
Mengulik Impor Gula RI yang Fantastis dan Mahalnya Harga
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
09 January 2019 16:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Berdasarkan rekaman perdagangan yang dicatat oleh UN Comtrade, pada tahun 2017 Indonesia merupakan importir gula nomor 2 terbesar di dunia dengan nilai total impor sebesar US$ 2,6 miliar, hanya kalah dari AS yang sebesar US$ 4,2 miliar. Namun gula yang mana?
Ternyata itu berlaku untuk kategori HS 17 (gula secara umum), dimana termasuk produk-produk turunan gula, seperti sirup, dan kembang gula.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2017, sebesar US$ 2 miliar impor gula Indonesia merupakan gula mentah. Ini berarti impor gula Indonesia sebagian besar akan digunakan untuk keperluan industri. Gula mentah memang memang banyak digunakan untuk industri, terutama untuk industri makanan.
Menariknya, menurut data dari BPS, hingga bulan Oktober 2018, Indonesia sudah impor gula mentah senilai US$ 2,9 miliar. Artinya, hingga Oktober 2018 saja, jumlah total impor gula mentah sudah naik US$ 900 juta. Bila data impor Desember 2018 rilis, jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah.
Meskipun dipakai untuk kegiatan industri, namun sebagian besar hasil jadinya merupakan barang-barang konsumsi berupa makanan dan minuman. Hal ini berarti meningkatnya impor gula, selain dapat membuat harga gula turun, juga dapat meningkatkan konsumsi.
Karena, menurut data ekspor yang di rilis BPS, hingga November 2018 industri makanan dan minuman hanya menyumbang US$ 91,3 juta, hanya 0,7% dari nilai total ekspor non-migas RI.
Sudah impor gula banyak, kenapa harga gula dalam negeri 2 hingga 4 kali lebih besar daripada harga gula dunia?
Gula memang merupakan salah satu komoditas yang diperdagangkan di dunia. Di pasar dunia, harga gula berada pada kisaran US$ 0,2/kg sepanjang tahun 2018. Sedangkan berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) milik Bank Indonesia, harga eceran gula pasir berada di kisaran US$ 0,9/kg.
Mengapa bisa terjadi perbedaan? Jawabannya adalah karena barangnya memang berbeda. Di pasar dunia (Intercontinental Excange), gula yang diperdagangkan merupakan gula mentah (raw sugar), sedangkan di gula pasir yang biasa kita konsumsi sehari-hari merupakan hasil olahan. Tentu saja proses pengolahan akan meningkatkan harganya.
Terlebih lagi, rantai dagang yang panjang juga akan menambah harga gula yang sampai ke konsumen.
Berdasarkan data dari BPS, untuk sampai ke konsumen, gula harus beberapa tahapan. paling sedikit 5 tahapan, yaitu Importir/Pabrik Gula, Distributor, Pedagang Grosir, Pedagang Eceran, dan Rumah Tangga.
Masing-masing pos sudah tentu akan mengambil margin, membuat harga yang sampai ke konsumen akan makin besar. Rata-rata, margin perdagangan dan pengangkutan yang diambil oleh pedagang besar adalah 9,32%, sedangkan pedagang eceran mengambil margin rata-rata sebesar 9,18%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/dru) Next Article Harga Gula Terbang, 33 Ribu Ton Gula Diguyur ke Pasar
Ternyata itu berlaku untuk kategori HS 17 (gula secara umum), dimana termasuk produk-produk turunan gula, seperti sirup, dan kembang gula.
Menariknya, menurut data dari BPS, hingga bulan Oktober 2018, Indonesia sudah impor gula mentah senilai US$ 2,9 miliar. Artinya, hingga Oktober 2018 saja, jumlah total impor gula mentah sudah naik US$ 900 juta. Bila data impor Desember 2018 rilis, jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah.
Meskipun dipakai untuk kegiatan industri, namun sebagian besar hasil jadinya merupakan barang-barang konsumsi berupa makanan dan minuman. Hal ini berarti meningkatnya impor gula, selain dapat membuat harga gula turun, juga dapat meningkatkan konsumsi.
Alhasil, impor gula yang semakin banyak akan membebani neraca dagang berjalan, karena hasil akhirnya tidak banyak dijual kembali ke luar negeri dalam bentuk ekspor.
Karena, menurut data ekspor yang di rilis BPS, hingga November 2018 industri makanan dan minuman hanya menyumbang US$ 91,3 juta, hanya 0,7% dari nilai total ekspor non-migas RI.
Sudah impor gula banyak, kenapa harga gula dalam negeri 2 hingga 4 kali lebih besar daripada harga gula dunia?
Gula memang merupakan salah satu komoditas yang diperdagangkan di dunia. Di pasar dunia, harga gula berada pada kisaran US$ 0,2/kg sepanjang tahun 2018. Sedangkan berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) milik Bank Indonesia, harga eceran gula pasir berada di kisaran US$ 0,9/kg.
Mengapa bisa terjadi perbedaan? Jawabannya adalah karena barangnya memang berbeda. Di pasar dunia (Intercontinental Excange), gula yang diperdagangkan merupakan gula mentah (raw sugar), sedangkan di gula pasir yang biasa kita konsumsi sehari-hari merupakan hasil olahan. Tentu saja proses pengolahan akan meningkatkan harganya.
Terlebih lagi, rantai dagang yang panjang juga akan menambah harga gula yang sampai ke konsumen.
Berdasarkan data dari BPS, untuk sampai ke konsumen, gula harus beberapa tahapan. paling sedikit 5 tahapan, yaitu Importir/Pabrik Gula, Distributor, Pedagang Grosir, Pedagang Eceran, dan Rumah Tangga.
Masing-masing pos sudah tentu akan mengambil margin, membuat harga yang sampai ke konsumen akan makin besar. Rata-rata, margin perdagangan dan pengangkutan yang diambil oleh pedagang besar adalah 9,32%, sedangkan pedagang eceran mengambil margin rata-rata sebesar 9,18%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/dru) Next Article Harga Gula Terbang, 33 Ribu Ton Gula Diguyur ke Pasar
Most Popular