandara ini akan dioperasikan oleh PT Angkasa Pura II. Bandara itu juga dirancang untuk bisa melayani penerbangan domestik dan internasional.
Adapun sumber pendanaan proyek bandara berasal dari kas operasional yang dihasilkan perusahaan setiap tahun. Rencananya, bandara tersebut akan dibangun Gudang Garam di Kediri bagian barat dengan luas lahan sekitar 300-400 hektare. Bandara ini akan dikelola oleh PT Angkasa Pura II (Persero) dengan kebutuhan investasi sekitar Rp10 triliun
.


2. Bandara New Yogyakarta International Airport
Bandara ini juga didesain untuk bisa melayani pesawat terberat dan terbesar seperti Boeing 777 dan Airbus A380. Bedanya, dibangun di atas lahan seluas 587 hektare Bandara ini berada di Selatan Pulau Jawa yang berpotensi diterjang gempa dan tsunami. Perekayasa Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan, perairan Selatan Jawa berpotensi mengalami potensi megathrust. Adapun potensi itu dengan ketinggian 10-15 meter di bibir pantai Kulonprogo.


Untuk itu, Bandara NYIA akan dibangun dengan teknologi tahan gempa dan tsunami. PT Angkasa Pura I memastikan, NYIA mampu bertahan terhadap gempa berkekuatan hingga 8,8 SR dan tetap kokoh meski diterjang gelombang tsunami setinggi empat meter.
Guna mengantisipasi bencana itu, landasan pacu (runway) Bandara NYIA dibuat dalam ketinggian bidang empat meter di atas permukaan laut serta lokasinya berada pada jarak 400 meter dari bibir pantai.


Kemudian, jarak antara terminal dan landasan pacu sejauh 1 Km sehingga ada jeda waktu penyelamatan diri, bila ada kemungkinan terburuk terjadi gempa maupun tsunami.

Bandara NYIA juga menyiapkan sebuah bangunan sekitar 4.000 meter persegi dan sanggup menampung hingga 1.000 orang. Ketika terjadi gempa dan alarm waspada tsunami berbunyi, pintu-pintu di samping gedung akan terbuka sehingga masyarakat bisa langsung mengakses tanpa harus lari terlalu jauh ke tempat evakuasi.



Lantai dua terminal juga dibuat setinggi enam meter untuk penumpang dan komunitas bandara. Jadi, ketika tsunami terjadi, penumpang tidak perlu panik dan langsung diarahkan untuk mengamankan diri di lantai dua. Selain itu, landasan pacu pesawat nantinya tidak akan sejajar lurus garis pantai melainkan sedikit menyerong pada sudut 11-29 derajat.

Bandara yang akan dibangun di atas lahan seluas 587 hektar ini digadang bakal menjadi satu di antara bandara terbesar dan termegah di Indonesia. Data PT Angkasa Pura I, NYIA pada tahap pertama pembangunannya (2020-2030) akan memiliki terminal seluas 130 ribu meter persegi dengan kapasitas hingga 15 juta penumpang per tahun.


Adapun panjang runway akan dibangun dengan panjang 3.200 meter dan lebar 45 meter. Nantinya, pada pengembangan tahap II (2031-2041) terminal akan dikembangkan menjadi 195 ribu meter persegi hingga mampu menampung 20 juta penumpang per tahun. Runway pun akan diperanjang hingga 3.600 meter dan lebar 45 meter dengan apron yang bisa diparkiri 45 peswat. Bandara juga akan dijadikan kawasan logistic, kawasan industry, serta kawasan wisata dalam satu kawasan ekonomi terpadu. Konektivitas antar kota dihubungan dengan jalan nasional dan juga jalur kereta api.


(gus) Next Article Megah dan Besar, Bandara New Yogyakarta Beroperasi April Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular