
Siap-Siap! Penjualan Ritel Desember 2018 Berpeluang Istimewa
Muhammad Taufan A. & Arif Gunawan S., CNBC Indonesia
25 December 2018 19:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Momen Natal dan Tahun Baru secara historis tak menjadi pendongkrak produksi domestik bruto (PDB) kuartal empat (Q4) selama tahun terakhir. Namun, durasi libur lebih panjang tahun ini berpeluang memberikan energi ekstra.
Penjualan ritel nasional berpeluang menikmati berkah tahun ini karena libur yang lebih panjang secara historis tercatat mendongkrak belanja ritel di sektor riil dengan besaran beragam, dan bahkan mencapai dua kali lipat dibanding bulan sebelumnya seperti yang terlihat pada 2013.
Jika menengok pada data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB Indonesia memang selalu mencapai puncak pertumbuhan ekonomi pada kuartal tiga (Q3) setiap tahunnya. Dari tahun 2010 sampai 2017, laju PDB Q4 justru melambat rata-rata sebesar 2% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (q-to-q).
Penurunan ini sejalan dengan pola historis di mana aktivitas investasi dan belanja pemerintah memang mencapai puncaknya pada kuartal ketiga. Di sisi lain, momen penerimaan sekolah meningkatkan belanja konsumsi masyarakat di sektor pendidkan.
Hanya saja, jika kita bicara konsumsi rumah tangga di sektor riil, yang tercermin dari penjualan ritel, terlihat pertumbuhan yang relatif konsisten pada bulan Desember setiap tahunnya, menyusul libur Natal dan Tahun Baru.
Berdasarkan data yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, penjualan ritel pada bulan Desember dalam lima tahun terakhir tumbuh rata-rata 14% secara tahunan (YOY) dan 7% secara bulanan (MtM).
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Desember 2013, yang uniknya terjadi ketika harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) anjlok 18% sepanjang tahun itu menjadi US$841 per ton. Demikian juga dengan harga batu bara yang melemah 9% menjadi US$87,5 per ton.
Apa yang terjadi? Pada saat itu, pemerintah mengumumkan cuti bersama Natal pada Kamis (26/12/2013) yang kemudian diikuti dengan cuti oleh kebanyakan karyawan pada hari Jumat, dan Senin serta Selasa pekan selanjutnya untuk merayakan Tahun Baru yang jatuh pada Rabu (1/12/2013).
Libur panjang yang menyambung dalam sepekan pada akhir tahun ini sedikit banyak berkontribusi terhadap kenaikan penjualan ritel (yang mencapai 26,6%) karena transaksi di sektor pariwisata dan juga perjalanan meningkat.
Sebaliknya, perlambatan terjadi pada Desember 2017 di mana penjualan eceran hanya tumbuh 0,7% (YOY) dibandingkan setahun sebelumnya sebesar 2,5%. Makanan, minuman dan tembakau menjadi andalan dibandingkan dengan penjualan komoditas lainnya pada saat itu.
Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), libur Natal dan Tahun Baru mendorong konsumsi masyarakat untuk keperluan liburan. Porsinya terhadap penjualan industri ritel mencapai 20% setiap tahunnya, sementara momen Puasa dan Lebaran menyumbang 30%.
NEXT
Penjualan ritel nasional berpeluang menikmati berkah tahun ini karena libur yang lebih panjang secara historis tercatat mendongkrak belanja ritel di sektor riil dengan besaran beragam, dan bahkan mencapai dua kali lipat dibanding bulan sebelumnya seperti yang terlihat pada 2013.
Jika menengok pada data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB Indonesia memang selalu mencapai puncak pertumbuhan ekonomi pada kuartal tiga (Q3) setiap tahunnya. Dari tahun 2010 sampai 2017, laju PDB Q4 justru melambat rata-rata sebesar 2% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (q-to-q).
![]() |
Penurunan ini sejalan dengan pola historis di mana aktivitas investasi dan belanja pemerintah memang mencapai puncaknya pada kuartal ketiga. Di sisi lain, momen penerimaan sekolah meningkatkan belanja konsumsi masyarakat di sektor pendidkan.
Hanya saja, jika kita bicara konsumsi rumah tangga di sektor riil, yang tercermin dari penjualan ritel, terlihat pertumbuhan yang relatif konsisten pada bulan Desember setiap tahunnya, menyusul libur Natal dan Tahun Baru.
Berdasarkan data yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, penjualan ritel pada bulan Desember dalam lima tahun terakhir tumbuh rata-rata 14% secara tahunan (YOY) dan 7% secara bulanan (MtM).
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Desember 2013, yang uniknya terjadi ketika harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) anjlok 18% sepanjang tahun itu menjadi US$841 per ton. Demikian juga dengan harga batu bara yang melemah 9% menjadi US$87,5 per ton.
Apa yang terjadi? Pada saat itu, pemerintah mengumumkan cuti bersama Natal pada Kamis (26/12/2013) yang kemudian diikuti dengan cuti oleh kebanyakan karyawan pada hari Jumat, dan Senin serta Selasa pekan selanjutnya untuk merayakan Tahun Baru yang jatuh pada Rabu (1/12/2013).
Libur panjang yang menyambung dalam sepekan pada akhir tahun ini sedikit banyak berkontribusi terhadap kenaikan penjualan ritel (yang mencapai 26,6%) karena transaksi di sektor pariwisata dan juga perjalanan meningkat.
Sebaliknya, perlambatan terjadi pada Desember 2017 di mana penjualan eceran hanya tumbuh 0,7% (YOY) dibandingkan setahun sebelumnya sebesar 2,5%. Makanan, minuman dan tembakau menjadi andalan dibandingkan dengan penjualan komoditas lainnya pada saat itu.
Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), libur Natal dan Tahun Baru mendorong konsumsi masyarakat untuk keperluan liburan. Porsinya terhadap penjualan industri ritel mencapai 20% setiap tahunnya, sementara momen Puasa dan Lebaran menyumbang 30%.
NEXT
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular