BI Naikkan Bunga Acuan, Tahun Depan Penerbitan Obligasi Seret

Monica Wareza, CNBC Indonesia
21 December 2018 13:31
Tahun depan penerbitan obligasi stagnan di Rp 135,2 triliun.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyebutkan tahun depan suku bunga Bank Indonesia masih akan mengalami peningkatan seiring dengan normalisasi suku bunga yang masih akan dilakukan oleh Federal Reserve.

Kondisi ini akan berdampak pada masih stagnannya potensi penerbitan surat utang korporasi di tahun 2019 yang diprediksi mencapai Rp 135,2 triliun sepanjang tahun.

Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra mengatakan tingkat suku bunga yang membuat biaya bunga (cost of fund) korporasi menjadi lebih mahal, sehingga sentimen ini akan menjadi negatif untuk penerbitan surat di tahun depan. Surat utang ini termasuk obligasi, medium term notes (MTN) dan sekuritisasi.

"Tingkat suku bunga yang ada kemungkinan mash akan naik tahun depan akan bedampak negatif ke penerbitan obligasi," kata Salyadi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (21/12).

Meski demikian, tahun depan diperkirakan jumlah obligasi korporasi yang akan jatuh tempo nilainya akan mencapai Rp 112,4 triliun. Kondisi ini akan menjadi salah satu katalis positif yang mendorogn tingkat penerbitan obligasi korporasi karena perusahaan biasanya memiliki kebutuhan untuk melakukan pembiayaan kembali (refinancing) utang yang jatuh tempo.

Lebih lanjut, dia menyebutkan bahwa faktor lainnya yang akan menimbukan optimisme penerbitan obligasi di tahun depan adalah pemilu. Jika pemilu berjalan lancar maka tahun depan penerbitan surat utang dinilai akan membuat market menjadi lebih confident.

menyampaikan bahwa di awal tahun saja Pefindo sudah memegang beberapa mandat obligasi yang belum direalisasikan tahun ini. Salyadi menyebutkan jumlahnya mencapai Rp 23,40 triliun yang berpotensi akan diterbitkan di awal tahun depan.

Dari total penerbitan yang belum direalisasikan ini jumlahnya 27,78% masih didominasi oleh sektor perbankan, 17,74% oleh sektor pembiayaan dan 12,82% oleh sektor telekomunikasi.




(roy/roy) Next Article Fitch: Virus Corona Bisa Pengaruhi Rating & Outlook Obligasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular