Hati-hati! Masih Ada Potensi Tsunami di Pesisir Selat Sunda

Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
29 December 2018 15:59
Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang tidak bisa diprediksi kapan terjadi.
Foto: Gumpalan abu naik ketika Anak Krakatau meletus di Indonesia, 23 Desember 2018, dalam gambar ini diperoleh dari media sosial. Susi Air / via REUTERS
Jakarta, CNBC Indonesia - Bagi perusahaan yang telah atau akan berinvestasi di wilayah yang berbatasan dengan Selat Sunda, sebaiknya menghitung potensi tsunami sebagai suatu risiko usaha.

Hal itu disebabkan karena tsunami masih mungkin terjadi untuk wilayah pesisir Selat Sunda.

Sekretaris Badan Geologi, Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo mengatakan potensi Tsunami cukup besar bila terjadi reaktivasi struktur-struktur sesar Selat Sunda. Meski demikian, untuk jangka pendek tsunami akibat letusan Gunung Anak Krakatau potensinya cukup kecil.

"Letusan [jenis] Surtseyan ini posisinya di permukaan laut sehingga potensinya sangat kecil untuk memicu tsunami. Tapi ini apabila tidak terjadi reaktivasi struktur-struktur sesar Selat Sunda,"kata Sekretaris Badan Geologi, Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo dalam konferensi pers update erupsi Gunung Anak Krakatau, Sabtu (29/12).

Struktur sesar Selat Sunda merupakan struktur aktif yang mengaitkan Pulau Sebuku, Rajabasa, dan Sebesi di Lampung. Purbo menambahkan, hal ini merupakan sat hal yang harus dipertimbangkan terkait potensi adanya potensi tsunami.

"Soal ini harus jadi pertimbangan. Kita tidak bisa memprediksi kapan itu (reaktivasi struktur sesar Selat Sunda) terjadi tapi munculnya dalam bentuk gempa bumi," ucapnya.

Struktur sesar Selat Sunda, lanjut Purbo, memiliki bentuk yang kompleks. Bentuknya tidak selalu lurus. Dari Lampung begitu menuju Selat Sunda struktur sesar berbelok ke kanan.

Meski melaporkan erupsi dan letusan Gunung Anak Krakatau dinyatakan berkurang, namun masih ada potensi bahaya lontaran material lava pijar.

"Di sisi lain Gunung Anak Krakatau akan tumbuh terus tidak akan berhenti. Dari dalam itu tidak pernah habis." pungkasnya.

Catatan seismograf Badan Geologi mencatat, erupsi Gunung Anak Krakatau mulai berkurang pada pukul 14.18 kemarin, Jumat (28/12). Namun, status Gunung Anak Krakatau masih dinyatakan siaga.

Pada level ini disarankan untuk masyarakat tidak masuk kompleks Gunung Anak Krakatau baik itu Pulau Sertung atau Pulau Panjang.

Sebagai informasi, Selat Sunda berbatasan dengan banyak kegiatan usaha, baik wisata maupun industri manufaktur. Di Tanjung Lesung, Pandeglang Banten terdapat Kawasan Ekonomi Khusus yang diresmikan pada 2015 lalu.

Selain itu, ada wilayah Anyer dan Carita, yang merupakan bagian Cilegon, sudah menjadi tujuan wisata dengan ratusan hotel serta berbagai tempat wisata.

Tidak hanya Banten, Selat Sunda juga berbatasan dengan Lampung Selatan yang juga berkembang menjadi tujuan wisata, seperti di wilayah Kalianda.

[Gambas:Video CNBC]



(dob/dob) Next Article Keseimbangan Baru Gunung Anak Krakatau, Masuki Level Siaga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular