Jokowi, Pembubaran BP Batam, dan 'Singapuranya Indonesia'

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
12 December 2018 18:54
Ini Bukti Lemahnya Perekonomian Batam
Foto: BP Batam (bpbatam.go.id/)
Dari sisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Batam, pertumbuhannya terus tersungkur dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Kota Batam hanya mencapai 2,19% pada tahun 2017, melambat drastis dari capaian tahun sebelumnya sebesar 5,43%.

Bahkan, pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Kota Batam bisa mencapai 7% lebih. Kemunduran ini jelas menjadi catatan merah bagi BP Batam.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi Kota Batam tidak lepas dari pertumbuhan sektor industri pengolahan yang loyo. Pada tahun lalu, pertumbuhannya hanya mencapai 1,76%. Padahal di tahun 2016 masih membukukan pertumbuhan sebesar 4,64%, sedangkan di tahun 2013 bisa mencapai 7,07%.

Tak ayal, buruknya performa industri pengolahan ini akhirnya menghancurkan ekonomi Kota Batam. Pasalnya, sektor industri pengolahan berkontribusi sekitar 55% bagi PDRB Kota Batam.

Kepala BP Batam sebenarnya yakin pertumbuhan ekonomi Batam bisa pulih ke 4,4% pada 2018. Masuk akal, karena rata-rata tiga kuartal pertama tahun ini pertumbuhan ekonomi Batam mencapai 4,24%.

Bahkan, pada 2019, Lukita percaya diri bahwa pertumbuhan ekonomi kota terbesar di Kepulauan Riau itu bisa mencapai 7%. Alasan mantan Wakil Menteri PPN/Wakil Menteri Bappenas begitu percaya diri adalah dengan mempertimbangkan berbagai sektor industri yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi di Batam, salah satunya sektor wisata.

"Tourism di Kepulauan Riau dan Batam tahun ini tumbuh 20%-an. Ya tahun lalu 1,5 juta jumlah yang datang ke Batam. Tahun ini kita berharap angkanya bisa 1,8 juta. Jadi ini kami akan dorong terus tahun depan. Bahkan kalau untuk Batam sendiri di atas 2,2 sampai 2,3 juta," kata Lukita.

Sayangnya, apabila melihat data yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam, cita-cita Lukita sebenarnya menghadapi tembok terjal. Jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Kota Batam sudah melambat selama 3 tahun berturut-turut.

Terakhir, di tahun 2017, jumlah wisatawan mancanegara hanya mencapai 1,42 juta orang, turun dari capaian tahun 2014 sebesar 1,45 juta orang. Artinya, masih banyak PR yang harus diselesaikan terkait industri pariwisata di Kota Batam.



Dari sisi perdagangan, ekspor kota Batam juga mengalami tren yang cenderung menurun. Memang ada pertumbuhan tipis sebesar 3,5% pada tahun 2017, namun nominalnya cenderung menurun dalam 3 tahun terakhir.

Pada tahun 2017, nilai ekspor Kota Batam mencapai US$ 8,71 miliar. Nilai itu turun sekitar 23% dari capaian tahun 2014 yang sebesar US$ 11,3 miliar.

Akibat roda perekonomian yang mulai terganggu, mau tak mau ada dampak negatif yang dirasakan masyarakat. Dalam 3 tahun terakhir, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Batam terus menanjak naik. Pada tahun 2017 angkanya mencapai 8,09%. Padahal, di tahun 2013, TPT “hanya” sebesar 3,46%.



Kemudian, pada tahun lalu jumlah penduduk miskin meroket ke angka tertinggi sejak tahun 2014, yakni sebanyak 61.160 orang. Dengan jumlah sebanyak itu, persentase penduduk miskin Kota Batam mencapai 4,81% di tahun 2017, atau naik dari tahun sebelumnya sebesar 4,68%.

Akhirnya, keputusan Presiden Jokowi untuk membubarkan BP Batam nampaknya sudah tepat. Sudah tiba waktunya menyelamatkan “Singapura-nya Indonesia” yang semakin jauh tertinggal…

TIM RISET CNBC INDONESIA



(RHG/dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular