
Internasional
Jim Kim: Dokter, Bos Bank Dunia & 'Perang Dingin' Lawan Trump
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
08 January 2019 14:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Grup Bank Dunia (World Bank Group) Jim Yong Kim resmi mengajukan pengunduran dirinya, Senin (7/1/2019), yang akan efektif 1 Februari mendatang. Pengunduran dirinya itu terjadi hampir tiga tahun sebelum periode kedua masa jabatannya berakhir.
Kim akan bergabung dengan sebuah firma yang fokus meningkatkan investasi infrastruktur di negara-negara berkembang, kata Bank Dunia tanpa menjelaskan lebih lanjut mengenai jabatan Kim.
Jim Yong Kim, M.D., Ph.D., yang akrab disapa Jim Kim, adalah Presiden ke-12 dari Grup Bank Dunia. Segera setelah ia menduduki jabatan pada Juli 2012, organisasi ini menetapkan dua target untuk memandu pekerjaannya, yaitu untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem pada tahun 2030, dan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, berfokus pada 40% populasi terbawah di negara-negara berkembang, dilansir dari situs resmi Bank Dunia.
Pada bulan September 2016, Dewan Grup Bank Dunia dengan suara bulat menunjuk kembali Kim untuk masa jabatan periode ke-2 selama lima tahun sebagai Presiden.
Selama masa jabatannya yang pertama, Bank Dunia mendukung prioritas pembangunan negara-negara di tingkat yang tidak pernah terlihat di luar krisis keuangan. Lembaga ini juga meluncurkan beberapa instrumen keuangan inovatif, termasuk fasilitas untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur, mencegah pandemi, dan membantu jutaan orang yang secara paksa pindah dari rumah mereka akibat guncangan iklim, konflik, dan kekerasan.
Sebelum bergabung dengan lembaga yang bermarkas di Washington, Amerika Serikat (AS) itu, Kim adalah seorang dokter dan antropolog. Ia menjabat sebagai Presiden di Dartmouth University dan menjadi profesor di Harvard Medical School dan Harvard School of Public Health.
Saat menjadi presiden di Darmouth University, pria berusia 59 tahun itu menjadi orang Asia-Amerika pertama yang menduduki jabatan presiden di kampus Ivy League AS, dikutip dari Forbes.
Ia lahir di Korea Selatan dan pindah ke Iowa bersama keluarganya saat berusia lima tahun. Ayahnya adalah profesor kedokteran gigi di University of Iowa.
Dari 2003 hingga 2005 Kim menjabat sebagai direktur departemen HIV/AIDS di World Health Organization (WHO)/Organisasi Kesehatan Dunia. Pada tahun 1987, ia ikut mendirikan Partners In Health, sebuah organisasi medis nirlaba yang sekarang bekerja di komunitas miskin di empat benua.
Kim telah menerima beasiswa "Genius" MacArthur, diakui sebagai salah satu dari "25 Pemimpin Terbaik" Amerika Serikat oleh News&World Report AS, dan dinobatkan sebagai salah satu "100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia" oleh majalah TIME.
Ia juga menduduki posisi ke-41 dalam daftar Powerful People 2018 versi majalah Forbes.
Selama tugasnya sebagai presiden Bank Dunia, ia harus menghadapi "perang dingin" dengan Presiden AS Donald Trump, suksesor Barack Obama yang dulu memilihnya untuk menduduki posisi itu.
Trump diketahui memiliki pandangan skeptis tentang pentingnya lembaga multilateral itu.
Prioritas Bank Dunia, seperti memerangi perubahan iklim dan terlibat dalam bantuan asing, juga cenderung bertentangan dengan prioritas pemerintahan Trump. Bulan lalu, lembaga internasional yang bermarkas di Washington itu mengumumkan akan berinvestasi US$200 miliar (atau setara Rp 2.882 triliun) untuk memerangi perubahan iklim selama periode lima tahun, dilansir dari The New York Times.
Trump sendiri telah menarik AS dari perjanjian iklim Paris dan mengatakan bahwa isu perubahan iklim adalah hoaks.
Pemerintahan Trump memang mengejutkan sejumlah pakar pembangunan tahun lalu ketika mendukung peningkatan modal sebesar US$13 miliar untuk Bank Dunia, kenaikan pertama sejak 2010. Kenaikan yang sebelumnya ditentang Gedung Putih itu dilakukan dengan syarat, yaitu bank melakukan pengendalian biaya dan memahami bahwa pinjaman ke China akan menurun.
Bank Dunia meminjamkan US$64 miliar ke negara-negara berkembang tahun lalu, termasuk China.
(prm) Next Article Bos Bank Dunia Mengundurkan Diri, Kenapa?
Kim akan bergabung dengan sebuah firma yang fokus meningkatkan investasi infrastruktur di negara-negara berkembang, kata Bank Dunia tanpa menjelaskan lebih lanjut mengenai jabatan Kim.
Jim Yong Kim, M.D., Ph.D., yang akrab disapa Jim Kim, adalah Presiden ke-12 dari Grup Bank Dunia. Segera setelah ia menduduki jabatan pada Juli 2012, organisasi ini menetapkan dua target untuk memandu pekerjaannya, yaitu untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem pada tahun 2030, dan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, berfokus pada 40% populasi terbawah di negara-negara berkembang, dilansir dari situs resmi Bank Dunia.
Selama masa jabatannya yang pertama, Bank Dunia mendukung prioritas pembangunan negara-negara di tingkat yang tidak pernah terlihat di luar krisis keuangan. Lembaga ini juga meluncurkan beberapa instrumen keuangan inovatif, termasuk fasilitas untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur, mencegah pandemi, dan membantu jutaan orang yang secara paksa pindah dari rumah mereka akibat guncangan iklim, konflik, dan kekerasan.
Sebelum bergabung dengan lembaga yang bermarkas di Washington, Amerika Serikat (AS) itu, Kim adalah seorang dokter dan antropolog. Ia menjabat sebagai Presiden di Dartmouth University dan menjadi profesor di Harvard Medical School dan Harvard School of Public Health.
![]() |
Saat menjadi presiden di Darmouth University, pria berusia 59 tahun itu menjadi orang Asia-Amerika pertama yang menduduki jabatan presiden di kampus Ivy League AS, dikutip dari Forbes.
Ia lahir di Korea Selatan dan pindah ke Iowa bersama keluarganya saat berusia lima tahun. Ayahnya adalah profesor kedokteran gigi di University of Iowa.
Dari 2003 hingga 2005 Kim menjabat sebagai direktur departemen HIV/AIDS di World Health Organization (WHO)/Organisasi Kesehatan Dunia. Pada tahun 1987, ia ikut mendirikan Partners In Health, sebuah organisasi medis nirlaba yang sekarang bekerja di komunitas miskin di empat benua.
Kim telah menerima beasiswa "Genius" MacArthur, diakui sebagai salah satu dari "25 Pemimpin Terbaik" Amerika Serikat oleh News&World Report AS, dan dinobatkan sebagai salah satu "100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia" oleh majalah TIME.
Ia juga menduduki posisi ke-41 dalam daftar Powerful People 2018 versi majalah Forbes.
![]() |
Selama tugasnya sebagai presiden Bank Dunia, ia harus menghadapi "perang dingin" dengan Presiden AS Donald Trump, suksesor Barack Obama yang dulu memilihnya untuk menduduki posisi itu.
Trump diketahui memiliki pandangan skeptis tentang pentingnya lembaga multilateral itu.
Prioritas Bank Dunia, seperti memerangi perubahan iklim dan terlibat dalam bantuan asing, juga cenderung bertentangan dengan prioritas pemerintahan Trump. Bulan lalu, lembaga internasional yang bermarkas di Washington itu mengumumkan akan berinvestasi US$200 miliar (atau setara Rp 2.882 triliun) untuk memerangi perubahan iklim selama periode lima tahun, dilansir dari The New York Times.
Trump sendiri telah menarik AS dari perjanjian iklim Paris dan mengatakan bahwa isu perubahan iklim adalah hoaks.
Pemerintahan Trump memang mengejutkan sejumlah pakar pembangunan tahun lalu ketika mendukung peningkatan modal sebesar US$13 miliar untuk Bank Dunia, kenaikan pertama sejak 2010. Kenaikan yang sebelumnya ditentang Gedung Putih itu dilakukan dengan syarat, yaitu bank melakukan pengendalian biaya dan memahami bahwa pinjaman ke China akan menurun.
Bank Dunia meminjamkan US$64 miliar ke negara-negara berkembang tahun lalu, termasuk China.
(prm) Next Article Bos Bank Dunia Mengundurkan Diri, Kenapa?
Most Popular