
9 Hotel Rusak Berat Akibat Tsunami Selat Sunda
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
24 December 2018 12:18

Jakarta, CNBC Indonesia- Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyebutkan, sejauh ini pihaknya mendapatkan laporan bahwa ada 9 hotel yang terdampak bencana tsunami di Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) malam.
Dari 9 hotel tersebut, ada beberapa yang kondisinya lumayan parah karena sebagian dari bangunan utama hotel rusak berat. Kendati demikian, pihaknya belum tahu persis nilai kerugian ekonomi akibat musibah tersebut.
"Taksiran kerugian [finansial] belum ada, tapi saya perkirakan tidak terlalu besar karena kerusakan bangunannya tidak masif seperti gempa dan tsunami di Palu. Menurut informasi yang saya terima, kawasan wisata yang terdampak parah adalah daerah Tanjung Lesung, yang posisinya dekat dengan Ujung Kulon. Kalau di kawasan Anyer nggak kena," ujar Hariyadi kepada CNBC Indonesia via telepon, Senin (24/12/2018).
Kendati demikian, Hariyadi mengaku sangat prihatin dengan jumlah korban berjatuhan yang sudah mencapai lebih dari 200 orang.
Data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, dampak tsunami di Selat Sunda hingga 24/12/2018 pukul 07.00 WIB, tercatat 281 orang tewas, 1.016 orang luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi.
"Ini kan tidak terduga betul ya, yang kita khawatirkan dari segi pariwisata adalah orang jadi takut kesana untuk berlibur. Apalagi ini kan sedang peak season," kata Hariyadi.
Hariyadi khawatir dampak psikologis dari kejadian ini akan menghantam bisnis perhotelan dalam beberapa waktu ke depan. Terlebih, musibah ini terjadi secara beruntun, bukan hanya di Banten dan Lampung, tapi sebelumnya juga di Palu dan Lombok saat kebetulan sedang ada event pariwisata.
"Di Palu kejadiannya juga sedang ada festival. Di Lombok juga saat high season, periode September-Oktober turis sedang banyak ke sana. Ini yang jadi PR untuk kita, musibah bisa terjadi di mana dan kapan saja spt di Tanjung Lesung ini. Namanya alam kan kita tidak bisa prediksi. Mudah-mudahan ini yang terakhir, kita berharap pemulihannya cepat," harapnya.
(gus) Next Article Kawasan Wisata Rawan Bencana, PHRI Minta Perketat Mitigasi
Dari 9 hotel tersebut, ada beberapa yang kondisinya lumayan parah karena sebagian dari bangunan utama hotel rusak berat. Kendati demikian, pihaknya belum tahu persis nilai kerugian ekonomi akibat musibah tersebut.
Kendati demikian, Hariyadi mengaku sangat prihatin dengan jumlah korban berjatuhan yang sudah mencapai lebih dari 200 orang.
Data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, dampak tsunami di Selat Sunda hingga 24/12/2018 pukul 07.00 WIB, tercatat 281 orang tewas, 1.016 orang luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi.
"Ini kan tidak terduga betul ya, yang kita khawatirkan dari segi pariwisata adalah orang jadi takut kesana untuk berlibur. Apalagi ini kan sedang peak season," kata Hariyadi.
Hariyadi khawatir dampak psikologis dari kejadian ini akan menghantam bisnis perhotelan dalam beberapa waktu ke depan. Terlebih, musibah ini terjadi secara beruntun, bukan hanya di Banten dan Lampung, tapi sebelumnya juga di Palu dan Lombok saat kebetulan sedang ada event pariwisata.
"Di Palu kejadiannya juga sedang ada festival. Di Lombok juga saat high season, periode September-Oktober turis sedang banyak ke sana. Ini yang jadi PR untuk kita, musibah bisa terjadi di mana dan kapan saja spt di Tanjung Lesung ini. Namanya alam kan kita tidak bisa prediksi. Mudah-mudahan ini yang terakhir, kita berharap pemulihannya cepat," harapnya.
(gus) Next Article Kawasan Wisata Rawan Bencana, PHRI Minta Perketat Mitigasi
Most Popular