
Blok Cepu Salip Rokan, ESDM: Bisa 220 Ribu Barel/Hari
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
11 January 2019 19:30

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah telah merancang beberapa strategi jangka pendek untuk menjaga agar produksi minyak dalam negeri tidak terus mengalami penurunan.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto menjelaskan, penurunan produksi minyak memang hal yang alamiah karena makin lama cadangannya akan habis.
"Nah, sekarang kami coba pertahankan, salah satunya blok Cepu, lapangan Banyu Urip, Exxonmobil, itu kan yang sekarang menyalip Chevron, dia awal POD 165 ribu barel, lalu kami upayakan ke 185 ribu, lalu naik ke 220 ribu, itu upayanya dengan memasang fasilitas cooler," jelas Djoko kepada media saat dijumpai dalam paparan kinerja subsektor migas di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (11/1/2019).
Lebih lanjut, Djoko mengungkapkan, dengan adanya fasilitas cooler tersebut, paling tidak produksi blok Cepu bisa dipertahankan sampai 2020, sehingga begitu masuk di 2021 penurunan yang terjadi bisa ditutup dari produksi di lapangan Kedung Keris yang akan mulai beroperasi di akhir tahun ini.
"Kedung Keris sekarang dalam proses pemasangan pipa, sepanjang 6 km untuk masuk di fasilitas lapangan Banyu Urip," terang Djoko.
Sedangkan di 2022, proyeksinya, fasilitas Enhanced Oil Recovery (EOR) sudah mulai menghasilkan produksi di Lapangan Tanjung milik Pertamina, dan Lapangan Kaji, Blok Rimau, milik Medco.
"Itu bisa tambah 10 ribu barel per hari, karena di Medco itu kami tinggal cari teknologi untuk minyak dangkal luas, kami cari caranya bagaimana teknik produksinya tidak bermasalah secara lingkungan. Itu sedang kami komunikasikan di internal," tambahnya.
Adapun, untuk blok Rokan, lanjut Djoko, minggu depan akan dilakukan penandatangan kontrak bagi hasilnya (PSC), ketika sudah ditandatangan, maka sudah mulai juga program-program Pertamina untuk melakukan pengeboran supaya bisa menjaga produksi agar tidak turun.
"Itu cara kami untuk pertahankan produksi, supaya tidak turun terus. Itu jangka pendeknya, kalau jangka panjang kan ada eksplorasi, itu terus dilakukan," tandas Djoko.
(gus) Next Article Salip Rokan, Blok Cepu Kini Jadi Tumpuan Lifting Nasional
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto menjelaskan, penurunan produksi minyak memang hal yang alamiah karena makin lama cadangannya akan habis.
Lebih lanjut, Djoko mengungkapkan, dengan adanya fasilitas cooler tersebut, paling tidak produksi blok Cepu bisa dipertahankan sampai 2020, sehingga begitu masuk di 2021 penurunan yang terjadi bisa ditutup dari produksi di lapangan Kedung Keris yang akan mulai beroperasi di akhir tahun ini.
"Kedung Keris sekarang dalam proses pemasangan pipa, sepanjang 6 km untuk masuk di fasilitas lapangan Banyu Urip," terang Djoko.
Sedangkan di 2022, proyeksinya, fasilitas Enhanced Oil Recovery (EOR) sudah mulai menghasilkan produksi di Lapangan Tanjung milik Pertamina, dan Lapangan Kaji, Blok Rimau, milik Medco.
"Itu bisa tambah 10 ribu barel per hari, karena di Medco itu kami tinggal cari teknologi untuk minyak dangkal luas, kami cari caranya bagaimana teknik produksinya tidak bermasalah secara lingkungan. Itu sedang kami komunikasikan di internal," tambahnya.
Adapun, untuk blok Rokan, lanjut Djoko, minggu depan akan dilakukan penandatangan kontrak bagi hasilnya (PSC), ketika sudah ditandatangan, maka sudah mulai juga program-program Pertamina untuk melakukan pengeboran supaya bisa menjaga produksi agar tidak turun.
"Itu cara kami untuk pertahankan produksi, supaya tidak turun terus. Itu jangka pendeknya, kalau jangka panjang kan ada eksplorasi, itu terus dilakukan," tandas Djoko.
(gus) Next Article Salip Rokan, Blok Cepu Kini Jadi Tumpuan Lifting Nasional
Most Popular