
Sri Mulyani Jadi Menteri Keuangan Terbaik, Kok Bisa?
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
03 January 2019 14:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik atau Finance Minister of the Year 2019 Global and Asia Pacific dari majalah keuangan The Banker, Rabu (2/1/2019).
Majalah tersebut menyebut beberapa alasan terpilihnya mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu sebagai pejabat fiskal terbaik di dunia. Secara umum, The Banker menggarisbawahi kuatnya perekonomian Indonesia di bawah kepemimpinan Sri Mulyani sebagai menteri keuangan.
Bencana gempa bumi di Lombok Agustus lalu yang menyebabkan kerugian infrastruktur hingga sekitar Rp 5 triliun ditanggapi Sri Mulyani dengan memodernisasi sistem respons bencana pemerintah melalui strategi pembiayaan bencana dan asuransi baru.
"Diumumkan di Oktober 2018, strategi itu akan mengasuransikan gedung-gedung publik sejak 2019, melindunginya, dan membantu mempercepat proses pemulihan," tulis The Banker.
"Di bawah sistem lama, negara bergantung pada dana kontingensi Rp 3,1 triliun tiap tahunnya yang disisihkan dari anggaran untuk menutup biaya rekonstruksi pasca-bencana," tambahnya.
Majalah tersebut juga mengutip peristiwa tewasnya 21 pegawai kementerian dalam kecelakaan pesawat Lion Air beberapa waktu lalu.
"Sembari menghadapi tragedi kemanusiaan itu, negara ini masih mencatatkan pertumbuhan yang mengesankan. Defisit produk domestik bruto untuk 2018 diperkirakan sekitar 1,86%, lebih rendah dibandingkan 2,19% yang diperkirakan dalam Anggaran Negara 2018," tulis The Banker.
Selain itu, publikasi tersebut juga menyinggung langkah-langkah perubahan dalam sistem perpajakan yang diambil Sri Mulyani untuk mendorong penerimaan dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak menjadi 82,5% di 2019 dari 74% di 2014.
Untuk mewujudkan pertumbuhan itu, proses pembayaran pajak akan disederhanakan dan jumlah lokasi pembayaran pajak akan ditambah.
Sri Mulyani juga mengumumkan rencana mengurangi proses birokrasi dalam proses perpajakan yang rumit setelah peringkat daya saing Indonesia dalam Global Competitiveness Report 2017 turun empat peringkat ke posisi 41, dilansir dari The Banker.
"Pemotongan pajak telah disalurkan ke wilayah-wilayah lain untuk menstimulasi pertumbuhan dan mendukung perekonomian. Besaran tarif pajak penghasilan bagi usaha kecil dan menengah dipangkas sementara pajak digital akan diberlakukan bagi perusahaan e-commerce yang beroperasi dari luar negeri," tulisnya.
Selain itu, pajak pertambahan nilai ekspor jasa Indonesia diturunkan menjadi 0% demi mendorong bidang usaha ini. Sektor bisnis jasa yang mendapat fasilitas ini, termasuk hukum, akuntansi, dan teknologi informasi.
"Perubahan-perubahan dalam sistem pajak ini integral dengan tujuan menteri keuangan untuk mendorong pendapatan negara sebesar 12,9% menjadi US$146,5 miliar di 2019, dengan kenaikan pendapatan pajak diproyeksikan mewakili 80% dari target tersebut," menurut The Banker.
Selain Sri Mulyani, Menteri Keuangan Portugal Mario Centeno dinobatkan sebagai menteri keuangan terbaik di Eropa, Menteri Keuangan Chile Felipe Larrain menjadi yang terbaik di Amerika, sementara Meteri Keuangan Israel Moshe Kahlon dan Menteri Keuangan Mesir Mohamed Maait masing-masing menjadi nomor satu di Timur Tengah dan Afrika.
(dru) Next Article Jadi Menkeu Terbaik Dunia, Ini Sepak Terjang Sri Mulyani
Majalah tersebut menyebut beberapa alasan terpilihnya mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu sebagai pejabat fiskal terbaik di dunia. Secara umum, The Banker menggarisbawahi kuatnya perekonomian Indonesia di bawah kepemimpinan Sri Mulyani sebagai menteri keuangan.
"Di bawah sistem lama, negara bergantung pada dana kontingensi Rp 3,1 triliun tiap tahunnya yang disisihkan dari anggaran untuk menutup biaya rekonstruksi pasca-bencana," tambahnya.
Majalah tersebut juga mengutip peristiwa tewasnya 21 pegawai kementerian dalam kecelakaan pesawat Lion Air beberapa waktu lalu.
![]() |
"Sembari menghadapi tragedi kemanusiaan itu, negara ini masih mencatatkan pertumbuhan yang mengesankan. Defisit produk domestik bruto untuk 2018 diperkirakan sekitar 1,86%, lebih rendah dibandingkan 2,19% yang diperkirakan dalam Anggaran Negara 2018," tulis The Banker.
Selain itu, publikasi tersebut juga menyinggung langkah-langkah perubahan dalam sistem perpajakan yang diambil Sri Mulyani untuk mendorong penerimaan dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak menjadi 82,5% di 2019 dari 74% di 2014.
Untuk mewujudkan pertumbuhan itu, proses pembayaran pajak akan disederhanakan dan jumlah lokasi pembayaran pajak akan ditambah.
Sri Mulyani juga mengumumkan rencana mengurangi proses birokrasi dalam proses perpajakan yang rumit setelah peringkat daya saing Indonesia dalam Global Competitiveness Report 2017 turun empat peringkat ke posisi 41, dilansir dari The Banker.
Selain itu, pajak pertambahan nilai ekspor jasa Indonesia diturunkan menjadi 0% demi mendorong bidang usaha ini. Sektor bisnis jasa yang mendapat fasilitas ini, termasuk hukum, akuntansi, dan teknologi informasi.
"Perubahan-perubahan dalam sistem pajak ini integral dengan tujuan menteri keuangan untuk mendorong pendapatan negara sebesar 12,9% menjadi US$146,5 miliar di 2019, dengan kenaikan pendapatan pajak diproyeksikan mewakili 80% dari target tersebut," menurut The Banker.
Selain Sri Mulyani, Menteri Keuangan Portugal Mario Centeno dinobatkan sebagai menteri keuangan terbaik di Eropa, Menteri Keuangan Chile Felipe Larrain menjadi yang terbaik di Amerika, sementara Meteri Keuangan Israel Moshe Kahlon dan Menteri Keuangan Mesir Mohamed Maait masing-masing menjadi nomor satu di Timur Tengah dan Afrika.
(dru) Next Article Jadi Menkeu Terbaik Dunia, Ini Sepak Terjang Sri Mulyani
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular