Industri Oleokimia RI Menggeliat, Nilai Ekspor Tumbuh 19%

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
15 November 2018 09:57
Oleokimia merupakan produk hilir kepala sawit.
Foto: Ilustrasi Kebun Kelapa Sawit CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - lndustri oleokimia (oleochemical) Indonesia dalam 3 tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Selama 3 tahun terakhir, volume ekspor rata-rata tumbuh 10,68% per tahun dan nilai ekspor tumbuh hingga 19,68% per tahun.

Adapun sepanjang Semester I-2018, industri oleokimia telah mencatatkan ekspor sebanyak 2,39 juta ton dengan nilai ekspor mencapai US$ 2,08 miliar.

Seperti diketahui, oleokimia merupakan salah satu produk hilir kelapa sawit, yaitu minyak inti sawit (crude palm kernel oil/CPKO) yang melalui 4 tahap pengolahan industri hingga menghasilkan antara lain produk biosurfaktan (bahan baku detergen, sabun, dan shampoo), biolubrikan/pelumas dan biomaterial seperti bioplastik.


Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN) Rapolo Hutabarat memperkirakan, hingga akhir tahun ini ekspor produk oleokimia RI akan mencapai 4,79 juta ton, naik dari 3,6 juta ton sepanjang 2017 lalu. Adapun nilai ekspor tahun ini diprediksi dapat menembus US$ 4,17 miliar, naik dari US$ 3,3 miliar tahun lalu.

Di tahun depan, Rapolo optimistis industri oleokimia akan tumbuh semakin pesat karena permintaan global yang terus tumbuh positif. Dia memproyeksi volume ekspor di 2019 akan tumbuh 12%, sementara nilai ekspor akan naik hingga 20% dibandingkan tahun ini.

"Kita optimistis karena memang sebagian besar produk kita untuk tujuan ekspor, sekitar 85-90% dari produksi. Saat ini tidak ada lagi kebutuhan manusia yang terlepas dari produk oleochemical, baik di industri pengeboran minyak, baja, ban, farmasi, kosmetik hingga kebutuhan rumah tangga seperti sabun dan lainnya," kata Rapolo di kantornya, Rabu (14/11/2018).


Demi menjaga pertumbuhan positif ini, Rapolo meminta dukungan dari stakeholder lainnya, khususnya pemerintah sebagai regulator agar momentum tetap terjaga.

Dukungan tersebut bisa berupa pembukaan pasar-pasar ekspor baru maupun terkait iklim investasi di dalam negeri.

"Pasar tradisional kita dari yang terbesar itu Uni Eropa dan China, masing-masing kontribusinya 25-30%, diikuti India, Korea Selatan, dan Jepang. Lalu tentunya pasar ASEAN, Amerika Serikat, dan Australia. Selain mempertahankan pasar existing, Kementerian Perdagangan juga melakukan terobosan pasar baru ke Amerika Latin, Timur Tengah, Asia Selatan dan Afrika. Ini yang kita harapkan," jelasnya.


Dia pun menyebutkan negara-negara Afrika sebagai pasar potensial dengan pertumbuhan ekspor yang cukup menggembirakan. "Afrika tumbuh agak menggembirakan karena banyak demand soap noodle," imbuhnya.

Saat ini, kapasitas terpasang industri oleokimia RI mencapai 5,4 juta ton per tahun, dengan kapasitas yang telah terpakai sekitar 70-75%. Jumlah ini berasal dari 9 perusahaan anggota APOLIN dan 10 perusahaan yang belum bergabung dalam asosiasi.
(ray/ray) Next Article Berlumur Minyak CPO, Potret Pekerja Penguras Kapal di Priok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular