
Berlaku 4 Bulan, B20 Bikin RI Hemat Impor Solar Rp 13 T
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
15 January 2019 11:22

Jakarta, CNBC Indonesia- Kebijakan B20 yang diberlakukan mulai 1 September 2018 kemarin diklaim efektif untuk menekan impor solar.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merilis pemberlakuan B20 ini mampu membuat negara menghemat hingga belasan triliun rupiah, karena impor solar berkurang.
"Dalam empat bulan, kebijakan massif untuk berbagai sektor tersebut mampu menghemat sebesar US$ 937,84 juta (setara Rp 13 triliun)," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Djoko Siswanto dalam keterangan tertulisnya, Senin (14/1/2019).
Selain B20, ESDM juga menggalakkan konversi BBM ke LPG. Sepanjang 2018, tercatat total sebanyak 6,55 juta MT LPG bersubsidi dan 0,99 juta MT LPG Non Subsidi disalurkan.
"Penghematan yang didapat dari kebijakan konversi ini selama setahun sebesar Rp 29,31 triliun (unaudited)," ungkap Djoko.
Dalam laporan kinerja tahun 2018 Kementerian ESDM, tercatat realisasi penjualan BBM mencapai 67,35 juta KL (kilo liter). Ini terdiri dari; 16,12 juta KL BBM Bersubsidi (Solar, Minyak Tanah dan Premium), BBM Non-Subsidi sebesar 51,23 juta KL.
Penjualan tersebut disalurkan ke 6.902 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum/Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan milik Pertamina dan PT AKR Corporindo.
Khusus untuk BBM Bersubsidi, angka realisasi tersebut hampir mendekati dari total kuota yang dialokasikan dalam APBN tahun 2018, yaitu sebesar 16,23 juta KL. Sementata itu untuk BBM Non-Subsidi, Pemerintah akan mengevaluasi penurunan harga jenis BBM tersebut sebulan sekali.
"Kami sedang evaluasi, Pertamina baru saja (menurunkan) kemarin," Djoko menambahkan, jangka waktu tersebut dinilai tepat demi menghindari adanya kebingungan di masyarakat.
(gus) Next Article B20 Diklaim Berhasil, Negara Hemat Rp 28,4 Triliun di 2018
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merilis pemberlakuan B20 ini mampu membuat negara menghemat hingga belasan triliun rupiah, karena impor solar berkurang.
Selain B20, ESDM juga menggalakkan konversi BBM ke LPG. Sepanjang 2018, tercatat total sebanyak 6,55 juta MT LPG bersubsidi dan 0,99 juta MT LPG Non Subsidi disalurkan.
"Penghematan yang didapat dari kebijakan konversi ini selama setahun sebesar Rp 29,31 triliun (unaudited)," ungkap Djoko.
Dalam laporan kinerja tahun 2018 Kementerian ESDM, tercatat realisasi penjualan BBM mencapai 67,35 juta KL (kilo liter). Ini terdiri dari; 16,12 juta KL BBM Bersubsidi (Solar, Minyak Tanah dan Premium), BBM Non-Subsidi sebesar 51,23 juta KL.
Penjualan tersebut disalurkan ke 6.902 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum/Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan milik Pertamina dan PT AKR Corporindo.
Khusus untuk BBM Bersubsidi, angka realisasi tersebut hampir mendekati dari total kuota yang dialokasikan dalam APBN tahun 2018, yaitu sebesar 16,23 juta KL. Sementata itu untuk BBM Non-Subsidi, Pemerintah akan mengevaluasi penurunan harga jenis BBM tersebut sebulan sekali.
"Kami sedang evaluasi, Pertamina baru saja (menurunkan) kemarin," Djoko menambahkan, jangka waktu tersebut dinilai tepat demi menghindari adanya kebingungan di masyarakat.
(gus) Next Article B20 Diklaim Berhasil, Negara Hemat Rp 28,4 Triliun di 2018
Most Popular