
Kementan: Impor Jagung 100.000 Ton Agar Tak Ganggu Harga
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
03 November 2018 18:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui rapat koordinasi terbatas (rakortas) di kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian memutuskan untuk mengimpor jagung sebanyak maksimal 100 ribu ton.
Impor ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pakan bagi peternakan ayam mandiri/skala kecil, khususnya ayam petelur, yang saat ini mengalami kondisi kritis karena kekurangan suplai jagung yang menyebabkan harga melonjak naik.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengatakan penugasan impor ini akan dilaksanakan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) dengan periode importasi dibatasi hingga akhir Desember.
Dia pun memastikan volume impor yang diberikan sesuai dengan kebutuhan para peternak mandiri.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Gatot Irianto mengatakan izin impor hanya diberikan maksimum 100 ribu ton untuk menjaga keseimbangan harga serap jagung dari petani lokal.
"Maksimal 100 ribu ton ini sifatnya jaga-jaga. Itu pun nanti dilihat efeknya terhadap harga jagung petani. Kita harus jaga keseimbangan yang sehat, jangan sampai petaninya terpuruk dan harganya anjlok. Kita ingin lindungi petani dan peternak secara proporsional," kata Gatot di kantor Kementerian Pertanian, Sabtu (3/11/2018).
Lebih lanjut, Gatot mengatakan impor dan swasembada adalah dua hal yang berbeda. Dia menyebutkan, produksi jagung tidak merata sepanjang tahun, sementata kebutuhannya merata sepanjang tahun.
"Jawa yang kebutuhannya tinggi suplainya tidak begitu banyak, sementara di luar Jawa pabrik pakan ternak sedikit sehingga suplai lebih banyak. Di Jawa sendiri produksinya up and down, tapi kebutuhannya stabil sepanjang tahun," jelas Gatot.
Gatot pun menyarankan agar peternak mandiri juga mulai menyimpan stok jagung setidaknya untuk satu bulan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) I Ketut Diarmita menjelaskan, konsumsi jagung untuk pakan peternak mandiri sekitar 210 ribu ton per bulan atau 2,52 juta ton per tahun.
Adapun konsumsi jagung untuk pabrik pakan ternak mencapai 650 ribu ton per bulan atau 7,76 juta ton per tahun.
"Prediksi kami, Januari sudah panen raya sehingga diputuskan maksimal impor 100 ribu ton supaya tidak mengganggu harga jagung petani kita," kata Ketut.
"Nanti kami akan duduk bersama Bulog untuk menentukan alur distribusinya agar efektif dan Bulog tidak rugi. Saya sudah perintahkan peternak mandiri tanda tangan kontrak dan menyerap habis jagung impor itu," pungkasnya.
(dru) Next Article Paradoks Impor Jagung 100.000 Ton & Klaim Surplus Kementan
Impor ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pakan bagi peternakan ayam mandiri/skala kecil, khususnya ayam petelur, yang saat ini mengalami kondisi kritis karena kekurangan suplai jagung yang menyebabkan harga melonjak naik.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengatakan penugasan impor ini akan dilaksanakan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) dengan periode importasi dibatasi hingga akhir Desember.
![]() |
Dia pun memastikan volume impor yang diberikan sesuai dengan kebutuhan para peternak mandiri.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Gatot Irianto mengatakan izin impor hanya diberikan maksimum 100 ribu ton untuk menjaga keseimbangan harga serap jagung dari petani lokal.
"Maksimal 100 ribu ton ini sifatnya jaga-jaga. Itu pun nanti dilihat efeknya terhadap harga jagung petani. Kita harus jaga keseimbangan yang sehat, jangan sampai petaninya terpuruk dan harganya anjlok. Kita ingin lindungi petani dan peternak secara proporsional," kata Gatot di kantor Kementerian Pertanian, Sabtu (3/11/2018).
Lebih lanjut, Gatot mengatakan impor dan swasembada adalah dua hal yang berbeda. Dia menyebutkan, produksi jagung tidak merata sepanjang tahun, sementata kebutuhannya merata sepanjang tahun.
"Jawa yang kebutuhannya tinggi suplainya tidak begitu banyak, sementara di luar Jawa pabrik pakan ternak sedikit sehingga suplai lebih banyak. Di Jawa sendiri produksinya up and down, tapi kebutuhannya stabil sepanjang tahun," jelas Gatot.
Gatot pun menyarankan agar peternak mandiri juga mulai menyimpan stok jagung setidaknya untuk satu bulan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) I Ketut Diarmita menjelaskan, konsumsi jagung untuk pakan peternak mandiri sekitar 210 ribu ton per bulan atau 2,52 juta ton per tahun.
Adapun konsumsi jagung untuk pabrik pakan ternak mencapai 650 ribu ton per bulan atau 7,76 juta ton per tahun.
"Prediksi kami, Januari sudah panen raya sehingga diputuskan maksimal impor 100 ribu ton supaya tidak mengganggu harga jagung petani kita," kata Ketut.
"Nanti kami akan duduk bersama Bulog untuk menentukan alur distribusinya agar efektif dan Bulog tidak rugi. Saya sudah perintahkan peternak mandiri tanda tangan kontrak dan menyerap habis jagung impor itu," pungkasnya.
(dru) Next Article Paradoks Impor Jagung 100.000 Ton & Klaim Surplus Kementan
Most Popular