
Peringatan! CS dan Buruh Pabrik Bisa Digantikan Robot
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
15 December 2018 17:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Era industri digital atau industri 4.0 bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, industri 4.0 membawa berbagai kemajuan positif, terutama dalam sisi teknologi. Namun di sisi lain, industri 4.0 membuat manusia tidak hanya bersaing dengan manusia lain, tapi juga dengan robot.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, pekerjaan yang bersifat repeatitif memiliki kemungkinan besar digantikan robot. Pekerjaan yang bersifat repeatitif misalnya, customer service (layanan informasi telepon seperti di perbankan, sudah banyak yang menggunakan chatbot) dan buruh pabrik (misal pabrik otomotif; bagian memasang skrup, dan sebagainya).
"Gini, semua pekerjaan yang repeating [pekerjaan yang sifatnya yang statis, prosedural, berulang] itu hanya masalah waktu bisa digantikan dengan suatu proses baru, yang lebih efisien, yaitu robot. Robot itukan ada teknologi artificial intelligence-nya [teknologi yang memungkinkan robot meniru motorik manusia]. Kalau sifatnya lebih spesialis tidak akan tergantikan," kata Rudiantara, Sabtu (15/12/2018).
Menurut Rudiantara, agar tidak 'kalah saing dengan robot', sumber daya manusia di Indonesia, harus memiliki kemauan untuk mengembangkan kemampuan diri.
"Kita harus meningkatkan kemampuan kita yg lebih spesifik sehingga tidak tergantikan dengan robot. Di dalam robotkan banyak teknologinya, ada sensor yang bisa ngenalin; 'hai Rudiantara', terus artificial intelligence, kemudian big data analitic, itu macam-macam. Sama dengan manusia, kita belajar mengingat ini muka siapa, terus kalau mau jawab, jawabnya gimana. Karena pertanyaannya berulang-ulang, itu-itu saja," jelas Rudiantara.
"Saya mungkin suatu saat tidak perlu menjawab, ada robot yang menggantikan saya," sambungnya.
Apalagi saat ini, sudah cukup banyak industri yang memanfaatkan robot untuk menunjang kegiatan produksi mereka sehari-hari. Banyak industri yang menilai kalau kinerja robot lebih efisien dibanding manusia, tingkat produksi pun dinilai stabil bahkan bisa melebihi target dengan resiko kesalahan yang lebih kecil dibanding resiko human error. Tak hanya itu, ongkos 'memperkerjakan' robot juga memangkas lebih murah ketimbang harus mengupah pekerja.
"Di manufaktur [robot itu] sangat penting, karena kalau kita ke tahun 2030, income per kapita kita tinggi, artinya apa: orang Indonesia suatu saat akan mahal seperti Jepang. Nah padahal pekerjaannya berulang-ulang, itu-itu saja. Misalkan sekarang costnya [industri harus membayar pekerja] 10 juta, nanti 10 tahun lagi gajinya naik 30 juta, ya perusahaan mikir, mending robot aja, robotkan cuma 5 juta, lebih murah," tandasnya.
(hps) Next Article Era Industri 4.0, Indonesia Harus Punya Sekolah Robotic
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, pekerjaan yang bersifat repeatitif memiliki kemungkinan besar digantikan robot. Pekerjaan yang bersifat repeatitif misalnya, customer service (layanan informasi telepon seperti di perbankan, sudah banyak yang menggunakan chatbot) dan buruh pabrik (misal pabrik otomotif; bagian memasang skrup, dan sebagainya).
"Gini, semua pekerjaan yang repeating [pekerjaan yang sifatnya yang statis, prosedural, berulang] itu hanya masalah waktu bisa digantikan dengan suatu proses baru, yang lebih efisien, yaitu robot. Robot itukan ada teknologi artificial intelligence-nya [teknologi yang memungkinkan robot meniru motorik manusia]. Kalau sifatnya lebih spesialis tidak akan tergantikan," kata Rudiantara, Sabtu (15/12/2018).
Menurut Rudiantara, agar tidak 'kalah saing dengan robot', sumber daya manusia di Indonesia, harus memiliki kemauan untuk mengembangkan kemampuan diri.
"Saya mungkin suatu saat tidak perlu menjawab, ada robot yang menggantikan saya," sambungnya.
Apalagi saat ini, sudah cukup banyak industri yang memanfaatkan robot untuk menunjang kegiatan produksi mereka sehari-hari. Banyak industri yang menilai kalau kinerja robot lebih efisien dibanding manusia, tingkat produksi pun dinilai stabil bahkan bisa melebihi target dengan resiko kesalahan yang lebih kecil dibanding resiko human error. Tak hanya itu, ongkos 'memperkerjakan' robot juga memangkas lebih murah ketimbang harus mengupah pekerja.
"Di manufaktur [robot itu] sangat penting, karena kalau kita ke tahun 2030, income per kapita kita tinggi, artinya apa: orang Indonesia suatu saat akan mahal seperti Jepang. Nah padahal pekerjaannya berulang-ulang, itu-itu saja. Misalkan sekarang costnya [industri harus membayar pekerja] 10 juta, nanti 10 tahun lagi gajinya naik 30 juta, ya perusahaan mikir, mending robot aja, robotkan cuma 5 juta, lebih murah," tandasnya.
(hps) Next Article Era Industri 4.0, Indonesia Harus Punya Sekolah Robotic
Most Popular