
Tahun Politik, Apakah Indonesia Masih akan Mengimpor Beras?
Monica Wareza, CNBC Indonesia
13 January 2019 08:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun lalu Indonesia sangat aktif dalam mengumpulkan pasokan beras dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri alias impor. Selain sebagai bentuk antisipasi saat pasokan dari dalam negeri rendah, impor juga dilakukan untuk mengguyur pasar saat harga beras tiba-tiba melonjak.
Masih jauh dari kata swasembada, tampaknya Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyadari hal tersebut. Menurut kepala negara, produksi beras dalam negeri masih kurang, jika produksi kurang maka harganya akan naik.
"Ya itu masalah produksi ya. Produksi kalau memang tidak cukup ya harus ditutup dengan kegiatan impor, kalau tidak harganya pasti akan naik," kata Jokowi saat mengunjungi gudang beras milik Bulog di Jakarta, tengah pekan ini.
Sementara itu, hingga pekan lalu, gudang beras milik Bulog tercatat masih menyimpan cadangan beras hingga 2,1 juta ton. Jumlah tersebut disebut-sebut merupakan jumlah terbesar selama 10 tahun terakhir.
Tapi sayang, 1,7 juta ton dari cadangan tersebut merupakan beras hasil impor. Artinya serapan beras lokal masih terbilang rendah, meski surplus.
Walau demikian, Bulog menyebutkan masyarakat tak perlu mengkawatirkan mengenai impor beras di hingga pertengahan tahun ini. Pertama karena jumlah yang ada saat ini masih mencukupi. Kedua karena Februari hingga Juli merupakan waktunya panen raya di dalam negeri.
Namun setelahnya belum bisa dipastikan apakah Indonesia masih membutuhkan beras impor di tahun ini. Bulog baru akan kembali menghitung jumlah kebutuhan beras hingga akhir tahun pada pertengahan tahun ini.
"Seperti yang dikatakan Pak Presiden tadi, kalau ada kebutuhan kita impor. Kalau tidak ya tidak usah," kata Direktur Utama Bulog Budi Waseso atau yang akrab disapa dengan sebutan Buwas.
(miq/miq) Next Article Janji Buwas: Tidak ada Impor Beras Hingga Juli 2019
Masih jauh dari kata swasembada, tampaknya Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyadari hal tersebut. Menurut kepala negara, produksi beras dalam negeri masih kurang, jika produksi kurang maka harganya akan naik.
"Ya itu masalah produksi ya. Produksi kalau memang tidak cukup ya harus ditutup dengan kegiatan impor, kalau tidak harganya pasti akan naik," kata Jokowi saat mengunjungi gudang beras milik Bulog di Jakarta, tengah pekan ini.
![]() |
Sementara itu, hingga pekan lalu, gudang beras milik Bulog tercatat masih menyimpan cadangan beras hingga 2,1 juta ton. Jumlah tersebut disebut-sebut merupakan jumlah terbesar selama 10 tahun terakhir.
Tapi sayang, 1,7 juta ton dari cadangan tersebut merupakan beras hasil impor. Artinya serapan beras lokal masih terbilang rendah, meski surplus.
Walau demikian, Bulog menyebutkan masyarakat tak perlu mengkawatirkan mengenai impor beras di hingga pertengahan tahun ini. Pertama karena jumlah yang ada saat ini masih mencukupi. Kedua karena Februari hingga Juli merupakan waktunya panen raya di dalam negeri.
Namun setelahnya belum bisa dipastikan apakah Indonesia masih membutuhkan beras impor di tahun ini. Bulog baru akan kembali menghitung jumlah kebutuhan beras hingga akhir tahun pada pertengahan tahun ini.
"Seperti yang dikatakan Pak Presiden tadi, kalau ada kebutuhan kita impor. Kalau tidak ya tidak usah," kata Direktur Utama Bulog Budi Waseso atau yang akrab disapa dengan sebutan Buwas.
(miq/miq) Next Article Janji Buwas: Tidak ada Impor Beras Hingga Juli 2019
Most Popular