
Paradoks Impor Jagung 100.000 Ton & Klaim Surplus Kementan
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
03 November 2018 12:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui rapat koordinasi terbatas (rakortas) di kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian memutuskan untuk mengimpor jagung hingga 100 ribu ton.
Impor ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pakan bagi peternakan ayam skala kecil, khususnya ayam petelur, yang saat ini mengalami kondisi kritis karena kekurangan suplai jagung.
Penugasan impor ini akan dilaksanakan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog).
Menko Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan rekomendasi impor jagung hingga 100 ribu ton diusulkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan).
Lebih lanjut, Darmin mengaku Kementan bahkan meminta impor tersebut dapat direalisasikan secepatnya karena kebutuhan industri peternakan ayam, khususnya ayam petelur sangat mendesak.
"Jagung itu harganya kan naik padahal itu diperlukan. Menteri Pertanian mengusulkan ada impor, dan perlu cepat malah untuk perusahaan peternakan kecil menengah, petelur terutama," kata Darmin di kantornya, Jumat (2/11/2018) malam.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita meminta impor jagung dilakukan dalam tempo secepatnya.
Dia beralasan, harga jagung saat ini mahal, sehingga impor diputuskan supaya harga kembali terjangkau, setidaknya kembali ke level Rp 4.000/kg, sesuai dengan harga acuan penjualan di konsumen dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 58/2018.
"Jagung kan mahal nih, biar terjangkau misalnya kembali ke Rp 4.000/kg sesuai HPP maka diintervensi," kata Ketut di tempat yang sama.
Sebaliknya, Anggota Dewan Penasihat Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), FX Sudirman mengatakan jumlah impor itu masih sangat kurang jika bertujuan untuk menurunkan harga menjadi Rp 4.000/kg.
"Harga jagung sekarang Rp 5.300/kg. Target pemerintah 50-100 ribu ton dan berharap turun ke harga Rp 4.000/kg itu nggak masuk akal. Sampai akhir tahun nggak akan turun harga jagung," kata Sudirman via telepon.
Sesungguhnya kondisi kelangkaan suplai jagung yang terjadi saat ini menjadi sebuah ironi saat Kementan mengklaim bahwa produksi jagung mengalami surplus.
Produksi jagung nasional pada tahun ini berdasarkan Angka Ramalan I (ARAM I) Kementerian Pertanian mencapai 30,05 juta ton dengan luas panen 5,73 juta hektar.
Dengan konsumsi sekitar 15,56 juta, Kementan mengklaim surplus jagung tahun ini mencapai 14,49 juta ton.
"Keputusan rakortas ini walaupun [volume impornya] sedikit membuktikan kalau klaim pemerintah bahwa surplus jagung itu tidak benar," tegas Sudirman.
Dia menuturkan kebutuhan jagung untuk industri dan peternakan mencapai 850 ribu ton per bulan, dan khusus peternak mandiri mencapai 200 ribu ton per bulan.
Sementara itu, yang bisa dipasok oleh petani jagung lokal hanya sebesar 5 juta ton per tahun.
Dia menambahkan, sebetulnya Indonesia sudah mengimpor jagung sebanyak 600 ribu ton hingga Agustus lalu. Kendati demikian, harga jagung di pasar nasional masih tetap tinggi.
(dru) Next Article Jelang Lebaran, Impor Jagung Naik 500%
Impor ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pakan bagi peternakan ayam skala kecil, khususnya ayam petelur, yang saat ini mengalami kondisi kritis karena kekurangan suplai jagung.
Penugasan impor ini akan dilaksanakan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog).
Menko Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan rekomendasi impor jagung hingga 100 ribu ton diusulkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan).
Lebih lanjut, Darmin mengaku Kementan bahkan meminta impor tersebut dapat direalisasikan secepatnya karena kebutuhan industri peternakan ayam, khususnya ayam petelur sangat mendesak.
"Jagung itu harganya kan naik padahal itu diperlukan. Menteri Pertanian mengusulkan ada impor, dan perlu cepat malah untuk perusahaan peternakan kecil menengah, petelur terutama," kata Darmin di kantornya, Jumat (2/11/2018) malam.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita meminta impor jagung dilakukan dalam tempo secepatnya.
Dia beralasan, harga jagung saat ini mahal, sehingga impor diputuskan supaya harga kembali terjangkau, setidaknya kembali ke level Rp 4.000/kg, sesuai dengan harga acuan penjualan di konsumen dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 58/2018.
"Jagung kan mahal nih, biar terjangkau misalnya kembali ke Rp 4.000/kg sesuai HPP maka diintervensi," kata Ketut di tempat yang sama.
Sebaliknya, Anggota Dewan Penasihat Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), FX Sudirman mengatakan jumlah impor itu masih sangat kurang jika bertujuan untuk menurunkan harga menjadi Rp 4.000/kg.
"Harga jagung sekarang Rp 5.300/kg. Target pemerintah 50-100 ribu ton dan berharap turun ke harga Rp 4.000/kg itu nggak masuk akal. Sampai akhir tahun nggak akan turun harga jagung," kata Sudirman via telepon.
Sesungguhnya kondisi kelangkaan suplai jagung yang terjadi saat ini menjadi sebuah ironi saat Kementan mengklaim bahwa produksi jagung mengalami surplus.
Produksi jagung nasional pada tahun ini berdasarkan Angka Ramalan I (ARAM I) Kementerian Pertanian mencapai 30,05 juta ton dengan luas panen 5,73 juta hektar.
Dengan konsumsi sekitar 15,56 juta, Kementan mengklaim surplus jagung tahun ini mencapai 14,49 juta ton.
"Keputusan rakortas ini walaupun [volume impornya] sedikit membuktikan kalau klaim pemerintah bahwa surplus jagung itu tidak benar," tegas Sudirman.
Dia menuturkan kebutuhan jagung untuk industri dan peternakan mencapai 850 ribu ton per bulan, dan khusus peternak mandiri mencapai 200 ribu ton per bulan.
Sementara itu, yang bisa dipasok oleh petani jagung lokal hanya sebesar 5 juta ton per tahun.
Dia menambahkan, sebetulnya Indonesia sudah mengimpor jagung sebanyak 600 ribu ton hingga Agustus lalu. Kendati demikian, harga jagung di pasar nasional masih tetap tinggi.
(dru) Next Article Jelang Lebaran, Impor Jagung Naik 500%
Most Popular