Utang Rp 59 T demi Freeport, Inalum: Ini Obligasi Terbesar RI
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
16 November 2018 14:55

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Inalum (Persero) baru saja menerbitkan obligasi global sebesar US$ 4 miliar yang akan digunakan untuk membayar akuisisi saham PT Freeport Indonesia menjadi 51% milik negara. Obligasi ini diterbitkan di Bursa Singapura.
Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, obligasi global yang diterbitkan ini adalah obligasi dengan jumlah terbesar di Indonesia, dan di urutan ke-6 di dunia untuk sektor pertambangan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
"Ini kan jumlah terbesar, yang pernah diajukan oleh Indonesia. Di dunia, nomor enam untuk tambang dalam 10 tahun terakhir," ujar Budi kepada media saat dijumpai dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Jumat (16/11/2018).
Sehingga, dengan jumlahnya yang besar itu, ia mengakui, untuk mendapatkan obligasi ini memang sangat sulit. Namun, untungnya, investor percaya dengan obligasi yang diterbitkan oleh Inalum ini, bahkan, lanjut Budi, sampai oversubscribe.
"Yang investasi saja percaya, kalau tidak ya mereka tidak bakal kasih sampai lima kali oversubscribe. Mereka sudah hitung itu," tambahnya.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan, dalam menerbitkan obligasi tersebut, perusahaan mencari ukuran dan cash besar, dan dua hal tersebut adalah hal yang sulit, apalagi Indonesia tidak pernah menerbitkan sebesar itu.
"Yang kedua average cost-nya di bawah 6%. Cicilan bunganya sesuai, terjangkau perusahaan. Kami cari ukuran dan cost di bawah 6%. Kalau misalnya tenor kami ambil tiga tahun semua tidak cukup kapasitasnya," terang Budi.
Dengan begitu, Budi menegaskan, pihaknya sudah siap untuk membayar akuisisi saham PT Freeport Indonesia. Sehingga, begitu izin dari Kementerian ESDM sudah keluar, uang akusisi pun sudah ada, dan tinggal dibayarkan saja.
Sebelumnya, berdasarkan data yang diperoleh CNBC Indonesia, Kamis (8/11/2018) obligasi tersebut memiliki empat tenor, yakni tiga tahun dengan nilai emisi US$ 1 miliar dengan kupon 5,5%, tenor lima tahun senilai US$ 1,25 miliar dengan kupon 6%, tenor 10 tahun senilai US$ 1 miliar dengan kupon 6,875%, dan tenor 30 tahun senilai US$ 750 juta dengan tingkat kupon 7,375%.
Pada saat penawaran obligasi global mengalami oversubscribe (kelebihan permintaan). Untuk obligasi dengan tenor tiga tahun, kelebihan permintaannya mencapai US$ 4,1 miliar, untuk tenor lima tahun oversubscribe mencapai US$ 5,5 miliar, untuk tenor 10 tahun, mengalami oversubcribe mencapai US$ 7,1 miliar, dan untuk tenor 30 tahun kelebihan permintaan mencapai US$ 3,7 miliar.
Adapun, untuk bank Joint Global Coordinators (JGC) dalam obligasi ini adalah BNP Paribas, Citi, dan MUFG, sedangkan perbankan yang bertindak sebagai Joint Book Runner (JBR) adalah BNP Paribas, CIMB, Citi, Maybank, MUFG, SMBC Nikko, dan Standard Chartered.
Selain itu, obligasi ini sudah mendapatkan rating Baa2 dari lembaga pemeringkat Moody's dan BBB- dari lembaga Fitch Ratings.
(gus) Next Article Smelter Freeport Tertunda Corona, Ini Kata Bos Inalum
Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, obligasi global yang diterbitkan ini adalah obligasi dengan jumlah terbesar di Indonesia, dan di urutan ke-6 di dunia untuk sektor pertambangan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Sehingga, dengan jumlahnya yang besar itu, ia mengakui, untuk mendapatkan obligasi ini memang sangat sulit. Namun, untungnya, investor percaya dengan obligasi yang diterbitkan oleh Inalum ini, bahkan, lanjut Budi, sampai oversubscribe.
"Yang investasi saja percaya, kalau tidak ya mereka tidak bakal kasih sampai lima kali oversubscribe. Mereka sudah hitung itu," tambahnya.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan, dalam menerbitkan obligasi tersebut, perusahaan mencari ukuran dan cash besar, dan dua hal tersebut adalah hal yang sulit, apalagi Indonesia tidak pernah menerbitkan sebesar itu.
"Yang kedua average cost-nya di bawah 6%. Cicilan bunganya sesuai, terjangkau perusahaan. Kami cari ukuran dan cost di bawah 6%. Kalau misalnya tenor kami ambil tiga tahun semua tidak cukup kapasitasnya," terang Budi.
Dengan begitu, Budi menegaskan, pihaknya sudah siap untuk membayar akuisisi saham PT Freeport Indonesia. Sehingga, begitu izin dari Kementerian ESDM sudah keluar, uang akusisi pun sudah ada, dan tinggal dibayarkan saja.
Sebelumnya, berdasarkan data yang diperoleh CNBC Indonesia, Kamis (8/11/2018) obligasi tersebut memiliki empat tenor, yakni tiga tahun dengan nilai emisi US$ 1 miliar dengan kupon 5,5%, tenor lima tahun senilai US$ 1,25 miliar dengan kupon 6%, tenor 10 tahun senilai US$ 1 miliar dengan kupon 6,875%, dan tenor 30 tahun senilai US$ 750 juta dengan tingkat kupon 7,375%.
Pada saat penawaran obligasi global mengalami oversubscribe (kelebihan permintaan). Untuk obligasi dengan tenor tiga tahun, kelebihan permintaannya mencapai US$ 4,1 miliar, untuk tenor lima tahun oversubscribe mencapai US$ 5,5 miliar, untuk tenor 10 tahun, mengalami oversubcribe mencapai US$ 7,1 miliar, dan untuk tenor 30 tahun kelebihan permintaan mencapai US$ 3,7 miliar.
Adapun, untuk bank Joint Global Coordinators (JGC) dalam obligasi ini adalah BNP Paribas, Citi, dan MUFG, sedangkan perbankan yang bertindak sebagai Joint Book Runner (JBR) adalah BNP Paribas, CIMB, Citi, Maybank, MUFG, SMBC Nikko, dan Standard Chartered.
Selain itu, obligasi ini sudah mendapatkan rating Baa2 dari lembaga pemeringkat Moody's dan BBB- dari lembaga Fitch Ratings.
(gus) Next Article Smelter Freeport Tertunda Corona, Ini Kata Bos Inalum
Most Popular