JK: RI Masih Sibuk Soal Pangan, Negara Lain Sudah Bahas Robot

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
06 December 2018 15:32
Wapres Jusuf Kalla membuka kongres dan dialog nasional Persatuan Insinyur Indonesia.
Foto: Samuel Pablo
Padang, CNBC Indonesia - Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara maju.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan di saat RI belum berbicara banyak tentang revolusi industri Industri 4.0, Jepang sudah mulai membahas untuk memulai Industri 5.0.

"Kita banyak bicara Revolusi Industri 4.0, Jepang yang memenangkan Osaka Expo 2018 berbicara bagaimana memulai Revolusi Industri 5.0. Jadi, kita bisa ketinggalan satu generasi dengan Jepang kalau kita tidak paham," kata JK saat membuka Kongres dan Dialog Nasional Persatuan Insinyur Indonesia, Kamis (6/12/2018).

JK bahkan mengatakan kalau RI masih bergulat dengan Industri 1.0 seperti mekanisasi pertanian, lalu 2.0 seperti penggunaan ban berjalan dan 3.0 yang mulai mengandalkan komputer. Sementara itu, era 4.0 sendiri dikenal sebagai zaman yang mengutamakan robotik dan Internet of Things (IoT).

Lebih lanjut, Wapres mengatakan hanya Indonesia dan Filipina yang masih berdebat soal kekurangan pangan.


"Satu-satunya negara yang masih berbicara, bahkan berdebat soal kekurangan pangan cuma kita dan Filipina. Petani kita masih mencangkul. Soekarno berbicara sandang, pangan, papan. Yang baru selesai sandang. Masih banyak PR Kita. Kita masih bicara data konsumsi dan produksi pangan. Kita masih bicara rumah yang kumuh."

JK menekankan bahwa Indonesia masih saja berdebat terus mengenai komoditas pangan seperti jagung dan beras. 

"Lupa bahwa kita impor 11 juta gandum. Impor 1 juta ton beras orang marah." Dia mengatakan impor belasan juta gandum menandakan konsumsi mie dan roti di RI meningkat, dan beras turun. 

Wapres mendorong agar insinyur-insinyur di Indonesia dapat lebih berinovasi guna mendukung kemajuan Indonesia. Dia mengatakan jika berbicara mengenai insinyur maka itu terkait dengan kreativitas, produktivitas, dan nilai tambah.


Melalui insinyur handal JK mengharapkan Indonesia tidak lagi berbicara defisit surplus beras, namun mampu meningkatkan produktivitas dengan luas lahan sawah yang ada.

JK menuturkan kunci pertanian adalah bibit, pupuk, teknologi, peralatan dan iklim. 

"Iklim enggak bisa diperbaiki, tapi bibit bisa. Dan, itu perlu research. Research harus dipaksaskan."

"Mari semuanya, revolusi industri bukan hanya didiskusikan, bukan hanya diseminarkan. Karena saya kadang terlalu capek kebanyaka seminar. Tapi, dikerjakan karena kita pun masih mengerjakan Revolusi Industri 2.0."
(ray/ray) Next Article Jusuf Kalla: Tetap Disiplin & Waspada Menghadapi Pandemi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular