
24 Tahun Ditunggu, RI Akhirnya Mau Mulai Bangun Kilang
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
11 December 2018 10:44

Jakarta, CNBC Indonesia- Akhirnya ada angin segar dari pembangunan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan dengan ditandatanganinya kontrak pelaksanaan rancangan konstruksi (Engineering, Procurement and Construction - EPC) ruang lingkup pembangunan kilang baik Inside Battery Limit (IBL) maupun Outside Battery Limit (OSBL).
Penandatanganan kontrak ini akan menandai dimulainya pembangunan RDMP Balikpapan, setelah melalui proses lelang pada 15 Maret - 26 November 2018 dinyatakan selesai dan telah diumumkan pemenangnya pada 30 November 2018.
[Gambas:Video CNBC]
Pembangunan RDMP Kilang Balikpapan akan dilakukan oleh Joint Operation 4 perusahaan dalam dan luar negeri yakni SK Engineering & Construction Co Ltd, Hyundai Engineering Co Ltd, PT Rekayasa Industri, dan PT PP (Persero) Tbk, dengan kontrak pembangunan RDMP Balikpapan mencapai Rp 57,8 triliun atau US$ 4 miliar.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengakui memang ada keterlambatan dalam pembangunan kilang Balikpapan ini, namun menurutnya lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
"Memang kami akui kilang ini mengalami keterlambatan, tetapi better late than never. Kami hari ini mulai bangun, tapi kami juga percepat. Jadi akhir 2026, keenam proyek kilang ini bisa kami laksanakan. Jadwal memang sudah sangat ketat," ujar Nicke, Senin (10/12/2018).
Nicke menjelaskan, untuk membangun RDMP Kilang Balikpapan ini, pihaknya membagi jadi dua tahap (delivery), sebab perusahaan tidak ingin terlalu lama untuk menyelesaikan seluruh pembangunan kilang.
"Kami lakukan ini dari tahun lalu seperti early work dan sebagainya, paralel juga kami bangun fasilitas. Target 2023, baik delivery satu dan dua akan selesai bersamaan, karena delivery II tidak lama seperti delivery I, hanya penambahan beberapa peralatan (equipment) saja," tutur Nicke.
"Untuk EPC delivery II, itu akan dilakukan di triwulan ke dua tahun depan secara paralel dengan pengerjaannya. Kami sudah hitung betul, delivery-nya seperti apa, jadi bisa selesai sama-sama di 2023," pungkas Nicke
Ditemui di kesempatan yang sama, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Tallulembang menuturkan, pembangunan kilang Balikpapan ini akan memakan waktu 53 bulan sejak tanggal efektif.
"Kami sudah sepakat durasi pembangunan kilang ini 53 bulan sejak efective date. 53 bulan ini sampai dengan mechanical complication. Commercial on Date (COD) lalu. Tambahan 3 bulan lagi sampai Operating, jadi kira-kira selesai di Agustus 2023. Periode satu tahun berikutnya, jaminan, semua peralatan sudah beroperasi dengan baik, dan produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditargetkan," jelas Ignatius kepada media saat dijumpai di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin (10/12/2018).
Lebih lanjut, ia mengatakan, RDMP Kilang Balikpapan bagian dari proyek strategis Pertamina untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional. Nantinya kapasitas Kilang Balikpapan akan bertambah hingga 100 ribu barel per hari, atau naik 38 persen dari sebelumnya 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel per hari.
RDMP Kilang Balikpapan ini, lanjut Ignatius, akan difokuskan untuk meningkatkan produksi BBM berkualitas dan ramah lingkungan sesuai dengan standar Euro V.
"RDMP Kilang Balikpapan, akan mengurangi beban impor solar hingga 17%, karena produksi solar meningkat 23% atau 30 ribu barel per hari. Selain itu, RDMP Kilang Balikpapan juga akan menghasilkan produk baru propilen sebesar 230 ribu ton per tahun," imbuhnya.
Menanggapi hal ini, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengapresiasi proses ini. Meski ia menyayangkan pembangunan yang agak terlambat ini menjadikannya kehilangan momentum, pasalnya dulu semasa menjabat menjadi Dirut Pertamina, dirinya menargetkan enam proyek enam kilang ini rampung di 2023.
"Iya, syukurlah jalan meski agak terlambat ya. Sayang, kita kehilangan momentum harga minyak rendah, kalau dulu terlaksana, pasti investasinya lebih rendah dari sekarang. Tapi, okelah, yang penting jalan, dan ternyata ada manajemen yang berani menindaklanjuti," ujar Dwi kepada media ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (10/12/2018).
Adapun, selain penandatanganan EPC RDMP Kilang Balikpapan, PT Pertamina (Persero) dan Overseas Oil & Gas (OOG) juga akan melakukan pembangunan proyek Grass Root Refinery (GRR) atau pembangunan kilang baru di Bontang.
Komitmen ini ditandai dalam framework agreement antara kedua perusahaan untuk membangun kilang berkapasitas 300.000 barel per hari dan Petrokimia di Bontang, Kalimantan Timur.
Ignatius menuturkan, kilang Bontang akan menjadi kilang terbesar pertama yang akan beroperasi, apalagi kilang ini akan terintegrasi dengan Petrokimia.
"Durasi pembangunannya akan dibahas lebih lanjut setelah Framework Agreement ini. Studi sudah siap, termasuk keekonomiannya seperti apa. Kami juga secara paralel akan siapkan side development-nya. Kemudian, paralel juga kami akan detailkan lagi produk yang dihasilkan. Pembahasan setelah ini. Nanti akan diputuskan dalam rapat-rapat berikutnya," tambahnya.
Nantinya, setelah kerja sama dengan OOG sebagai mitra JV mayoritas di GRR Bontang, Pertamina akan mendapatkan beberapa manfaat diantaranya mengoptimalkan belanja modal untuk melaksanakan ekspansi kilang lainnya dan program-program konstruksi misalnya di Balikpapan, Cilacap, Balongan, dan Tuban. Petamina juga akan melakukan offtake bahan bakar yang diproduksi oleh GRR Bontang untuk kebutuhan dalam negeri, terutama bensin/gasoline, avtur, dan LPG.
Dengan ditandatanganinya framework agreement dengan OOG, maka perusahaan dapat maju ke langkah berikutnya yaitu melakukan Bankable Feasibility Study.
(gus) Next Article Pertamina Pastikan Proyek Kilang Balikpapan Jalan Terus
Penandatanganan kontrak ini akan menandai dimulainya pembangunan RDMP Balikpapan, setelah melalui proses lelang pada 15 Maret - 26 November 2018 dinyatakan selesai dan telah diumumkan pemenangnya pada 30 November 2018.
[Gambas:Video CNBC]
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengakui memang ada keterlambatan dalam pembangunan kilang Balikpapan ini, namun menurutnya lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
"Memang kami akui kilang ini mengalami keterlambatan, tetapi better late than never. Kami hari ini mulai bangun, tapi kami juga percepat. Jadi akhir 2026, keenam proyek kilang ini bisa kami laksanakan. Jadwal memang sudah sangat ketat," ujar Nicke, Senin (10/12/2018).
Nicke menjelaskan, untuk membangun RDMP Kilang Balikpapan ini, pihaknya membagi jadi dua tahap (delivery), sebab perusahaan tidak ingin terlalu lama untuk menyelesaikan seluruh pembangunan kilang.
"Kami lakukan ini dari tahun lalu seperti early work dan sebagainya, paralel juga kami bangun fasilitas. Target 2023, baik delivery satu dan dua akan selesai bersamaan, karena delivery II tidak lama seperti delivery I, hanya penambahan beberapa peralatan (equipment) saja," tutur Nicke.
"Untuk EPC delivery II, itu akan dilakukan di triwulan ke dua tahun depan secara paralel dengan pengerjaannya. Kami sudah hitung betul, delivery-nya seperti apa, jadi bisa selesai sama-sama di 2023," pungkas Nicke
Ditemui di kesempatan yang sama, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Tallulembang menuturkan, pembangunan kilang Balikpapan ini akan memakan waktu 53 bulan sejak tanggal efektif.
"Kami sudah sepakat durasi pembangunan kilang ini 53 bulan sejak efective date. 53 bulan ini sampai dengan mechanical complication. Commercial on Date (COD) lalu. Tambahan 3 bulan lagi sampai Operating, jadi kira-kira selesai di Agustus 2023. Periode satu tahun berikutnya, jaminan, semua peralatan sudah beroperasi dengan baik, dan produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditargetkan," jelas Ignatius kepada media saat dijumpai di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin (10/12/2018).
Lebih lanjut, ia mengatakan, RDMP Kilang Balikpapan bagian dari proyek strategis Pertamina untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional. Nantinya kapasitas Kilang Balikpapan akan bertambah hingga 100 ribu barel per hari, atau naik 38 persen dari sebelumnya 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel per hari.
![]() |
RDMP Kilang Balikpapan ini, lanjut Ignatius, akan difokuskan untuk meningkatkan produksi BBM berkualitas dan ramah lingkungan sesuai dengan standar Euro V.
"RDMP Kilang Balikpapan, akan mengurangi beban impor solar hingga 17%, karena produksi solar meningkat 23% atau 30 ribu barel per hari. Selain itu, RDMP Kilang Balikpapan juga akan menghasilkan produk baru propilen sebesar 230 ribu ton per tahun," imbuhnya.
Menanggapi hal ini, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengapresiasi proses ini. Meski ia menyayangkan pembangunan yang agak terlambat ini menjadikannya kehilangan momentum, pasalnya dulu semasa menjabat menjadi Dirut Pertamina, dirinya menargetkan enam proyek enam kilang ini rampung di 2023.
"Iya, syukurlah jalan meski agak terlambat ya. Sayang, kita kehilangan momentum harga minyak rendah, kalau dulu terlaksana, pasti investasinya lebih rendah dari sekarang. Tapi, okelah, yang penting jalan, dan ternyata ada manajemen yang berani menindaklanjuti," ujar Dwi kepada media ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (10/12/2018).
Adapun, selain penandatanganan EPC RDMP Kilang Balikpapan, PT Pertamina (Persero) dan Overseas Oil & Gas (OOG) juga akan melakukan pembangunan proyek Grass Root Refinery (GRR) atau pembangunan kilang baru di Bontang.
Komitmen ini ditandai dalam framework agreement antara kedua perusahaan untuk membangun kilang berkapasitas 300.000 barel per hari dan Petrokimia di Bontang, Kalimantan Timur.
Ignatius menuturkan, kilang Bontang akan menjadi kilang terbesar pertama yang akan beroperasi, apalagi kilang ini akan terintegrasi dengan Petrokimia.
"Durasi pembangunannya akan dibahas lebih lanjut setelah Framework Agreement ini. Studi sudah siap, termasuk keekonomiannya seperti apa. Kami juga secara paralel akan siapkan side development-nya. Kemudian, paralel juga kami akan detailkan lagi produk yang dihasilkan. Pembahasan setelah ini. Nanti akan diputuskan dalam rapat-rapat berikutnya," tambahnya.
Nantinya, setelah kerja sama dengan OOG sebagai mitra JV mayoritas di GRR Bontang, Pertamina akan mendapatkan beberapa manfaat diantaranya mengoptimalkan belanja modal untuk melaksanakan ekspansi kilang lainnya dan program-program konstruksi misalnya di Balikpapan, Cilacap, Balongan, dan Tuban. Petamina juga akan melakukan offtake bahan bakar yang diproduksi oleh GRR Bontang untuk kebutuhan dalam negeri, terutama bensin/gasoline, avtur, dan LPG.
Dengan ditandatanganinya framework agreement dengan OOG, maka perusahaan dapat maju ke langkah berikutnya yaitu melakukan Bankable Feasibility Study.
(gus) Next Article Pertamina Pastikan Proyek Kilang Balikpapan Jalan Terus
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular