ESDM Sebut Cost Recovery Pertamina Naik Tapi Produksi Jeblok

Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
19 November 2018 14:43
ESDM geram produksi Pertamina merosot tapi ongkos recovery naik.
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia- Di sektor hilir merugi akibat distribusi bahan bakar minyak (BBM), di sektor hulu kinerja PT Pertamina (Persero) juga tak begitu sedap.

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) yang diterima CNBC Indonesia, performa produksi gas Pertamina bisa dibilang melempem. Untuk produksi blok Mahakam misalnya, yang sebelumnya bisa mencapai di atas 1.000 mmscfd, setelah dikelola Pertamina sejak awal tahun ini terus merosot.



Per 17 November 2018, produksi gas di blok Mahakam oleh Pertamina Hulu Mahakam (PHM) hanya 851 mmscfd atau 76,7% dari target.

Begitu juga dengan produksi gas oleh anak usaha Pertamina lainnya seperti Pertamina EP, Pertamina Hulu Sanga-Sanga, WMO, dan ONWJ. Untuk PHE ONWJ juga sangat lesu produksinya, yakni hanya mencapai 63% target atau hanya 85,2 mmscfd.

Untuk performa PHE ONWJ ini juga menjadi catatan tersendiri di produksi minyaknya. Dari target produksi 33 ribu barel per hari, rata-rata produksi hingga saat ini hanya 29.521 barel per hari atau 89,46%.

Penurunan juga terlihat untuk produksi Pertamina EP, yang rata-ratanya hanya mencapai 78 ribu barel per hari, masih 91,57% dari target 85 ribu barel per hari.

Tetapi di tengah produksi yang turun, ongkos biaya produksi atau cost recovery Pertamina justru membengkak. Dari data SKK Migas, Pertamina masuk sebagai 15 kontraktor dengan biaya ongkos produksi terbesar.

Rata-rata cost recoverable yang dihitung oleh SKK untuk produksi migas di 15 kontraktor adalah US$ 19 per barel setara minyak. Namun untuk Pertamina, hampir semuanya di atas rata-rata.

Cost recoverable Pertamina Hulu Mahakam diketahui US$ 23,1 per barel setara minyak, PT Pertamina EP US$ 23,3, dan PT PHE WMO lebih tinggi lagi yakni US$ 40,6 per barel setara minyak.

Hal ini membuat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan geram. "Pertamina harusnya menjadi cost leadership di hulu migas Indonesia," ujar Jonan dalam pesan tertulisnya, Senin (19/11/2018).

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, pun menanggapi serupa. "Yang jauh di bawah target harusnya para pengurusnya fokus, cari solusinya atau mundur saja kalau tidak bisa mencapai target yang telah disepakati," kata Djoko. Apalagi, lanjut Djoko, ongkosnya naik terus tapi produksinya jauh di bawah target.
(wed) Next Article Subsidi Capai Rp 64 T, Ini 3 Jurus Jonan Tekan Konsumsi LPG

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular