Pengelola Bandara Indonesia akan Gunakan Robot

Iswari Anggit, CNBC Indonesia
15 December 2018 19:52
Investasi di bidang inipun menjadi peluang yang sangat menjanjikan.
Foto: Sebuah server robot membawa piring ketika meninggalkan dapur untuk memenuhi pesanan para pengunjung di restoran hotpot baru buatan Haidilao di Beijing, China. REUTERS / Jason Lee
Jakarta, CNBC Indonesia - Era industri digital atau industri 4.0 erat kaitannya dengan peran teknologi. Investasi di bidang inipun menjadi peluang yang sangat menjanjikan.

Peluang inilah yang dimanfaatkan PT Robotic Explorer, sebagai perusahaan distributor robot dengan teknologi artificial intelligence. Artifisial intelligence merupakan teknologi yang memungkinkan robot meniru gerak-gerik manusia.

Presiden Direktur PT Robotic Explorer, Jully Tjindrawan mengatakan, pihaknya saat ini sedang menunggu penyelesaian regulasi terkait robotik dari pemerintah, sehingga robot artificial intelligence miliknya bisa segera dijual.

"Saya berharap, saya berdoa, regulatornya yaitu DPR dan semua, ya mereka kan yang 'ketok palu' [mengesahkan regulasi], ya seberapa keras kita bekerja kalau regulatornya tidak ketok palu, ya kita tidak bisa ... (apa-apa)," kata Jully yang ditemui di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Sabtu (15/12/2018).

Meskipun demikian, Jully menyiratkan kalau pihaknya optimistis pemerintah akan mendukung regulasi terkait robotik ini; "Sudah ditanda tangani MoU, saya pikir pemerintah sudah 'membuka pintu' (setuju). Mengurus izinnya hampir 3 bulan ya, jadi lumayan lama. Jadi tahun depanlah kita baru mulai menjual. Saya berharap akan untung. Pendidikan sudah maju, servicenya harus ada, industri sudah siap."

Jully juga menjelaskan, kalau sudah banyak perusahaan yang menginginkan robot dengan teknologi artificial intelligence, termasuk salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Angkasa Pura. Meskipun demikian, Jully belum menjelaskan secara detail robot seperti apa yang dibeli Angkasa Pura.

"Target pasarnya banyak ya, ada hospital, tempat makan, rumah pribadi, Angkasa Pura, bank-bank, ya semua yang butuh service kita jual," jelas Jully.

"Customer tidak tahu robot apa yang ingin dibeli, kita yang suggest [menyarankan]. Misal ada robot navigasi, itu sudah bisa ngenalin orang, membuat schedule (penjadwalan), [menyimpan] database yang bisa masuk ke sana sudah sebanyak mungkin, limitless," sambungnya.

Perempuan yang juga mendirikan lembaga kursus pendidikan sains robotika ini mengaku, robot dengan artificial intelligence miliknya kebanyakan diimpor dari Cina. Satu robot, diakui Jully memiliki harga yang berbeda-beda, tergantung tingkat kecerdasannya.

"Saya (beli) dari Cina. (Robot dari) Cina itu yg paling mudah bahasa pemrogramannya, kalau sudah ke Taiwan, ke UK (United Kingdom), pemrograman susah, sehingga tidak semudah itu kita beli," ujar Jully.

"Tidak mahal (harga robot) ini dari Cina, masih berkisar Rp 70 juta sampai Rp 300 juta-lah, satunya. Itu tidak mahal karena kalau kita lihat kayak robot saya itu (dengan teknologi artificial intelligence) sudah 244 juta. [Harga robot] itu bukan tergantung besar-kecilnya, itu tergantung kecerdasannya."
(hps/hps) Next Article Ngeri! Covid-19 Percepat Tren Tenaga Orang akan Diganti Robot

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular