Internasional

Proposal PM Inggris Hancur Lebur, Bagaimana Nasib Brexit?

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
16 January 2019 12:49
Bagaimana kelanjutan Brexit setelah usulan perjanjian Theresa May ditolak parlemen Inggris?
Foto: Pro Brexit aksi protes di depan Gedung Parlemen, London, Britania. REUTERS/Henry Nicholls
Jakarta, CNBC Indonesia - Kekalahan yang diderita pemerintah Inggris terhadap usulan perjanjian Brexit yang diajukan ke parlemen telah membuat negara itu menghadapi lebih banyak ketidakpastian politik.

Perdana Menteri Inggris Theresa May meminta para anggota parlemen di majelis rendah Parlemen untuk meloloskan rancangan perjanjian penarikan diri dari Uni Eropa, Selasa (15/1/2019) malam waktu setempat.


Usulan itu ditolak oleh 432 anggota parlemen dan disetujui oleh 202 lainnya. Kekalahan 230 suara itu dianggap sebagai yang terbesar dalam sejarah politik modern Inggris.

Apa yang terjadi sekarang?

Setelah amandemen yang kontroversial, pemerintah AS sekarang hanya memiliki tiga hari kerja untuk memetakan rencana aksi baru. Karena parlemen tidak bersidang di hari Jumat, ini berarti rencana baru tersebut harus disepakati dengan Eropa dan disampaikan kepada anggota parlemen Inggris Senin 21 Januari mendatang.

May dikonfirmasi akan mematuhi aturan ini. Di tengah kebingungan yang membayangi saat ini, tampaknya ada enam hasil potensial, beberapa di antaranya dapat terjadi secara bersamaan.

Berikut adalah kemungkinan hal-hal yang dapat terjadi sebagaimana dilansir dari CNBC International.

1. Perundingan Ulang
Ukuran kekalahan ini menimbulkan pertanyaan, apakah perdana menteri dapat merevisi kesepakatan demi mengubah pikiran anggota parlemen atau tidak. Tetapi May dan timnya mungkin percaya ada sejumlah besar anggota parlemen yang berpotensi mengubah pendiriannya.

Jadi, perhatikan apakah dia segera menuju Brussels dalam upaya merebut konsesi lebih lanjut dari Uni Eropa (UE).


Salah satu halangan utama adalah "backstop" Irlandia Utara, yang bertindak sebagai jaring pengaman mencegah setiap perbatasan yang ketat dengan Republik Irlandia, yang merupakan negara anggota UE. Banyak kritikus melihat ketentuan ini sebagai cara Inggris dapat terus terikat dengan Uni Eropa tanpa batas waktu.

UE telah berusaha menawarkan jaminan bahwa ketentuan itu tidak akan menjadi masalah, tetapi partai Irlandia Utara yang saat ini mendukung Theresa May di pemerintahan Inggris mengatakan jaminan itu tidak cukup.

2. Pemilihan Umum
Pemimpin partai oposisi Partai Buruh, Jeremy Corbyn, mengatakan akan mengajukan mosi tidak percaya pada pemerintahan Theresa May hari Rabu. Hasilnya akan keluar sekitar pukul 19.00 waktu London.

Jika mayoritas anggota parlemen dari semua partai politik Inggris menyatakan "tidak percaya pada pemerintahan yang mulia," maka parlemen saat ini akan memiliki 14 hari menyetujui pengaturan baru yang akan mengatur negara itu.

Proposal PM Inggris Hancur Lebur, Bagaimana Nasib Brexit?Foto: Perdana Menteri Inggris Theresa May (REUTERS/Toby Melville)

Jika itu tidak mungkin, maka Pemilihan Umum kemungkinan dilakukan. Uni Eropa telah mengatakan bahwa perubahan dalam kepemimpinan Inggris tidak akan mengubah pendiriannya.

3. Referendum kedua
Referendum Juni 2016 tentang keanggotaan Uni Eropa secara resmi merupakan jajak pendapat yang tidak mengikat, tetapi anggota parlemen berjanji kepada publik bahwa mereka akan mewujudkan hasilnya.

Desakan untuk pelaksanaan referendum kedua, yang menurut para pendukung akan mengukur pilihan publik terhadap Brexit, terus tumbuh belakangan ini. Apa lagi, sekarang warga Inggris mulai paham apa artinya keluar dari UE.

Di pihak lain, kritik terhadap referendum kedua mengatakan upaya itu akan mengabaikan dan menghina proses demokrasi dari suara asli.

Proposal PM Inggris Hancur Lebur, Bagaimana Nasib Brexit?Foto: Infografis/Brexit/Arie Pratama

Mantan Perdana Menteri Gordon Brown yakin referendum kedua lebih mungkin terjadi.

"Saya pikir pada tahap tertentu akan ada referendum lain. Saya tidak bisa mengatakan kapan itu akan terjadi, dan saya tidak ingin memprediksi itu akan terjadi dalam beberapa minggu ke depan," kata Brown.

"Tapi saya pikir pada tahap tertentu Anda harus menyelesaikan masalah ini dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan tentang perincian dan bukan hanya prinsip hubungan Inggris dengan Eropa," tambahnya.

4. Perpanjangan pasal 50
Ada beberapa pihak, terutama tokoh dari partai-partai oposisi, yang percaya negosiasi baru antara UE dan Inggris masih mungkin terjadi.

Inggris dan Irlandia Utara akan meninggalkan Uni Eropa dalam waktu kurang dari tiga bulan, sehingga setiap upaya kesepakatan yang ada kemungkinan akan membutuhkan lebih banyak waktu.

Itu berarti akan ada perpanjangan Pasal 50 yang merupakan sarana hukum yang digunakan suatu negara dalam meninggalkan UE. Langkah May pada Maret 2017 memicu hitungan mundur dalam dua tahun hingga tiba saatnya Inggris meninggalkan blok tersebut di 29 Maret.


Chief investment officer di Barclays Investment Solutions, William Hobbs, mengatakan pedagang mata uang baru-baru ini menaikkan taruhannya untuk perpanjangan hitungan mundur tersebut.

"Cara sterling bereaksi minggu lalu terhadap desas-desus bahwa Anda akan melihat perpanjangan (untuk Pasal 50), menunjukkan bahwa sudah ada banyak harga masuk di pasar."

Perpanjangan tersebut harus disetujui oleh 27 anggota UE lainnya. Belum jelas dalam keadaan apa mereka akan menyetujuinya dan berapa lama mereka setuju memperpanjangnya.

5. Tidak ada Brexit
Setiap langkah menuju referendum kedua atau perpanjangan Pasal 50 akan meningkatkan spekulasi bahwa Inggris tidak akan benar-benar meninggalkan UE.

Pada Senin, May menyampaikan pidato yang mengklaim dibatalkannya Brexit akan mengakibatkan "kerusakan besar" dalam kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik Inggris.

Downing Street telah mengklaim bahwa kemungkinan anggota parlemen dapat memblokir Brexit sekarang lebih mungkin daripada Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan apa pun.


Veteran hedge fund Inggris Crispin Odey, yang merupakan pendukung Brexit, mengatakan pekan lalu bahwa ia berpikir Inggris sekarang akan tetap berada dalam UE.

"Pandangan saya adalah itu [Brexit] tidak akan terjadi. Saya hanya tidak bisa melihat bagaimana itu akan terjadi dengan konfigurasi dari parlemen itu."

6. Brexit tanpa kesepakatan
Jika UE tidak mau mengalah, dan anggota parlemen Inggris tidak mau menandatangani perjanjian, maka kemungkinan terjadinya Brexit tanpa kesepakatan atau no deal tampak besar.

Beberapa analisis telah memperingatkan Eropa tanpa kesepakatan akan membawa kerusakan ekonomi ekstrem.

Proposal PM Inggris Hancur Lebur, Bagaimana Nasib Brexit?Foto: Reuters

Sebuah laporan Bank of England pada akhir 2018 mengatakan jika skenario seperti itu disetujui, maka pengangguran bisa naik menjadi 7,5%, harga rumah bisa turun 30%, sterling mungkin jatuh, dan ekonomi bisa menyusut sekitar 8% selama satu tahun.

Meskipun ada pendukung keras Brexit yang ingin Inggris dan Irlandia Utara meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan, secara umum disepakati bahwa ini adalah pandangan minoritas di parlemen.


(prm) Next Article Kronologi Brexit: Referendum hingga Mundurnya Para Menteri

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular