
Ambisi Rusdi Kirana Bawa Lion Air Jadi LCC Terbesar di Bumi
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
12 December 2018 10:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusdi Kirana berambisi membawa Lion Air menjadi salah satu low cost carrier (LCC) terbesar di dunia.
Dikutip dari Bloomberg, Rabu (12/12/2018), Rusdi Kirana menyampaikan bahwa target Lion Air Group adalah mengoperasikan 1.000 unit pesawat.
Di samping itu, satu maskapai yang beroperasi di Indonesia juga dijadwalkan melantai di bursa pada 2019.
Seperti diketahui, Lion Air Group saat ini membawahi tiga maskapai di Indonesia yakni Lion Air, Batik Air, dan Wings Air. Maskapai berlogo Kepala Singa itu juga membuka Malindo Air di Malaysia dan Thai Lion di Thailand.
Adapun Thai Lion Air saat ini juga tengah berupaya mendapatkan izin untuk bisa melayani penerbangan ke Dubai dan London pada tahun depan, menggunakan Airbus A330neo yang datang pada Mei 2019.
Di sisi lain, Rusdi Kirana juga menyebutkan bahwa dia sampai saat ini masih mempersiapkan pembatalan pembelian pesawat dari Boeing senilai total US$ 22 miliar.
Rencana pembatalan pembelian pesawat dari Boeing itu dilatarbelakangi marahnya Rusdi Kirana terkait respons Boeing menanggapi hasil laporan awal Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) beberapa waktu lalu.
Laporan KNKT itu tentang kecelakaan Boeing 737 Max yang digunakan di penerbangan Lion Air JT-610. Kecelakaan itu terjadi pada 29 Oktober 2018, menewaskan 189 orang.
Rusdi Kirana menyatakan telah mengirim surat kepada Boeing yang bermarkas di Chicago.
"Itu [respons Boeing terhadap laporan KNKT] sangat licik dan sangat tidak pantas, yang saya pikir juga tanpa etika," kata Rusdi Kirana dikutip dari Bloomberg, Selasa (12/12/2018).
"Mereka melakukannya untuk salah satu pelanggan terbesar mereka. Mereka membuat opini bahwa kami tidak merawat pesawat kami dengan baik."
Laporan awal dari KNKT menyebutkan secara detil mengenai isu perawatan pada pesawat yang mengalami kecelakaan, kontras dengan bagaimana pilot menangani peringatan anti-stall pada dua penerbangan terakhir, dan menyeut bahwa Lion Air harus memperbaiki budaya keselamatan. Boeing merespons laporan itu dengan pernyataan yang panjang, seperti tercantum dalam laporan.
Sementara itu pada 6 Desember 2018, CEO Boeing Dennis Muilenburg mengatakan kepada CNBC, "Ini adalah situasi yang sulit, dan dapat dimengerti bahwa ada beberapa tantangan di sekitar itu, tetapi ini adalah pelanggan yang sangat dihormati. Kami terus berkomunikasi dengan Lion Air."
"Kami akan berusaha menyelesaikan ini. Tentu saja, semua kontrak ini adalah pengaturan jangka panjang. Ini bukan hal-hal yang dapat secara eksklusif dibatalkan oleh kedua pihak."
Berdasarkan catatan Bloomberg, Lion Air saat ini memiliki pesanan di Boeing dan Airbus total mencapai 368 unit pesawat. Sementara itu, saat ini Lion Air Group beroperasi dengan 117 unit pesawat.
(ray/ray) Next Article Bos Lion Air Buka-bukaan Soal Pesanan 280 Unit Boeing 737-8
Dikutip dari Bloomberg, Rabu (12/12/2018), Rusdi Kirana menyampaikan bahwa target Lion Air Group adalah mengoperasikan 1.000 unit pesawat.
Di samping itu, satu maskapai yang beroperasi di Indonesia juga dijadwalkan melantai di bursa pada 2019.
Adapun Thai Lion Air saat ini juga tengah berupaya mendapatkan izin untuk bisa melayani penerbangan ke Dubai dan London pada tahun depan, menggunakan Airbus A330neo yang datang pada Mei 2019.
Di sisi lain, Rusdi Kirana juga menyebutkan bahwa dia sampai saat ini masih mempersiapkan pembatalan pembelian pesawat dari Boeing senilai total US$ 22 miliar.
Rencana pembatalan pembelian pesawat dari Boeing itu dilatarbelakangi marahnya Rusdi Kirana terkait respons Boeing menanggapi hasil laporan awal Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) beberapa waktu lalu.
Laporan KNKT itu tentang kecelakaan Boeing 737 Max yang digunakan di penerbangan Lion Air JT-610. Kecelakaan itu terjadi pada 29 Oktober 2018, menewaskan 189 orang.
Rusdi Kirana menyatakan telah mengirim surat kepada Boeing yang bermarkas di Chicago.
"Itu [respons Boeing terhadap laporan KNKT] sangat licik dan sangat tidak pantas, yang saya pikir juga tanpa etika," kata Rusdi Kirana dikutip dari Bloomberg, Selasa (12/12/2018).
"Mereka melakukannya untuk salah satu pelanggan terbesar mereka. Mereka membuat opini bahwa kami tidak merawat pesawat kami dengan baik."
Laporan awal dari KNKT menyebutkan secara detil mengenai isu perawatan pada pesawat yang mengalami kecelakaan, kontras dengan bagaimana pilot menangani peringatan anti-stall pada dua penerbangan terakhir, dan menyeut bahwa Lion Air harus memperbaiki budaya keselamatan. Boeing merespons laporan itu dengan pernyataan yang panjang, seperti tercantum dalam laporan.
Sementara itu pada 6 Desember 2018, CEO Boeing Dennis Muilenburg mengatakan kepada CNBC, "Ini adalah situasi yang sulit, dan dapat dimengerti bahwa ada beberapa tantangan di sekitar itu, tetapi ini adalah pelanggan yang sangat dihormati. Kami terus berkomunikasi dengan Lion Air."
"Kami akan berusaha menyelesaikan ini. Tentu saja, semua kontrak ini adalah pengaturan jangka panjang. Ini bukan hal-hal yang dapat secara eksklusif dibatalkan oleh kedua pihak."
![]() |
Berdasarkan catatan Bloomberg, Lion Air saat ini memiliki pesanan di Boeing dan Airbus total mencapai 368 unit pesawat. Sementara itu, saat ini Lion Air Group beroperasi dengan 117 unit pesawat.
(ray/ray) Next Article Bos Lion Air Buka-bukaan Soal Pesanan 280 Unit Boeing 737-8
Most Popular