Menhub di Tengah Lion Air JT-610, Boeing, dan LCC

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
02 November 2018 08:44
Pesawat Lion Air rute Jakarta-Pangkalpinang jatuh di Laut Jawa pada 29 Oktober 2018.
Foto: Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melihat puing-puing yang dipulihkan dari jatuhnya pesawat Lion Air JT610 di pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta, Indonesia, 30 Oktober 2018. REUTERS / Edgar Su
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dibuat sibuk akibat terjadinya kecelakaan Lion Air JT-610 awal pekan ini. Dalam waktu yang relatif singkat, dia dituntut mengambil sejumlah keputusan.

Ibarat permainan catur, Budi Karya Sumadi mengambil 'langkah kuda', tidak lurus, melainkan melompat secara zig-zag. Di satu sisi dia menegaskan keprihatinan mendalam, dengan menjaga perasaan para keluarga korban melalui fokus pekerjaan mencari bangkai pesawat beserta seluruh muatannya.

Di sisi lain, dia juga perlu mendalami penyebab terjadinya kecelakaan, serta mengakomodir desakan untuk memperbaiki layanan penerbangan. Evaluasi pun dilakukan agar kejadian serupa tak terulang.

Foto: Presiden Indonesia Joko Widodo memeriksa puing-puing yang dipulihkan dari penerbangan Lion Air JT610 di pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta, Indonesia, 30 Oktober 2018. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Budi menyebut, ada dua kemungkinan penyebab kecelakaan. Meski demikian, secara pasti belum diketahui pemicu terjadinya kejadian nahas yang menimpa maskapai berlogo singa itu. "Penyebab kecelakaan belum mengerucut, tapi kemungkinan mengarah ke human error atau kesalahan teknis," kata Budi Karya Sumadi di Jakarta, Kamis (1/11/2018).

Untuk mengorek lebih lanjut agar menemukan kepastian penyebab kecelakaan, Menhub mengaku perlu waktu. Sejalan dengan itu, dia mengapresiasi kerja para anggota Basarnas dan TNI yang sampai saat ini masih melakukan pencarian korban.

Ditemukannya black box menjadi modal berharga untuk menjawab banyak tanda tanda besar. Hanya saja, belum semua elemen black box ditemukan. Asal tahu saja, terdapat dua elemen yang disebut sebagai black box, yakni Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR). Adapun black box Lion Air JT-610 yang telah ditemukan yakni FDR.

"Yang satu merekam pembicaraan pilot, yang satu merekam perjalanan pesawat. Satu sudah ditemukan, satunya diharapkan segera," kata Menhub. Selanjutnya, informasi yang ada di black box dapat didalami KNKT. Dalam hal ini, Kemenhub masih menunggu laporan terbaru terkait hasil pendalaman yang dilakukan.

Seiring dengan itu, Menhub mengatakan akan bertemu dengan perwakilan perusahaan teknologi penerbangan Boeing dalam satu hingga dua hari ke depan. 

"Dengan Boeing, kita minta selain nanti kita sampaikan detail apa saja yang mesti dia klarifikasi, kita juga minta penjelasan Boeing tentang proposal pesawat ini. Mungkin saja ada suatu ketidakcocokan antara pesawat ini dengan kompetensi dari para pilot," ujarnya.

"Saya pikir apa yang kita lakukan saat Boeing datang ini adalah penting. Kita ingin tahu apa yang dia rencanakan atas pesawat ini. Bagaimana mengoperasikan, bagaimana melakukan suatu investigasi, dan bagaimana menyiapkan tenaga pilot untuk pas dengan apa yang dimiliki pesawat," tambahnya.

Tarif Penerbangan

Menhub juga mengatakan akan meninjau ulang penetapan tarif batas bawah angkutan udara. Seperti diketahui, Lion Air adalah maskapai low cost carrier (LCC) yang dikenal di Indonesia dengan sebutan no frill. Artinya, Lion dapat menetapkan tarif hingga batas bawah karena pelayanan yang lebih rendah dari maskapai full service seperti Garuda Indonesia.

Pelayanan full service yang memberikan pelayanan dengan standar maksimum dapat menerapkan tarif 100 persen dari tarif maksimum. Kemudian, medium service yang memberikan pelayanan dengan standar menengah dapat menerapkan tarif setinggi-tingginya 90 persen dari tarif maksimum. Selanjutnya, no frills yaitu yang memberikan pelayanan dengan standar minimum dapat menerapkan tarif setinggi-tingginya 85 persen dari tarif maksimum.

Sedangkan, untuk penerapan tarif batas bawah penumpang pelayanan kelas ekonomi serendah-rendahnya 30% dari tarif batas atas sesuai kelompok pelayanan yang diberikan. Regulasi ini juga mengatur kewajiban Badan Usaha Angkutan Udara yaitu menetapkan besaran tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi yang tidak boleh melebihi tarif jarak tertinggi yang ditetapkan oleh Kemenhub dan sesuai kelompok pelayanan yang diberikan.

Sejumlah ketentuan tersebut bisa berubah jika Budi Karya serius meninjau ulang. Namun, dia mengaku terdapat sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan.
"Dengan adanya dolar naik dan harga minyak naik memang sangat sensitif untuk menaikkan tarif batas bawah," urainya.

Karena itu, dia menegaskan perlu kehati-hatian dalam mengambil kebijakan. Dia juga masih akan menghitung dampak ekonomi, termasuk terhadap konsumen jasa angkutan udara. "Kalau kita evaluasi, dampaknya kepada semua konsumen. Maka kita harus hati-hati sekali," tandasnya.

Langkah Menhub selanjutnya adalah membebastugaskan sejumlah personil Lion Air, termasuk satu orang direksi. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara membekukan lisensi personil pesawat udara dimaksud untuk jangka waktu 120 hari kalender. Budi Karya juga meminta agar Direktur Utama PT Lion Mentari Airlines segera menunjuk Pejabat Pengganti Director of Maintenance and Engineering dan Quality Control Manager.

Meningkatkan Ramp Check

Tidak hanya itu, Kemenhub juga meningkatkan intensitas ramp check di seluruh otoritas bandara di Indonesia. "Kami melakukan intensifikasi pemeriksaan terhadap pesawat udara, akan melakukan ramp check secara mendalam. Kami lihat aspek kelaikan dan kelengkapan peralatan," bebernya.

Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kemenhub Avirianto menyebut bahwa ramp check menyasar semua maskapai. Meski begitu, Lion Air memiliki porsi terbesar sebagai sasaran ramp check.

"40 % buat pesawat Lion Air, sisanya maskapai lain. Ini sudah dilakukan sejak tadi malam," urainya, Kamis (1/11/2018)

Dia menambahkan, teknis ramp check digelar secara periodik di seluruh bandara. Pemilihan pesawat yang akan diperiksa dilakukan melalui sistem random.

"Bisa dua hari sekali, karena kalau kita ramp check di Surabaya misalnya, bisa kena lagi di Jakarta, kena lagi di Medan. Kalau sudah cek ya paling cuma kita lihat, jadi random saja," tambahnya.

Dia juga memastikan bahwa 10 otoritas bandara di bawah naungan Kemenhub telah siap melaksanakan intensifikasi ramp check. Dikatakan, jumlah inspektur yang saat ini dimiliki Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara sebanyak 200 personel.

"Kalau di otoritas ada lebih dari 150-an orang. Ini sudah cukup. Biasanya 1 inspektur bisa menangani empat pesawat," pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]
(ray) Next Article Pernyataan Lengkap Menhub Soal Pencopotan Direktur Lion Air

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular