
Sedihnya Para Petani, Nilai Tukarnya Cuma Naik 0,1% di 2018
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
02 January 2019 12:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai tukar petani (NTP) di periode Desember 2018 naik tipis 0,04% secara bulanan (month-to-month/mtm) menjadi 103,16.
NTP adalah salah satu indikator untuk mengukur daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dia konsumsi maupun untuk biaya produksinya.
Sejak awal 2018 (year-to-date/ytd), NTP naik 0,23%. Adapun dibandingkan Desember 2017 (year-on-year/yoy) kenaikannya juga hanya sebesar 0,1%.
BPS mencatat hanya 11 dari 33 provinsi yang mengalami kenaikan NTP di bulan lalu, dengan sisanya turun. Kenaikan NTP tertinggi di Maluku sebesar 0,81% disumbang komoditas ketela pohon/ubi kayu, sementara penurunan terbesar NTP di Sulawesi Barat -2,34% akibat turunnya harga jual kakao.
Dari seluruh sektor NTP di bulan Desember, hanya subsektor tanaman pangan dan peternakan yang mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 0,75% dan 0,17%.
Sementara itu, NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat di bulan lalu tercatat mengalami penurunan tertinggi 1,16% mtm.
"NTP perkebunan rakyat turun karena harga komoditas kelapa sawit dan karet di tingkat internasional sedang tidak bagus, begitu juga biji kakao dan teh," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Rabu (2/1/2019).
Kendati demikian, Suhariyanto mengaku pihaknya tidak menghitung seberapa besar andil harga komoditas perkebunan di level internasional terhadap NTP pekebun.
(dru) Next Article Cegah Anak Muda Malas Jadi Petani, Ini Strategi Pemerintah
NTP adalah salah satu indikator untuk mengukur daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dia konsumsi maupun untuk biaya produksinya.
Sejak awal 2018 (year-to-date/ytd), NTP naik 0,23%. Adapun dibandingkan Desember 2017 (year-on-year/yoy) kenaikannya juga hanya sebesar 0,1%.
Dari seluruh sektor NTP di bulan Desember, hanya subsektor tanaman pangan dan peternakan yang mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 0,75% dan 0,17%.
Sementara itu, NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat di bulan lalu tercatat mengalami penurunan tertinggi 1,16% mtm.
"NTP perkebunan rakyat turun karena harga komoditas kelapa sawit dan karet di tingkat internasional sedang tidak bagus, begitu juga biji kakao dan teh," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Rabu (2/1/2019).
Kendati demikian, Suhariyanto mengaku pihaknya tidak menghitung seberapa besar andil harga komoditas perkebunan di level internasional terhadap NTP pekebun.
(dru) Next Article Cegah Anak Muda Malas Jadi Petani, Ini Strategi Pemerintah
Most Popular