Buwas Buka-bukaan Stok Beras Bulog Mayoritas Produk Impor

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
28 February 2020 11:06
Demikian disampaikan Buwas di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (27/2/2020).
Foto: Dirut Bulog Budi Waseso (CNBC Indonesia/Muhammad Choirul)
Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyebut stokĀ beras di gudang milik perseroan masih 1,7 juta ton. Dari jumlah tersebut, 52% di antaranya ternyata beras sisa impor tahun 2017 setara 900 ribu ton.

"Untuk menjelang puasa Lebaran ini saya ingin ngecek semua stoknya ya. Secara nasional memang untuk CPP (cadangan pangan pemerintah) kita 1,7 juta ton tersisa," ungkapnya di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (27/2/2020).

Sisa CPP tersebut, kata Buwas, memang jauh lebih sedikit jika dibandingkan periode tahun sebelumnya yang mencapai 2,1 juta ton. Kendati demikian, ia menegaskan bahwa angka 1,7 juta ton cukup untuk memenuhi kebutuhan di semua wilayah Indonesia.

Stok beras ini juga tergolong cukup besar di tengah kondisi banjir yang melanda beberapa daerah. Di wilayah DKI Jakarta saja, dia memastikan masih terdapat stok 323 ribu ton.

"Ini yang ada di gudang DKI, artinya untuk stok DKI Aman," tegas Buwas.

Dari total stok beras Bulog, 900.000 ton di antaranya merupakan beras sisa impor. Jumlah tersebut setara dengan 52% dari total stok Bulog. Beras tersebut merupakan hasil kebijakan membuka keran impor sebanyak 1,8 juta ton pada tahun 2017.

"Saya perlu sampaikan, yang beras eks impor di seluruh Indonesia itu kurang lebih masih ada 900.000 ton dari kita impor 1,8 juta ton. Itu impornya tahun 2017, masuknya Februari secara keseluruhannya, 14 Februari 2018," bebernya.

Praktis, sejak didatangkan pada 2017, beras tersebut sudah tersimpan dalam kurun waktu lebih dari 2 tahun. Lantas, bagaimana kualitas beras tersebut saat ini?

"Selama penyimpanan kita baik, tidak ada kelembapan yang mengganggu, temperatur terjamin, cuaca sekarang ini kemarin kan saya melihat beberapa ada yang tergenang. Alhamdulillah tidak sampai masuk ke gudang," ungkapnya.

Dia menegaskan, Bulog senantiasa menjaga kualitas beras yang tersimpan di gudang. Di sisi lain, beras impor ini diklaim punya kualitas di atas rata-rata.

"Beras impor itu kualitasnya bagus, karena mereka melalui proses yang benar. Artinya melalui pengeringan sempurna, proses penggilingannya juga sempurna. Ini mengakibatkan mereka lebih punya daya tahan dan kualitas yang lebih baik," urainya.

Namun, dia tak memungkiri bahwa beras sisa impor ini harus segera digunakan. Beras ini volumenya akan terus menyusut jika tak segera didistribusikan.

"Ini kan selalu difumigasi rutin, tidak ada hama tidak ada penyakit, nah ini akan bertahan. Tapi pasti ada selisih, bagaimana pun ada perubahan-perubahan dari beras ini. Sehingga harus kita lakukan rice to rice, tapi beras itu akan susut, 17%. Paling tidak 17% dari jumlah kilogramnya. Umpamanya 1 kg itu akan susut 17%," urainya.



Keterbatasan wewenang
Di sisi lain, Buwas mengaku kelabakan untuk menjaga stabilitas harga pangan khususnya di luar beras. Sejauh ini, praktis hanya komoditas beras saja yang harganya relatif mudah dikendalikan.

Keterbatasan wewenang dalam stabilisasi harga produk pangan selain beras jadi persoalannya. Misalnya terkait impor yang disebut jadi biang kerok sulitnya mengendalikan harga. Di sisi lain, stok sejumlah komoditas mulai menipis yang harus disiram dengan stok Bulog.

"Makanya untuk stabilisasi gula, bawang, dan lain-lain, kecuali beras, Bulog tidak bisa berperan apa-apa," kata Buwas.

Dia menjelaskan bahwa stok yang melimpah hanya ada pada komoditas beras. Komoditas lain sudah mulai terbatas, seperti jagung misalnya.

"Seandainya ada, jagung juga tidak mencukupi. Artinya stoknya sangat kecil, minyak goreng juga tidak terlalu banyak, daging juga sudah habis, tinggal sedikit. Karena kita tidak mendapatkan lagi izin impor," ujarnya.

Khusus untuk daging, dia menyebut stok di gudang Bulog hanya ada 2.000 ton. Kondisi ini dinilai berdampak pada meningkatnya permainan harga di pasaran. Ia berharap, impor daging yang dilakukan pihak swasta bisa menopang stabilitas harga.

"Jadi ya mungkin di pasaran sudah cukup banyak. Importir-importir bebas itu sudah siap, jadi saya yakin itu akan stabil harganya," urainya.

[Gambas:Video CNBC]




(miq/miq) Next Article Jokowi Diam-Diam ke Gudang Bulog, Ngapain Ya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular