
Internasional
Pemerintah AS Sudah Tutup tapi Trump Masih Keras Kepala
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
27 December 2018 07:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari Rabu (26/12/2018) mengatakan siap menunggu selama mungkin hingga ia mendapatkan pendanaan US$5 miliar untuk rencana pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko.
Permintaannya itu telah memicu penutupan sebagian pemerintah federal atau government shutdown yang sudah memasuki hari kelima hari Rabu.
Saat tanda-tanda dibukanya kembali pemerintahan belum tampak, Trump membuat pernyataan itu dalam kunjungan mendadaknya ke Irak dan menyalahkan anggota Partai Demokrat Nancy Pelosi atas shutdown tersebut.
Nancy Pelosi akan menjadi juru bicara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS pada 3 Januari mendatang setelah partainya merebut kursi mayoritas setelah mengalahkan Partai Republik, yang mendukung Trump, dalam pemilu sela beberapa waktu lalu.
Sang presiden sebelumnya telah mengatakan dirinya siap menghadapi penutupan pemerintahan yang panjang. Saat ditanya pada hari Rabu mengenai berapa lama ia akan menunggu hingga mendapatkan apa yang ia inginkan, Trump menjawab "Selama apapun itu."
"Nancy memulai ini semua," ujarnya, dikutip dari Reuters. Ia memberi sinyal bahwa penolakan Pelosi terhadap permintaannya untuk mendapatkan anggaran pembangunan tembok berhubungan dengan kebutuhan Pelosi untuk mendapatkan dukungan sebagai juru bicara DPR.
Pelosi telah mengamankan posisinya beberapa pekan lalu.
"Publik Amerika meminta sebuah tembok," ujar Trump saat berada di pangkalan udara Al Asad di Irak.
Dalam sebuah pertemuan yang disiarkan di televisi 11 Desember lalu, Trump mengatakan kepada Pelosi dan pemimpin Demokrat di Senat Chuck Schumer bahwa dirinya akan dengan bangga menutup pemerintahan demi keamanan perbatasan. Namun, sejak saat itu ia justru menyalahkan Demokrat sebagai penyebab government shutdown.
Dalam kampanyenya di 2016, Trump berulang kali berjanji Meksiko akan membayar pembangunan tembok batas tersebut. Setelah Meksiko menolak untuk melakukannya, ia mulai mencari pendanaan dari anggaran negara dan uang pajak warga AS untuk membangun tembok yang ia sebut penting untuk mengontrol imigran gelap.
Survei Reuters/Ipsos akhir November lalu menunjukkan bahwa pengetatan keamanan perbatasan menjadi tiga prioritas utama bagi hanya sekitar 31% warga Amerika yang disurvei.
(prm) Next Article Demi Loloskan Dana Tembok Batas, Trump Sebut AS Alami Krisis
Permintaannya itu telah memicu penutupan sebagian pemerintah federal atau government shutdown yang sudah memasuki hari kelima hari Rabu.
Nancy Pelosi akan menjadi juru bicara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS pada 3 Januari mendatang setelah partainya merebut kursi mayoritas setelah mengalahkan Partai Republik, yang mendukung Trump, dalam pemilu sela beberapa waktu lalu.
![]() |
Sang presiden sebelumnya telah mengatakan dirinya siap menghadapi penutupan pemerintahan yang panjang. Saat ditanya pada hari Rabu mengenai berapa lama ia akan menunggu hingga mendapatkan apa yang ia inginkan, Trump menjawab "Selama apapun itu."
"Nancy memulai ini semua," ujarnya, dikutip dari Reuters. Ia memberi sinyal bahwa penolakan Pelosi terhadap permintaannya untuk mendapatkan anggaran pembangunan tembok berhubungan dengan kebutuhan Pelosi untuk mendapatkan dukungan sebagai juru bicara DPR.
Pelosi telah mengamankan posisinya beberapa pekan lalu.
"Publik Amerika meminta sebuah tembok," ujar Trump saat berada di pangkalan udara Al Asad di Irak.
Dalam sebuah pertemuan yang disiarkan di televisi 11 Desember lalu, Trump mengatakan kepada Pelosi dan pemimpin Demokrat di Senat Chuck Schumer bahwa dirinya akan dengan bangga menutup pemerintahan demi keamanan perbatasan. Namun, sejak saat itu ia justru menyalahkan Demokrat sebagai penyebab government shutdown.
Dalam kampanyenya di 2016, Trump berulang kali berjanji Meksiko akan membayar pembangunan tembok batas tersebut. Setelah Meksiko menolak untuk melakukannya, ia mulai mencari pendanaan dari anggaran negara dan uang pajak warga AS untuk membangun tembok yang ia sebut penting untuk mengontrol imigran gelap.
Survei Reuters/Ipsos akhir November lalu menunjukkan bahwa pengetatan keamanan perbatasan menjadi tiga prioritas utama bagi hanya sekitar 31% warga Amerika yang disurvei.
(prm) Next Article Demi Loloskan Dana Tembok Batas, Trump Sebut AS Alami Krisis
Most Popular