Lifting Migas Meleset dari Target, Ini Kata Jonan

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
17 December 2018 15:04
Menteri Jonan mengatakan lifting migas tahun ini masih meleset dari target
Foto: detikFoto/Ari Saputra
Jakarta, CNBC Indonesia- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) mencatat, sampai pada November 2018, lifting minyak bumi secara year to date sebesar 762 ribu BOPD, dan dan lifting gas bumi sebesar 1.143 ribu BOEPD. 

Sehingga, total lifting migas selama 11 bulan ini adalah 1,91 juta barel setara minyak atau BOEPD. Dalam wawancara khusus bersama CNBC Indonesia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan pun menyinggung soal lifting migas ini. Menurutnya, sampai akhir tahun nanti lifting migas hanya bisa mencapai 96-97% dari target APBN, atau sebesar 1,92 BOEPD.



"Target APBN itu sebenarnya 2 juta BOEPD, ini memang masih kurang. Kalau outlook-nya sampai akhir tahun, karena ini kurang dari 20 hari, saya liat sih paling liftingnya di 1,92-1,93 juta BOEPD, atau mungkin pencapaiannya kira 96-97% lah kurang lebih," ujar Jonan ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (14/12/2018).

Lebih lanjut, Jonan mengakui, capaian tersebut masih di bawah target produksi. Sehingga, ia telah menginstruksikan dan meminta Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto agar mulai tahun depan lifting migas paling tidak sama dengan produksi harian. 



"Sebab, jika tidak, nanti kita nambah tangki timbun terus, ya kan masih tersisa terus produksinya kan? Produksi sekian, liftingnya cuma sekian," pungkas Jonan.

Adapun, sebelumnya, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher menyampaikan, capaian lifting migas sampai pada November 2018 secara total telah mencapai 95% dari APBN 2018. 

"Hingga akhir tahun kami tetap upayakan produksi bisa lebih maksimal," ujar Wisnu melalui keterangan resminya, Kamis (13/12/2018).

Ia menuturkan, belum tercapainya target lifting tersebut disebabkan oleh kinerja sumur baru yang belum sesuai ekspektasi, serta semakin besarnya decline rate dari sumur eksisting.



Selain itu, Wisnu mengakui, juga terjadi beberapa kendala operasi dan instrumen. Namun, kendala tersebut sudah dapat diatasi, dan faktor lainnya yakni terdapat juga beberapa program pengembangan yang mundur ke 2019.
(gus) Next Article Subsidi Capai Rp 64 T, Ini 3 Jurus Jonan Tekan Konsumsi LPG

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular