Internasional

Sudah Dingin, AS Ancam Lagi China dengan Bea Impor Otomotif

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
29 November 2018 14:42
Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (AS) Robert Lighthizer mengancam akan mengenakan bea impor terhadap berbagai mobil dari China.
Foto: Seorang pekerja menempatkan bendera AS dan China di sebuah perkotaan (REUTERS/Damir Sagolj)
Washington, CNBC Indonesia - Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (AS) Robert Lighthizer, Rabu (28/11/2018), mengecam Beijing karena gagal menawarkan "reformasi penting" terkait kebijakan perdagangan agresif yang merugikan pekerja dan industri AS. Ia juga mengancam akanĀ mengenakan bea impor terhadap berbagai mobil dari China.

Ancaman perdagangan terbaru terhadap Negeri Tirai Bambu itu datang beberapa hari sebelum Presiden Donald Trump akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela pertemuan G20 di Argentina akhir pekan ini untuk meredakan konflik perdagangan yang sedang berlangsung antara dua kekuatan ekonomi utama dunia.


Sebaliknya, pernyataan Lighthizer semakin memperuncing perselisihan itu, dengan mengatakan, "Kebijakan industri China yang agresif dan diarahkan oleh negara menyebabkan kerusakan parah bagi pekerja dan pabrikan AS."

Sementara pembicaraan berlanjut, "Sampai sekarang, China belum datang dengan proposal untuk reformasi yang berarti," katanya, dilansir dari AFP.

Kebijakan tarif otomotif negara itu "sangat mengerikan," membebani mobil AS lebih dari dua kali lipat dari tarif yang dikenakan ke negara lain.

"Atas arahan presiden, saya akan memeriksa semua alat yang tersedia untuk menyamakan tarif yang diterapkan untuk mobil itu," katanya.

Trump sudah memberlakukan tarif hukuman pada sekitar setengah dari barang-barang Cina yang diimpor ke pasar AS setiap tahun, dan telah mengancam untuk menargetkan US$267 miliar (Rp 3.836 triliun) yang tersisa, yang akanĀ mengenai Apple iPhone dan laptop yang diproduksi di China.

Awal bulan ini, Xi dan Trump mendiskusikan konflik perdagangan AS-China selama percakapan di telepon yang disebut Trump "sangat baik."

Xi juga mengatakan ia "sangat senang" dapat berbicara dengan Trump lagi.

Kondisi yang sulit -

Namun, ketegangan muncul kembali dalam sebuah pertemuan tingkat tinggi ketika Xi dan Wakil Presiden AS Mike Pence menyampaikan pidato yang mengkritik praktik perdagangan dan investasi masing-masing dari mereka.

Xi mengecam proteksionisme perdagangan "America First", sementara Pence memperingatkan negara-negara yang lebih kecil untuk tidak tergoda dengan program infrastruktur Belt and Road milik China.

Trump menuju Buenos Aires pada Kamis untuk menghadiri KTT G20,

Trump akan bertemu Xi dalam sebuah jamuan makan malam di KTT yang berlangsung pada Jumat dan Sabtu.

Penasihat ekonomi sang presiden, Larry Kudlow, mengatakan pada konferensi pers Gedung Putih bahwa "presiden mengatakan ada kemungkinan yang baik bahwa kita dapat membuat kesepakatan, dan dia terbuka untuk itu."

Meskipun desakan berulang Kudlow bahwa Trump melihat alasan untuk optimistis, ia juga menggarisbawahi kondisi sulit yang pemerintah ingin bebankan pada Beijing.


"China harus mengubah praktiknya dan masuk ke komunitas negara-negara perdagangan yang bertanggung jawab," kata Kudlow, menekankan bahwa ia menganggap ekonomi AS dalam kondisi yang jauh lebih baik daripada China untuk menghadapi perang dagang yang berkepanjangan.

"Kami berada dalam posisi untuk menghadapinya dan menanganinya dengan sangat baik," katanya.

China harus memberi jalan pada "keadilan dan timbal balik," katanya, memperingatkan bahwa kekhawatiran AS atas pencurian kekayaan intelektual dan paksaan transfer teknologi China "harus diselesaikan."


(prm) Next Article China & AS Berkontak Lagi Bahas Perang Dagang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular