
Saham CPO Kebakaran, 2018 Jadi Tahun Kelabu
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
14 November 2018 14:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Januari 2019 di Bursa Derivatif Malaysia anjlok 1,44% ke MYR 1.978/ton pada perdagangan hari ini Rabu (14/11/2018), hingga pukul 11.30 WIB, atau akhir perdagangan sesi 1.
Dengan pergerakan itu, harga komoditas unggulan agrikultur Malaysia dan Indonesia ini sudah melemah sepanjang 7 hari beruntun, sekaligus jatuh ke bawah level psikologis MYR 2.000/ton untuk pertama kalinya sejak awal September 2015.
Pelemahan harga CPO hari ini masih didorong oleh peningkatan stok minyak kelapa sawit di Malaysia, sekaligus jatuhnya harga minyak mentah dunia.
BACA: Pertama Kali Sejak 2015, Harga CPO ke Bawah MYR 2.000/ton
Mengutip IDX Fact Book 2017, setidaknya ada 4 emiten produsen CPO yang memiliki kapitalisasi pasar yang cukup besar, yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT), PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP), dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS).
Mengekor kejatuhan harga CPO hari ini, kelima saham yang disebut di atas pun "kebakaran". Hingga pukul 14.30 WIB, harga saham AALI turun 2,13%, BWPT terkoreksi 1,25%, LSIP amblas 5,36%, SIMP minus 0,43%, dan SSMS jatuh 1,67%.
Lantas, bagaimana performanya di tahun ini? Berdasarkan penelururan tim riset CNBC Indonesia, hingga penutupan perdagangan kemarin, empat serangkai ini kompak berguguran sejak awal tahun 2018.
Di sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YTD), penurunan terdalam dibukukan oleh saham LSIP (-21,13%), disusul oleh saham SSMS (-20,33%). Adapun, harga saham BWPT dan AALI masing-masing melemah 12,57% dan 19,58%.
Secara sektoral saham-saham dari sektor ini saham sektor agribisnis tercatat turun 10,67%.
Selain kejatuhan di perdagangan kemarin, harga CPO memang sudah anjlok cukup signifikan sejak awal tahun. Tercatat, harga komoditas ini sudah jatuh sebesar 19,82% secara YTD.
Sejak awal tahun, harga CPO memang sudah diserang oleh sejumlah sentimen negatif, dari mulai kampanye anti minyak kelapa sawit dari Uni Eropa, kenaikan bea impor India (yang merupakan importir utama CPO), permintan yang lesu saat Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, hingga kejatuhan harga minyak kedelai akibat perang dagang Amerika Serikat (AS)-China.
Nampaknya tahun 2018 memang bukan tahun yang bersahabat bagi saham sektor minyak kelapa sawit.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/hps) Next Article Saham Kelapa Sawit Kebakaran!
Dengan pergerakan itu, harga komoditas unggulan agrikultur Malaysia dan Indonesia ini sudah melemah sepanjang 7 hari beruntun, sekaligus jatuh ke bawah level psikologis MYR 2.000/ton untuk pertama kalinya sejak awal September 2015.
Pelemahan harga CPO hari ini masih didorong oleh peningkatan stok minyak kelapa sawit di Malaysia, sekaligus jatuhnya harga minyak mentah dunia.
Mengutip IDX Fact Book 2017, setidaknya ada 4 emiten produsen CPO yang memiliki kapitalisasi pasar yang cukup besar, yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT), PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP), dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS).
Mengekor kejatuhan harga CPO hari ini, kelima saham yang disebut di atas pun "kebakaran". Hingga pukul 14.30 WIB, harga saham AALI turun 2,13%, BWPT terkoreksi 1,25%, LSIP amblas 5,36%, SIMP minus 0,43%, dan SSMS jatuh 1,67%.
Lantas, bagaimana performanya di tahun ini? Berdasarkan penelururan tim riset CNBC Indonesia, hingga penutupan perdagangan kemarin, empat serangkai ini kompak berguguran sejak awal tahun 2018.
Di sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YTD), penurunan terdalam dibukukan oleh saham LSIP (-21,13%), disusul oleh saham SSMS (-20,33%). Adapun, harga saham BWPT dan AALI masing-masing melemah 12,57% dan 19,58%.
Secara sektoral saham-saham dari sektor ini saham sektor agribisnis tercatat turun 10,67%.
Selain kejatuhan di perdagangan kemarin, harga CPO memang sudah anjlok cukup signifikan sejak awal tahun. Tercatat, harga komoditas ini sudah jatuh sebesar 19,82% secara YTD.
Sejak awal tahun, harga CPO memang sudah diserang oleh sejumlah sentimen negatif, dari mulai kampanye anti minyak kelapa sawit dari Uni Eropa, kenaikan bea impor India (yang merupakan importir utama CPO), permintan yang lesu saat Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, hingga kejatuhan harga minyak kedelai akibat perang dagang Amerika Serikat (AS)-China.
Nampaknya tahun 2018 memang bukan tahun yang bersahabat bagi saham sektor minyak kelapa sawit.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/hps) Next Article Saham Kelapa Sawit Kebakaran!
Most Popular