
BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem & Gelombang Tinggi dari Krakatau
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
26 December 2018 12:08

Jakarta, CNBC Indonesia- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan "cuaca ekstrem dan gelombang tinggi" akibat aktivitas vulkano gunung Anak Krakatau.
BMKG meminta masyarakat menjauh dari wilayah pantai dan pesisir yang sudah dihantam tsunami beberapa hari lalu yang mengakibatkan tewasnya ratusan orang.
Awan abu terus dimuntahkan dan hampir menutup gunung, Sabtu lalu tsunami setinggi 5 meter bahkan terjadi di selat Sunda akibat longsor kawah gunung tersebut dan dikhawatirkan masih berlanjut.
Selasa malam, BMKG mengumumkan bahwa cuaca buruk di kisaran gunung berapi tersebut bisa membuat kawahnya makin rapuh.
"Kami telah kembangkan sistem monitoring kami, terutama untuk aktivitas tremor vulkanik Anak Krakatau, sehingga kami bisa terbitkan peringatan lebih dini," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dan menyebut telah berlakukan zona aman sejauh 2 kilometer, dikutip dari Reuters, Rabu (26/12/2018).
Sebagai negara kepulauan yang berada di ring of fire, Indonesia ditimpa kemalangan dengan jatuhnya ribuan korban jiwa akibat bencana alam yang terjadi dalam sepuluh tahun terakhir.
Musibah terakhir yang terjadi jelang Natal tahun ini di Banten, bisa jadi membangkitkan memori akan peristiwa yang menimpa negeri ini pada 2004 lalu ketika tsunami besar di Aceh terjadi dan menelan 112 ribu korban jiwa.
Sementara tsunami di Selat Sunda kemarin, menelan korban jiwa 429 orang menurut data BMKG. Ombak besar meluluh lantakkan desa nelayan sedekat dan vila-vila pariwisata yang ada di kisaran pantai dalam sekejap.
Anyer, lokasi terdampak paling parah dari tsunami, bukannya asing dengan fenomena alam dari aktivitas gunung merapi di dekatnya. Pada 1883, induk dari Anak Krakatau yakni Gunung Krakatau juga pernah meletus dahsyat dan tercatat sebagai ledakan gunung berapi terbesar di dunia.
Ledakan Krakatau saat ini menewaskan 36000 jiwa karena tsunami dan iklim ekstrim yang anjlok jadi 1 derajat celcius akibat debu letusan.
Anak Krakatau kemudian lahir pada 1927 dan terus bertambah besar sejak saat itu.
(gus) Next Article Gempa Banten M 7,4, Karyawan Panik Berhamburan Keluar Gedung
BMKG meminta masyarakat menjauh dari wilayah pantai dan pesisir yang sudah dihantam tsunami beberapa hari lalu yang mengakibatkan tewasnya ratusan orang.
Selasa malam, BMKG mengumumkan bahwa cuaca buruk di kisaran gunung berapi tersebut bisa membuat kawahnya makin rapuh.
Sebagai negara kepulauan yang berada di ring of fire, Indonesia ditimpa kemalangan dengan jatuhnya ribuan korban jiwa akibat bencana alam yang terjadi dalam sepuluh tahun terakhir.
Musibah terakhir yang terjadi jelang Natal tahun ini di Banten, bisa jadi membangkitkan memori akan peristiwa yang menimpa negeri ini pada 2004 lalu ketika tsunami besar di Aceh terjadi dan menelan 112 ribu korban jiwa.
Sementara tsunami di Selat Sunda kemarin, menelan korban jiwa 429 orang menurut data BMKG. Ombak besar meluluh lantakkan desa nelayan sedekat dan vila-vila pariwisata yang ada di kisaran pantai dalam sekejap.
Anyer, lokasi terdampak paling parah dari tsunami, bukannya asing dengan fenomena alam dari aktivitas gunung merapi di dekatnya. Pada 1883, induk dari Anak Krakatau yakni Gunung Krakatau juga pernah meletus dahsyat dan tercatat sebagai ledakan gunung berapi terbesar di dunia.
Ledakan Krakatau saat ini menewaskan 36000 jiwa karena tsunami dan iklim ekstrim yang anjlok jadi 1 derajat celcius akibat debu letusan.
Anak Krakatau kemudian lahir pada 1927 dan terus bertambah besar sejak saat itu.
![]() |
(gus) Next Article Gempa Banten M 7,4, Karyawan Panik Berhamburan Keluar Gedung
Most Popular